part 10

0 0 0
                                    

"maaf ya aku jadi kesannya maksa ke kamu tadi" kata angga kemudian

Kami sudah berada di dalam mobil angga yang melaju di jalan dengan seorang sopir di depan. Sungguh angga ini tajir tujuh turunan.

"Ya harusnya kan lo bilang dulu, nge chat kek, telfon kek, biar ada persiapan. Keluarga gue tuh nggak ada yang tau kalo kita berhubungan!" Kataku memaki

"Loh emangnya kenapa? Kita kan cuma temenan? Salah emang?" Jawabnya malah balik nanya.

Aduh kenapa aku pake bilang berhubungan sih?! Kesannya dalem banget pasti. Huh! Lebih baik aku tidak menjawab apa apa dari pada makin panjang urusannya.

"Bunda tuh pengen ketemu kamu, dia maksa banget apalagi kan ayah ku juga baru pulang jadi kayak dapat dukungan gitu. Ya aku nggak bisa ngebantah permintaan bunda makanya nggak ngabarin kamu dulu langsung jemput aja. Mana ku tau kalau mama sama papamu baru datang? Ya maaf, tapi sekarang yang terpenting kita ke mall dulu. Beli baju sama buah tangan buat bunda oke." Dia memerintah lagi layaknya seorang bos. Tapi emang dia kan bos.

Dari jalan raya kami berbelok menuju jalan pertokoan. Aku masih diam sambil melihat-lihat jajaran mall, cafe, toko roti semua ramai di isi pelanggan.

Kemudian mobil berbelok ke salah satu mall yang besar. Namanya sanjaka mall. Mall terkenal di kota ini, pemiliknya juga seorang pemuda sukses yang blasteran luar negeri. Adiknya adalah teman satu kampusku, anak seni tapi aku tidak pernah bertemu secara langsung dengannya. Keluarga pengusaha konglomerat nomor satu di kota ini.

Aku fikir angga akan belanja di mallnya sendiri ternyata tidak. Kami berdua keluar dari mobil dan dengan mengintili si angga aku memasuki mall.

Tak sengaja mall sedang mengadakan diskon besar besaran, kami berdua juga tak sengaja bertemu dengan pemilik mallnya langsung.

"Hei angga, wah kebetulan diskon nih" sapa seorang lelaki tampan dengan hidung layaknya prosotan anak tk.

"Iya pas banget. Oh iya kenalin dong, adiknya dika nih namanya fasya" angga mengenalkanku sebagai adiknya dika.

Memang aku sudah mengenalkan dika dan seluruh keluarga rumah lewat cerita ceritaku padanya.

"Oh, hai aku abi dan ini adikku meysa. Mungkin se kampus sama kamu?" Sapa abi menjabat tanganku.

"Oh iya se kampus, aku fasya" jawabku.

Meysa hanya tersenyum padaku dengan masih menggayut manja pada kakaknya. Memang benar rumor yang beredar kalau mereka berdua lebih mirip pasangan kekasih, sudah pada cantik dan ganteng, hampir seumuran, tajir lagi.

"Yaudah duluan ya" angga menggandeng tanganku dan berlalu menuju area pakaian wanita.

Disana dia memanggil salah satu pelayan dan meminta pelayan itu menyiapkan sepaket perlengkapan wanita aku tidak terlalu bisa mendengarnya karena angga berbicara agak jauh dariku. Tak menunggu waktu lama pelayan itu berbalik lagi.

Beberapa menit si pelayan datang lagi tanpa membawa apa apa, berbicara sambil mengucap maaf pada angga sepertinya kemudian angga mendekatiku.

"Kenapa?" Tanyaku

"Kayaknya kita ke boutique aja deh disini nggak ada yang cocok" jawab angga sinis mengejek sambil merangkulku berjalan keluar mall.

Songong sekali memang anak satu ini. Selain menyebalkan dan sok akrab. Sejak belum kenal udah sok kenal, sok deket sekarang lebih parah lagi. Tapi kenapa aku tidak bisa marah dengannya?

"Eh iya sampe lupa, belanja dulu yuk" angga menggandeng tanganku berbelok ke area supermarket mall saat kami keluar dari lift.

'tadi katanya mau ke boutique sekarang Supermarket kadang aku bingung ngikutin kemauannya yang ribet kayak cewek' batinku.

Kami sampai di supermarket dan seperti tadi angga memanggil seorang pelayan.

"Mbak tolong buatkan bingkisan buah" katanya dan pelayan itu mengangguk.

Kami berdua jalan jalan mencari makanan ringan, ah lebih tepatnya aku yang mengikuti dia karena dia berjalan di depanku dengan langkah lebar lebar.

"Mau jajan apa?" Tanyanya padaku.

Belum juga sempat ku jawab satu pertanyaannya itu dia sudah berkata lagi.

"Kayaknya belanja bahan masakan aja deh, ntar kamu sama bunda biar ada kegiatan memasak bersama" katanya kemudian.

Gila apa aku suruh masak sama orang asing yang bahkan belum aku kenal? Aku ini tipikal orang yang introver mana bisa begini? Sejak tadi saja aku banyak diamnya. Kecuali jika sudah di depan dika. Ah jangan tanya soal itu.

"Aku nggak bisa masak." Kataku dengan mantab.

"Oh ya gampang, bunda koki paling handal di rumah nanti pasti di ajarin" jawabnya ringan sambil terus berjalan.

"Angga, aku introver!" Kataku kemudian berharap kali ini dia percaya

"Kalo kamu ketemu bunda aku jamin kamu merubah persepsi calon ibu mertua galak sumpah deh" dia malah menanggapinya dengan gurauan yang membuatku semakin sebal.

Setelah dari mall kami benar menuju boutique yang berada tepat di depan mall sanjaka. Ya kebetulan sekali begitu jadi tak perlu jauh jauh.

Angga meminta seorang pelayan mengeluarkan seluruh koleksi dress pendek yang di punya boutique ini dan meminta pelayan memilihkan warna yang cocok untukku begitupun sepatu high heelsnya.

Angga juga meminta pelayan mendandaniku dengan riasan yang feminim. Entah apa maunya. Aku hanya mendengus kesal.

"Bunda itu suka yang kaya begini. Makanya biar kamu nggak dinilai aneh di mata bunda" katanya setelah semua selesai dan kami keluar dari boutique itu. Huh! Menyebalkan sekali. Padahal aku hanya akan bertemu ibunya angga kenapa harus seribet ini?! Aneh sekali seperti mau ketemu calon ibu mertua saja!

"Beli buah sudah, beli bahan masak sudah, beli baju sudah, oke sekarang kita tinggal ke rumah" ka angga sambil memberi perintah pada pak sopirnya.

Kami menuju jalanan yang macet di depan. Melihatnya saja aku sudah sumpek. Apalagi kami akan bergabung untuk merayap disana. Butuh berapa jam untuk sampai di rumah angga? Dengan dandanan ribet seperti ini aku tidak yakin masih sempurna ketika sampai di rumah angga nanti.

Meski sudah sebulan berteman dengan angga aku sama sekali belum pernah pergi kerumahnya. Jujurlah aku yang selalu menolak tawaran angga untuk mampir karena sebenarnya aku tidak ingin dan belum siap saja. Begitupun angga, aku juga selalu melarangnya main kerumah karena alasannya hanya satu yaitu dika. Dia pasti akan mengomel panjang lebar dan entahlah apa yang akan dia perbuat jika tau aku berteman dengan Angga. Bukan karena siapa angga tapi karena selama aku kuliah aku sama sekali tidak punya teman dekat. Dan terakhir kali kau berpacaran juga saat SMA, masa cinta monyet dan apalah itu begitu menyiksa karena dika yang sebenarnya menjadi biang aku dan mantan pacarku putus.


Duniaku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang