32

56 11 1
                                    

Vote
Vote
Vote
.
.
.

Seorang pria sedang mondar-mandir didepan pintu IGD dengan rasa cemas dan khawatir. Terdapat sedikit noda merah dikemeja putihnya yang berasal dari darahnya hidung Ariana. Sungguh sangat takutnya saat Justin melihat wajah pucat beserta darah yang mengalir di hidung Ariana ditaman tadi. Tanpa pikir panjang disitu Justin langsung membawa Ariana kerumah sakit terdekat.

Sudah hampir 2 jam tetapi dokter tersebut belum juga keluar. Justin merutuki para medis yang kini sedang menangani Ariana dengan umpatan yang keluar dari mulutnya.

Menurut Justin dokter dan para perawat yang didalam itu sangat lah lelet karena Justin sudah menunggu sangat lama bercampur kesal dan cemas menunggu kabar dari dokter tersebut.

"Shit. Kenapa lama sekali. Apa dokter lelet itu tertidur didalam sana." Rutuk Justin kesal.

"Padahal cuman menangani satu orang saja tapi kenapa selama ini." Lanjutnya.

Justin merogoh saku celananya saat merasakan getaran dari handphone nya. Dilihatnya nama yang tertera di layar panggilan tersebut.

Mom❤️

Justin langsung mengangkatnya dan pertama kali dia dengar adalah teriakan kesal dari mommynya.

"Dasar anak tak tau diri. apa kau lupa jalan pulang kerumah huh? Kemana saja kau Justin? Apa kau ingin menjadi anak durhaka yang tak pernah pulang dan tak pernah menghubungi mommy mu yang cemas ini. Kenapa kau diam saja? Jawab pertanyaan mommy Justin!"
Sungguh teriakan momnya membuat kepala dan gendang telinga Justin sakit. Bahkan Justin tidak menempelkan handphone tersebut di telinganya.

"Pertanyaan yang mana mom?" Tanya Justin tidak mengerti. Bagaimana tidak, mommy nya memberikan banyak pertanyaan dan membuat Justin pusing. Setidaknya satu-satulah bertanyanya.

"Dasar anak kurang ajar. Kau bahkan tidak mendengarkan ucapan mommy mu!"

"Shit."

"APA?! Kau bahkan mengumpat mommy!!"

Sial. Justin lagi-lagi salah bicara. Dan Justin duga pasti wajah mommynya disana sedang merah karena amarah.

"Mom, tenanglah. Aku sedang sibuk disini. Jadi jangan meng-.."

"Kau berbohong Justin. Mommy tidak suka kau berbohong pada mom." Ucap mom patt memotong ucapan Justin.

Justin menghembuskan nafasnya. Dan didengar oleh mom patt.

"Kau sebenarnya dimana Justin? Beritahu mom?" Ucap mom patt yang kini suaranya melembut.

Justin sebenarnya enggan untuk memberitahu kepada mommynya ini. Karena takut mom patt akan semakin khawatir.

"Aku di Chicago mom," ucap Justin pada akhirnya.

"Apa kau ada kunjungan disana? Kenapa tidak memberitahu pada mom." Ucap mom patt yang kini sudah mulai kesal lagi.

"Tidak mom. Sebenarnya.."

Sebelum Justin meneruskan ucapannya, pintu ruangan IGD terbuka dan muncullah dokter yang kini sedang melepas kan masker hidungnya.

"Nanti akan ku telephon lagi mom." Tanpa menunggu ucapan dari mom patt Justin langsung saja memutuskan panggilannya dan berdiri menghadap sang dokter yang kira-kira berumur 40an.

"Bagaimana?" Tanya Justin cepat.

"Pasien mengalami kritis. Penyakit leukimia yang dideritanya disebabkan oleh kelainan sel darah putih di dalam tubuh dan tumbuh secara tidak terkendali. Pasien mudah lelah dan selalu mimisan. Bahkan berat badan pun menurun. Tapi tenang saja, kami akan menggunakan pengobatan
Radioterapi, untuk menghancurkan dan menghentikan pertumbuhan sel kanker."

"Lakukanlah yang terbaik."
Ucap Justin.

"Akan kami usahakan. Kami juga meminta dukungan untuk selalu mendoakan."

Justin tidak menjawab dan hanya mengangguk saja.

"Kalau begitu saya permisi dulu. Kau bisa melihat keadaannya setelah di pindahkan keruang rawat inap." Setelah mengucapkan itu dokter tersebut langsung pergi dari hadapan Justin.

Setelah dokter itu pergi Justin mengusap wajahnya. Justin tampak lelah karena belum tidur dari kemarin disebabkan selalu memikirkan keberadaan Ariana dan kini ia harus memikirkan lagi keadaan Ariana yang terbaring di disana.

"Justin?" Ucap seseorang mengagetkan Justin. Justin menoleh kesamping dan mendapati Jack.

"Aku baru tau jika pengaruh perempuan sangatlah membuat mu jadi seperti ini." Ucap Jack sambil tersenyum kecil.

"Diamlah,"

"Wow, apa ucapan ku benar? Seperti nya benar. Hahahaha," tawa Jack pelan karena Jack Masih tau tempat yang kini berada di rumah sakit.

"Diamlah Jack. Celotehan mu itu buat kepalaku menjadi tambah sakit."

"Itu karena kau belum istirahat."

Justin menatap tajam kearah Jack yang lagi-lagi membuat dirinya kesal.

"Baiklah-baiklah. Jangan menatap ku seperti itu. Aku akan diam." Ucap Jack sambil dengan cengiran nya.

...

Justin menatap kearah seorang gadis yang kini masih terbaring Dengan mata yang tertutup. Wajah pucatnya masih terlihat jelas. Apalagi gadis itu belum bangun-bangun juga.

Justin menatap tangan Ariana yang bertumpu diatas perutnya. Lalu menatap kearah wajah Ariana dan menatap lagi kearah tangan Ariana sampai akhirnya Justin mengambil tangan Ariana dan diselipkan jari-jari tangannya dengan jari-jari Ariana. Justin merasakan hangat dan nyaman.

"Bangunlah, aku bahkan belum sempat meminta maaf padamu," ucap Justin lirih.

Justin jadi teringat perlakuan nya yang dulu-dulu selalu menyakiti Ariana. Hanya karena amarah dan dendamnya masa lalu itu.

Justin melihat tangannya yang terpaut dengan milik Ariana.

"Tangan ini pernah aku tarik dengan kasar. Dan aku yakin pasti itu menyakiti mu." Lirihnya.
Lalu tatapannya beralih kearah wajah Ariana dan didekatinya wajah mereka.

"Mata ini juga pernah mengeluarkan air mata kesedihan karena ulahku kan?" Tanya Justin lirih dan tentunya saja tidak akan ada yang menjawabnya.

Dikecupnya kedua Mata Ariana dengan lembut.

"Bangunlah, aku janji setelah kau bangun kau akan kuberikan kebahagiaan."
Ucap Justin.

Justin menegakan tubuhnya kembali saat mendengar suara pintu terbuka.

"Just, aku membawa sarapan dan baju ganti untukmu." Suara itu milik Jack yang kini membawa 2 kantung plastik dan ditaruh nya dimeja yang terdapat di ruangan tersebut.

"Nanti saja." Ucap Justin masih menatap kearah wajah Ariana.

"Kau harus membenahkan dirimu. Bagaimana jika dia bangun dan melihat kau yang sekacau ini. Dia pasti akan pinsan lagi karena melihat kau seperti ini." Ucap Jack.

Ck

"Baiklah, setelah aku selesai kau harus langsung pergi dari sini. Untuk sementara kau jaga dia." Ucap Justin akhirnya.

"Siap bos,"

"Ingat. Jangan sampai kau menyentuhnya. Awas."ancam Justin.

"Kau bisa percayakan padaku."

Setelah itu Justin langsung mengambil satu kantung yang berisi baju baru untuk dirinya dan langsung masuk kekamar mandi.

_____0o_____

Aku kembali lagi 😉 yang kemarin itu bukan tamat ya.. aku hanya bercanda wkwkwk. Aku bukan penganut sad ending.. diceritaku pasti akan aku bikin happy ending kok😉 tenang saja.

Dan mungkin beberapa part lagi akan selesai😣entah itu sampai 35 eps atau lebih. Entahlah nanti saja kita liat😁

Jan lupa
Vote+coment.

Bye

(18042020)

SORRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang