10 - Accident or Fate?

535 59 7
                                    

Zathrian menatap sendu sebuah bingkai foto di genggamannya. Foto yang diambil beberapa tahun lalu, di saat dirinya dan sang kekasih, Camry, masih bersama dan bahagia. Zathrian tahu dan ia sadar, bahwa dirinya bukanlah kekasih yang sempurna. Ia tak memungkiri bahwa bukan sekali atau dua kali dirinya bermain hati di belakang Camry. Namun, wanita itu tidak pernah tahu bahkan mungkin hingga sekarang. Ia juga tak selalu memberi sepenuh waktunya untuk gadis itu. Tapi Camry selalu setia menunggunya, gadis polos itu selalu sabar dan tetap memberinya cinta sepenuhnya, meski sikap Zathrian seringkali acuh tak acuh kepadanya. 

Sampai suatu saat Zathrian merasa Camry mulai berubah. Ia disibukkan dengan tugas akhir kuliahnya yang melibatkan seorang pria. Namanya Alwyn, Zathrian ingat Camry mengenalkan pria itu sebagai teman sekelompoknya. Tapi sejak itu juga, Zathrian mulai merasakan kehilangan rasa kepedulian Camry kepadanya. Ia mulai merasa takut, apakah Camry mulai mengalihkan hatinya dari padanya? Apakah Camry mulai menyukai lelaki itu?

Pikiran-pikiran negatif mulai menghantui kepala Zathrian. Ia mulai tidak bisa fokus pada pekerjaannya. Pikirannya selalu tertuju pada Camry yang belum juga membalas pesannya. Padahal sebelumnya, Camry selalu ada untuknya, tak peduli pukul berapa pun itu. 

Suatu malam Zathrian sedang berusaha tidur, namun pikiran-pikiran negatif itu tetap menghantuinya sehingga ia tetap terjaga. Merasa menyerah, Zathrian bangkit dari kasurnya dan mengganti pakaiannya sebelum mengambil kunci mobilnya dan pergi melesat ke kelab malam kesukaannya. Tempat ia melarikan diri dan bersembunyi dari semua masalahnya semasa dirinya muda. 

Namun, Zathrian sudah dewasa sekarang. Jauh lebih dewasa dari dirinya yang dulu. Zathrian muda sangatlah naif, egois. Dan ia sadar, karena sifatnya itulah ia kehilangan seluruh dunianya. Wanita yang sangat ia cintai telah pergi darinya. Semua karena kebodohannya sendiri. 

Sejak kehilangan Camry dan menyadari apa arti cinta yang sesungguhnya, Zathrian bertekad menjadi pria yang lebih baik lagi. Karena ia yakin, suatu saat Tuhan akan mengembalikan kekasih sejatinya itu pada pelukannya lagi. Dan ia ingin menjadi versi terbaik dirinya saat Camry kembali menjadi miliknya. Ia ingin memberikan yang terbaik untuk wanita yang paling ia cinta itu.

Setelah kejadian itu, Zathrian tak pernah lagi menyentuh gadis-gadis yang bahkan ia tak kenal. Ia pun tak pernah menginjakkan kakinya ke dalam kelab malam lagi. Dan satu-satunya alasan yang membuat dirinya masih menyentuh minuman alkohol pun tak lain dan tak juga adalah Camry. Karena hanya minuman-minuman itu yang bisa membuat Zathrian cukup tak sadarkan diri untuk ingat bahwa Camry sudah bukan lagi miliknya.

Jadi di sinilah sekarang Zathrian berada. Di sebuah bar kecil milik teman baiknya yang dibangun di tepian kota London. Bar itu dipenuhi pemuda-pemuda Inggris yang sedang menonton pertandingan sepak bola yang ditayangkan di sebuah layar besar di dinding bar. Di keriuhan itu, Zathrian hanya menikmati botol whiskey mahalnya sendiri. Ia tak memedulikan siapapun yang memperhatikannya, atau bahkan mencoba untuk berinteraksi padanya. 

Sampai pintu masuk bar itu terbuka dan sosok yang masuk mampu mengalihkan Zathrian dari kesendiriannya. Matanya terpaku pada sosok wanita tersebut. Wanita tersebut tidak mengenakan pakaian yang selayaknya orang pakai di saat mereka pergi ke bar pada malam hari. Melainkan ia mengenakan sebuah hoodie yang jelas tampak kebesaran di tubuhnya, juga celana sweatpants. Ia masuk dengan langkah yang sudah sempoyongan sambil menangis berjalan menuju bar. Dengan pandangan yang kabur, Zathrian berusaha menghampiri wanita yang juga sudah tampak mabuk itu. 

Langkah wanita yang sempoyongan itu hampir membuatnya terjungkal dan terjatuh, jika saja tangan kekar Zathrian tidak menangkapnya dengan tepat waktu. Mata merah mereka saling menatap satu sama lain. 

"Camry..?"

"Kau...?" Kening wanita itu berkerut.

Melihat wajah wanita itu sangatlah mirip dengan pujaan hatinya, Zathrian langsung melumat bibir merah wanita yang baru saja ia temui itu. Rasanya tidak asing. Ia seperti mengenali rasa ini. Bibir wanita itu terasa manis. Dan perasaan menggejolak di hatinya membuat Zathrian semakin menggila. Terlebih lagi setelah ia merasakan kedua lengan wanita itu sudah berada di lehernya. 

"Sayang, kau ikut pulang denganku," bisik Zathrian di telinga wanita itu sebelum membopongnya pulang.

---

Camry mengerang. Ia merasakan sakit yang luar biasa hebatnya di kepalanya hingga itu membangunkannya dari tidurnya. Rasa mual di tubuhnya membuat ia membuka kedua matanya dan hendak berdiri. Tapi ia tak mengenali ruangan ini.  Di mana dirinya berada?

Camry berusaha berpikir keras tentang apa yang ia lalui semalam tadi. Namun, hasilnya nihil. Ingatan terakhirnya hanyalah saat ia berusaha tidur namun gagal, sehingga ia memutuskan untuk meminum beberapa botol minuman alkohol yang ada di kulkasnya. Tapi meski setelah meneguk botol-botol itu hingga habis, ia masih juga belum bisa tertidur, sehingga ia memutuskan untuk membeli beberapa botol lagi di bar terdekat yang masih buka. Hanya itu yang ia ingat.

"Kau sangat cantik." Suara serak di belakangnya membuat Camry terkejut.

Ia menoleh dan membeku. "Zathrian...?"

Zathrian tersenyum. "Jadi itu sungguh benar kau. Aku hampir menyesali malam tadi jika yang kutemui saat aku bangun bukanlah dirimu."

Camry menarik selimut untuk menutupi tubuh telanjangnya. Hal itu membuat Zathrian terkekeh dan jahil menariknya kembali. "Tidak perlu ditutupi. Aku bukan tipe yang lupa saat mabuk. Aku ingat aku sudah melihat semuanya."

Camry mengambil bantal dan memukul Zathrian. "Kurang ajar!"

"Aduh! Santai sayang, ini masih pagi dan aku yakin kepala kita berdua sangatlah pusing," ucap Zathrian sambil tertawa kecil.

Pria itu bangkit duduk. Matanya bergerak dari wajah Camry, hingga ke kaki jenjang wanita itu seolah menelanjanginya. "Kau sangat indah bak dewi," bisik Zathrian memuja Camry. "Aku sungguh ingin minta maaf karena kita telah melakukannya dalam keadaan mabuk. Tapi aku juga tidak menyesalinya," lanjutnya.

"Aku menyesalinya," ucap Camry dingin. "Aku membencimu, aku membenci seluruh dirimu."

Biasanya Zathrian akan sakit hati mendengar ucapan kejam yang keluar dari mulut wanita yang ia cintai itu. Tapi tidak kali ini. Paginya dimulai dengan sangat indah. Bangun di sebelah wanita pujaannya adalah hal yang telah ia impi-impikan sejak lama. 

"Welcome home, baby," ucap Zathrian sembari tersenyum.



TamedWhere stories live. Discover now