part 14

0 0 0
                                    

Angga membawaku sampai keluar dari perkotaan, aku yakin dia ingin membawaku ke sebuah desa atau tempat yang menyuguhkan suasana alami dan siapapun yang datang hatinya akan tenteram.

Angga selain baik dan perhatian ternyata dia juga orang yang romantis. Tidak romantis bagaimana kerjaannya memanggilku sayang, membeli buket bunga dan sekarang dia membawaku ke tempat yang romantis juga. Rasanya aku beruntung menjadi pacarnya.

"Ini adalah tempat favorit aku, nggak ada orang yang pernah aku ajak kesini selain kamu" jelas angga saat kami turun dari mobil.

Di lihat dari pelataran parkir saja bukitnya sudah menunjukkan keindahan.

Sejenis dataran tinggi yang ada villanya, arena bermain, sungai yang juga di manfaatkan, pasar sayur, cafe, toko oleh oleh, spot foto dan tempat bersantai lainnya.

Namanya love village begitu plakat tertulis. Mungkin pemiliknya memang fokus ingin memajukan aset ini di bidang penginapan sekaligus pemandangannya tapi di sisi lain dia juga membangum aset lain untuk mendukung si villa berdiri.

Kami kemudian masuk dan membayar karcis di pintu masuknya.

"Mas angga sudah lama nggak kesini, eh taunya sekarang sudah punya isteri." Sapa seorang penjaga pintu wanita. Angga hanya tersenyum menanggapinya. Sementara aku juga tidak terlalu mempermasalahkan hal itu.

"Mau kemana dulu?" Tanya angga

"Ke pasar sayurnya boleh" jawabku sambil membaca peta. Sepertinya tempat itu menarik.

Kami berjalan menuju pasar, keramaiannya sudah sampai ke telingaku meski aku belum memasuki gapura selamat datang. Ibu ibu sosialita, bapak bapak berdandan macho dan anak anak orang kaya membuat keramaian pasar semakin sempurna.

"Eh mas angga, lama nggak kesini. Waduh udah bawa isteri aja, kenalin mbak saya sari yang punya gubuk disana. Mbak nanti jangan lupa mampir ya, disana saya jual lauk pauk beraneka macam mbak makanan desa pokoknya. Eh iya mbak mas angga itu sering main ke gubuk saya apalagi emak sudah anggap dia anak sendiri. Tapi ya gitu mbak nggak pernah ajak siapa siapa kesini, makanya waktu saya tau mas angga sama mbak saya yakin mbak ini orang spesial buat mas angga. Hehe duh jadi banyak omongnya kan"

"Nggak apa apa kok, saya fasya nanti pasti kami ke gubuknya mbak sari ya. Saya mau jalan jalan lihat pasar dulu" jawabku, angga membuntuti di belakang.

"Oh iya mbak, saya juga habis belanja ini mari mbak duluan ya" kemudian si sari melenggang.

Angga segera mendekatiku, kami jalan sambil melihat keramaian pasar yang semakin berjubal. Warung sana sini semua di penuhi pembeli sampai penjualnya tidak kelihatan, ada juga yang hanya berjualan di pinggir jalan karena tidak kebagian warung biasanya mereka hanya menjual satu jenis sayur atau buah saja.

Kami sedang berjalan di jalanan pasar yang rapat sekali orang. Aku melihat di ujung pasar ini ada lagi gapura selamat datang. Tapi tidak terlalu jelas apa tulisannya.

"Disana itu pasar makanan. mulai dari warung makan, pedagang kaki lima, rumah makan sederhana seperti punya sari tadi juga ada disana" jelas angga menyadari ketidaktahuanku.

Aku hanya manggut manggut, dan sibuk memilih mau membeli apa. Sayur sayuran yang di panen dari ladang dan masih baru memang selalu segar segar. Membuat mata jadi ingin memilikinya, begitupun dengan buah buahan yang di jual. Beraneka macam dan cantik cantik semua.

Aku akhirnya mampir ke sebuah warung yang menjual beraneka macam buah, tidak terlalu ramai sehingga aku bisa melihat buah buahannya yang cantik-cantik hanya dari jalan.

Mataku langsung berbinar melihat apel cantik berwarna hijau. Ukurannya kecil tidak sebesar apel seperti biasanya. Mataku langsung tertarik karena ada juga yang berwarna kuning.

"Angga aku mau apel" pintaku manja

"Iya beli aja sekalian buat mama dirumah" kata angga baik hati.

Harganya miring jauh berbeda dengan di kota, makanya aku melihat banyak ibu ibu memborong beraneka sayur dan buah.

Aku membeli 15 kilogram buah apel di bagi untuk aku dan angga, mama dan bunda. Angga tidak keberatan membantuku membawa kantung berisi buah apel dan membiarkan aku menikmati apel sambil jalan jalan.

*

Dika duduk di kursi kerjanya. Dia termangu sejak tadi, siapa lagi yang ada dalam otaknya jika bukan fasya.

Sejak fasya dan angga temannya pacaran mengapa dika curiga dengan angga? Dia juga sekarang paling benci melihat kedekatan mereka.

Dika ingat tadi pagi saja saking emosinya karena bising mendengar telfon rumah dan telfon fasya berbunyi terus dia membangunkan fasya dengan kasar. Dan karena kesalahannya itu fasya sampai menampar pipinya. Fasya pasti sangat kesal pada dika sampai berani membalas. Dika kemudian berfikir jika sebaiknya dia menelfon fasya dan mengucapkan maaf atas kesalahannya tadi pagi.

Di rampas hpnya dari meja dan mulai menakan nomor fasya untuk menelfon tapi sampai jemu tidak ada sahutan dari fasya, apa fasya masih marah sampai tidak mau menjawab telfonnya? Ah fasya bukan orang yang sulit memaafkan. Dia mungkin sedang melakukan aktivitas dan tidak memegang hpnya.

Dika pun tidak lagi mencoba berusaha. Sebaiknya dia kembali bekerja. Tapi kenapa pikiran tentang fasya tidak mau pergi? Apa mungkin dika cemburu dengan kedekatan adiknya dan angga? Atau dia hanya takut angga mempermainkan perasaan adiknya? Sungguh dika sangat sayang pada fasya. Iya benar dia sayang? Sayang? Tapi bukan sebagai kakaknya.

Hari sudah sore, keluargaku berkumpul di ruang keluarga karena mama dan papa sekarang sudah bersiap untuk kembali lagi ke luar negeri. Sebenarnya hanya papa yang perlu kesana tapi mama sedang tidak ada pekerjaan disini toh dia bilang sudah selesai mengecek bisnisnya kemarin kemarin dan tidak ada kesalahan jadi mama bisa kintilin papa lagi ke luar negeri.

Aku dan dika akan kembali tinggal berdua. Tinggal dengan orang menyebalkan dan bertemu dengannya setiap hari hah membosankan.

"Kamu jaga diri baik baik ya, adikmu juga di jagain jangan sampai keseringan pacaran." Pesan mama

"Eh iya mulai sekarang nggak usah bawa motor sendiri kemana mana sya, tadi waktu angga pulang anterin kamu dia minta ijin papa buat antar jemput kamu tiap hari" kata papa

"Aduh manja banget sih pake antar jemput lebay, eh sya kalo punya pacar tuh jangan di jadiin taxi gratisan" sambar dika

"Biarin emang kenapa? Orang angganya sendiri kok yang minta. Dia itu baik pengertian sama aku nggak kayak kamu dasar jadi abang bodo amat banget" balasku.

"Alaaah bilang aja mau morotin duitnya angga. He angga tuh playboy tau!" Timpal dika lagi

"Hust sudah sudah kalian itu bisanya berantem aja. Dika juga kamu tuh nggak usah mancing mancing emosi aja dong!" Lerai papa

Kami berdua pun terdiam

Duniaku Where stories live. Discover now