02. [Jubah Hitam]

3.1K 672 512
                                    

Setelah dua minggu ia tidak bersekolah karena kejadian yang menimpa dirinya, sekarang Agatha telah siap dengan seragam putih abu abunya.

Agatha tersenyum ceria, ia tidak boleh lesuh dihadapan teman temannya nanti disekolah. Ia pun segera mengenakan jaket tipis berwarna hitam itu untuk menutupi bekas luka yang ada di tangannya, dan juga ia tak lupa mengoles sedikit cream di bagian pipinya untuk menutupi bekas luka yang hampir hilang.

Sudah cukup dua minggu ini ia mengurung diri dikamar tanpa bertemu dengan teman temannya, ia sengaja karena tidak ingin membuat teman temannya khawatir akan bekas luka itu.

Setelah Agatha sudah siap, ia menuruni tangga dan tampak papanya yang sedang sarapan bersama kedua abangnya dan juga mamanya.

"Kamu beneran pengen masuk sekolah hari ini?"
Tanya pria paruh baya itu dengan tersenyum kearah Agatha.

"Beneran Pa, aku nggak mau ketinggalan pelajaran disekolah nanti."

"Kalo gitu kamu sarapan dulu, nanti kalo belum sembuh total kamu libur aja dulu ya sayang." ucap Papanya lembut.

"Iya Pa," Agatha tersenyum, ia senang bisa mempunyai Papa yang sangat perhatian kepadanya.

"Ma setelah Papa berangkat keluar kota nanti, Gatha jangan disuruh suruh yang berat dulu ya Ma, kan dia baru saja sembuh dan itupun belum pulih." ucap Papanya yang memberi amanah pada Riska mamanya.

"Loh Papa mau keluar kota? Ngapain Pa?" tanya Agatha, ia sempat kaget dengan penuturan papanya itu.

"Iya Papa mau keluar kota, karena ditugaskan disana dari kantor Papa. Jadi Papa harus terima kontrak kerja sama perusahaan, agar perusahaan Papa sama Om Jason bisa bekerja sama dengan baik."

"Berapa lama Papa disana?"

"Papa disana sekitar kurang lebih satu bulan,"

"Papa hati hati disana, jaga kesehatan jangan lupa makan."

"Iya sayang,"

●●●

Dengan stelan kaos olahraga SMA Kasih, kini Justin terlihat sedang men-shoot bola basket dengan jarak yang cukup jauh dari ring. Justin men-dribble bola dengan menggiring bola ke arah ring serta melakukan lay up dan shoot yang cukup baik. Bola sama sekali tidak pernah melenceng dari ring, Justin melakukan semua itu dengan sempurna.

Mereka semua yang melihatnya tidak pernah heran dengan kemampuan Justin dalam bermain bola basket, karena Justin yang menjabat sebagai ketua tim basket. Jadi wajar jika Justin sudah menguasai teknik dasar permainan bola basket.

Dipinggir lapangan Agatha hanya bisa menyaksikan orang orang yang sedang bermain bola basket, ia seperti tak asing dengan salah satu pemain basket itu.

"Agatha lo ngapain disini?" tanya Oliv salah satu sahabatnya.

"Lagi liat orang main basket lah," ucapya sewot karena merasa terganggu dengan kehadiran tiga sahabatnya itu.

"Liatin orang main basket atau liatin ketuanya?" tanya Cloudy sedikit menggoda Agatha.

"Terserah lo pada,"

"Eh Tha, lo belum cerita ke kita kita nih kenapa lo nggak masuk selama dua minggu. Emangnya lo kemana? Diteleponin nggak bisa," sahut Vero, karena sebenarnya memang tidak ada yang tahu kejadian Agatha, kecuali keluarganya. Agatha menyembunyikan semua ini dari sahabat sahabatnya serta pihak sekolah, ia selama ini izin tanpa diketahui sebabnya.

Agatha sedikit kaget, ia gugup karena belum menyiapkan jawaban, meskipun ia tahu jika sahabatnya ini akan menanyakan dirinya yang dua minggu tidak masuk sekolah.

" Eh kalian ngapain diluar kelas?" teriak Pak Deny, selaku guru fisika yang sedang bertugas piket hari ini.

"KABUR" Ucap mereka bersamaan sambil berlari menuju kelasnya dilantai dua, takut jika nanti ketahuan maka mereka akan di kenakan hukuman.

Tanpa disadari seseorang telah melihat mereka di tengah lapangan dengan senyumnya yang tipis.

●●●

Ting

+6282172180898

Hai nona apa kabar? Kurasa kau sudah membaik. Kapan kita berjumpa lagi? Perkiraan ku bulan depan kita akan berjumpa. Waktu yang lama bukan? Bersenang senanglah selama satu bulan ini. Ah sial, pada waktu itu aku ingin berbuat yang lebih kepadamu. Tapi nasib baik sedang menghampirimu, karena pria sialan itu kau jadi lepas dariku. Tidak apa apa kau akan aku lepaskan selama satu bulan dua minggu bukan? Toh kita akan bertemu lagi, siapkan mental mu nona.
See you next month.
-JA

Mata Agatha membulat, degup jantungnya terasa tidak normal serta keringat dingin membasahi pelipisnya.

"Tha, lo kenapa?" tanya Vero memperhatikan raut wajah Agatha yang terlihat sedikit pucat.

"Gue nggak papa, gue tadi nahan berak. Kalo gitu gue ke kamar mandi dulu ya," ucap Agatha lalu beranjak untuk pergi ke kekamar mandi.

Mereka bertiga hanya tertawa geli melihat sahabatnya menahan buang air besar, dengan wajah yang penuh keringat.

Di kamar mandi, Agatha memijit pelipisnya ia benar benar takut untuk bertemu dengan psikopat gila itu. Seharusnya ia mendengar saran Papanya supaya dilaporkan kepada pihak yang berwajib, tapi Agatha tidak ingin melakukannya takut orang itu berbuat lebih jika nanti ia tahu bahwa Agatha yang telah melaporkannya.

Agatha memang tertutup, ia tidak pernah membicarakan privasi dirinya. Bahkan sahabat sahabatnya saja tidak pernah ia bawa kerumah untuk diperkenalkan oleh orang tuanya, bukan Agatha yang tidak mau tapi mamanya yang tidak mengizinkan.

Jangan pernah menunjukkan kesedihanmu dihadapan orang lain, jika kamu tidak ingin mereka menganggap kamu lemah.

Lebih baik kita berbagi kebahagiaan bukan? Supaya orang orang sekitar kita tertawa, daripada berbagi kesedihan yang akan membuat orang itu kasihan padamu.

Agatha mengingat kata kata Papanya. Dan ia pun segera mencuci mukanya di wastafel kamar mandi, ia berusaha untuk melawan takut. Ia tersenyum tipis melihat pantulan dirinya di cermin, ia berusaha meyakinkan diri supaya berjuang melawan kerasnya hidup.

"Ayok Agatha lo pasti bisa!" ujarnya yang memberi semangat pada dirinya sendiri. Untunglah kamar mandi tidak ada siapa siapa selain dirinya, toh ini masih jam pelajaran kelasnya saja yang sedang ada jam kosong.

Agatha berjalan mengiringi koridor sekolah, tampak seorang cowok yang berlawanan arah dengannya. Cowok yang menurutnya tak asing, tapi ia masih berpikir dimana ia bertemu dengan cowok itu?

Cowok itu berbelok ke arah kiri memasuki kelas 11 IPA 1, Agatha pun segera berlari kecil menuju kelasnya

Dari kejauhan ia mendengar suara berisik dari asal kelasnya, tapi ini tidak berisik seperti mengobrol atau bernyanyi nyanyi. Yang ia dengar adalah suara teriakan serta tangisan teman teman kelasnya, ada apa yang sebenarnya terjadi?

Setelah sampai di pintu kelas ia langsung membukanya, ia tersentak kaget melihat salah satu teman kelasnya yang tergeletak di lantai kelas serta tubuhnya yang penuh darah.

Agatha langsung menghampiri ketiga sahabatnya itu, ia meminta penjelasan apa yang sebenarnya terjadi.

"Tadi ada orang berjubah hitam dengan pisaunya yang menancap perut Chealse" ucap Cloudy dengan bibir bergetar.

Deg!

●●●

Siapa itu JA?

Jangan lupa vote & komen :)

XELLAWhere stories live. Discover now