1 - London

3.1K 308 10
                                    

"Saya tidak mau tahu. Minggu depan, chart kita harus sudah menunjukkan kenaikan. Lima persen pun akan saya hargai," tegas Camry.

Ruangan itu terasa mencekam. Para petinggi perusahaan yang ia pimpin tampak tegang. Tak ada satupun dari mereka yang bergerak.

"Saya ingin mendengar persetujuan," lanjut Camry lagi.

Pria-pria berdasi itu langsung mengangguk.

"Saya ingin mendengar, tuan-tuan. Bukan melihat kepala kalian bergerak!" tekan Camry.

"B- baik, Nyonya Lennox. Kami bisa menaikkan chart Lennox Inc. dalam seminggu ke depan," jawab salah satu dari mereka yang Camry kenal sebagai manajer utama perusahaan.

Camry menegakkan posisi duduknya. "Itu yang ingin telinga saya dengar. Kalau begitu pertemuan kita selesai. Kembali ke kerja masing-masing."

Sepeninggal Camry dari ruangan tersebut, semua orang langsung bernapas dengan laga. Macan betina yang satu itu benar-benar menakutkan! Mereka bisa langsung kehilangan karir mereka dalam sekejap jika saja yang mereka lakukan tak sesuai dengan keinginan Camry Lennox.

---

"Nyonya Lennox, asisten ayah Anda menelepon saat Anda tengah dalam pertemuan tadi," seorang wanita berambut cokelat gelap yang disanggul menghampiri Camry dengan mengikuti langkah tegas wanita itu.

Camry menghentikan langkahnya, menerima iPad mini yang diserahkan asisten pribadinya tadi. "Terima kasih, Sonia."

Sonia mengangguk sebelum pergi dari sana.

Camry kembali melanjutkan langkahnya menuju ruangannya sembari memeriksa pesan yang ada dalam layar sentuh iPad putih itu.

Matthew: Camry, kondisi ayahmu semakin memburuk. Kankernya semakin parah. Ia masuk ke rumah sakit London tadi pagi dan ia ingin kau kemari bersama si kembar. Bawa barang-barang kebutuhan kalian, kurasa kalian akan tinggal di sini untuk beberapa waktu.

Camry tampak terkejut dengan pesan itu. Ia langsung mengambil ponselnya dan menelepon Matthew, pemuda tampan yang sudah bekerja dengan ayahnya sejak ia masih kecil. Bahkan Lucas sudah menganggapnya putra sendiri, ia menyekolahkan dan membesarkan Matthew di tangannya.

"Camry, kau sudah menerima pesanku?" Matthew langsung berbicara sedetik setelah ia mengangkat panggilan dari Camry.

"Matt, apa kau bercanda? Aku sangat khawatir sekarang."

"Tidak, Camry. Ayahmu masih dalam ruang ICU sekarang. Bawalah River dan Ocean kemari. Apa aku perlu mengirim jet pribadi Lennox ke New York?"

"Tidak perlu. Itu akan memakan waktu. Aku akan menjemput si kembar dan langsung ke London dengan penerbangan paling cepat."

"Bagus."

"Matt, tolong jaga ayahku."

"Itu sudah kewajibanku, Camry. Hati-hati dalam perjalanan. Sampai jumpa di London."

---

Ocean sedang menjilati es krimnya sambil duduk di halte bus sekolah bersama River, sembari menanti supir pribadi yang biasa mengantar mereka pulang. Gadis cilik itu sibuk mengayun-ayunkan kakinya sementara kakaknya tampak duduk tenang membaca buku.

"River, apa kau masih ada uang lagi? Aku masih ingin beli es krim," pinta Ocean saat es krim 3 tumpuknya sudah habis.

"Tidak ada," jawab River tanpa mengalihkan pandangannya dari buku.

Ocean tampak mengintip ke saku kemeja putih River. "Kau berbohong. Aku melihat ada 5 dolar di saku seragammu."

"Kau sudah menghabiskan 50 dolar dalam sehari, Ocean," kata River dengan pandangan yang masih tertuju pada bukunya.

TamedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang