7. Matan Al-Jurumiyah

109 8 2
                                    

Assalamu'alaikum...

Jumpe lagi dengan saye kak Ros, eh apaan sih:'v

Jumpa lagi bareng author kece parah (muji sendiri ae lah) wkwkwk...

Mungkin sebagian dari kalian ada yang udah tau apa itu 'matan Al-Jurumiyah'. Inget ya matan! Bukan mantan! Het!

Bagi yang belum tahu, yuk cuss ke cerita...

Kalo ada typo benerin yah...

Happy Reading bosque....

Sore harinya setelah sholat Ashar, Alan bersiap untuk pelajaran mengaji pertamanya. Ia memulainya dari awal. Ada perbedaan kelas di pesantren Daarul Ma'arif ini. Karena Daarul Ma'arif adalah Pondok Pesantren Salaf, maka disini santri-santri baru akan di tempatkan di kelas sesuai dengan kemampuan atau pengetahuan Kitab mereka. Dan di Daarul Ma'arif ini tidak ada sekolah formal, yang ada hanya mengaji fiqih, nahwu, sorof, aqidah, dan pelajaran pesantren lainnya.

Karena Alan belum memahami satu kitab pun, maka dia di tempatkan di kelas 1 MI(Madrasah Ibtidaiyah) atau setara dengan kelas 1 SD(Sekolah Dasar). Miris memang, dan pasti Alan malu. Tapi memang begitu peraturannya. Akan tetapi Alan tidak sendiri, di kelas itu juga ada beberapa santri seumuran dia, bahkan ada yang lebih tua darinya dan itu sedikit membuatnya percaya diri.

Sedangkan Husen, ia di tempatkan di kelas 2 MI. 1 tingkat lebih tinggi di atas Alan. Karena Husen memang lulusan dari pesantren dulunya. Dia paham beberapa kitab, maka dari itu dia ditempatkan di kelas 2 MI.

Dan untuk Dodi, sekarang dia sudah kelas 2 MTs. Sudah lebih jauh dari mereka berdua, karena Dodi sudah 3 tahun disini, sejak Dia lulus sekolah dasar dia dipesantrenkan oleh orang tuanya di Daarul Ma'arif ini.

"Widih ... ada yang semangat buat ngaji Kitab nih," cetus Husen ketika melihat Alan rapih dengan sarung, peci, dan baju kokonya.

"Yoi ... Kan demi mendapatkan Hafa." Alan menaik turunkan alisnya. Ia memang sedang bersemangat sekali. Walaupun harus start dari awal, tapi itu bukan masalah karena dia akan berusaha dengan sungguh-sungguh agar bisa memenuhi persyaratan mendapatkan Hafa.

"Ya udah, ayo berangkat, nanti telat," seru Alan kepada Husen. Kebetulan jadwal Alan dan Husen itu sama. Mereka sama-sama masih MI, dan MI itu jadwalnya setelah sholat Ashar. Ya walaupun mereka beda kelas, apa salahnya berangkat bareng.

Kemudian Alan dan Husen pergi, Belajar beberapa kitab dari sore hari sampai menjelang magribh nanti. Ini akan menjadi sesuatu hal yang baru bagi Alan.

Sedangkan Dodi, ia sedang menyetorkan hafalan Alfiyah-nya setelah melaksanakan sholat Ashar.

Kegiatan di Daarul Ma'arif ini sangatlah padat. Hanya sedikit waktu untuk bersantainya para santri, bahkan para santri menggunakan waktu luangnya untuk muroja'ah kitab dan hafalan-hafalan mereka. Disini mereka benar-benar dididik untuk menjadi santri yang berkualitas.

*****

Al-kalaamu Huwalafdzu Al-Murokkabu Bil Wad'i

Kalam adalah Lafadz yang tersusun dan yang berfaedah dengan menggunakan bahasa Arab.

-Matan Al-Jurumiyah-

Alan terus menggaruk kepalanya yang tak gatal, ia sama sekali tidak mengerti dengan apa yang baru saja ia baca di kitab yang ia pelajari sekarang. Ini baru kitab pertama yang ia pelajari, tapi sudah semudeng ini. Bah!

HAFALANWhere stories live. Discover now