4 - Sampai ke Ujung Bumi

2.5K 232 5
                                    

Pria itu memukul kemudi setirnya kesal. Ia membuka sabuk pengamannya dan keluar dari mobilnya. "Argh sialan!" Ditendangnya ban mobil yang berharga ratusan ribu poundsterling itu dengan penuh emosi.

"Siapa pria itu?! Apakah dia supir Lennox?! Tapi rasanya wajahnya tak asing bagiku. Bagaimana ia dapat membawa mobil itu kabur dengan sangat cepat?" Zathrian mendumel pada dirinya sendiri.

Ia kehilangan mobil yang mengangkut Camry di dalamnya. Tapi ini bukan berarti ia tak bisa menemukan Camry lagi.

Selama tahun-tahun ini, bukannya ia tak berusaha mencari wanita itu. Ia mencoba, sungguh mencoba. Ia mengerahkan seluruh tenaga dengan penuh kekuasaannya. Tapi Camry juga berasal dari keluarga istimewa. Lucas Lennox—ayahnya—takkan membiarkan keberadaan putrinya tersebar begitu saja. Padahal, nama si wanita cantik sebagai pemimpin perusahaan Lennox sudah jelas diketahui oleh seluruh warga Amerika. Sayangnya, lagi-lagi dengan sebuah kekuasaan, Lucas dapat membuat Zathrian maupun anak buahnya masuk ke kawasan negeri Paman Sam tersebut. Oleh karenanya, kabar mengenai Camry tak pernah terdengar oleh Zathrian.

Tapi lalu pemikiran itu terpintas di benak Zathrian. Camry tak lagi berada di Amerika, ia berada di sini, di kota London. Itu artinya Zathrian kembali bisa melacak wanitanya itu. Dia tersenyum picik nan tipis, mengeluarkan ponselnya dan segera menghubungi bawahannya.

—-

"Dad..." Camry memeluk tubuh ayahnya yang tak sadarkan diri. Air matanya menetes. Sosok pahlawan yang selalu melindunginya kini tampak lemah tak berdaya dengan mesin-mesin rumah sakit menempel di seluruh tubuhnya.

"Dad aku di sini. Camry pulang.."

"Camry, dia akan baik-baik saja," Matt melepaskan Camry dari tubuh ayahnya dan menarik wanita itu ke pelukannya. "Aku yakin dia akan baik-baik saja. Ayahmu pria yang kuat, kau tahu itu kan?"

"Aku menyesal pernah mengecewakannya. Aku seharusnya tak pernah mengenal lelaki sialan itu dan tetap menjadi gadis baik ayahku.."

Matt menggelengkan kepalanya. "Jangan berkata seperti itu, Cam. Tak ada yang perlu disesali. Kau masih putri Lucas yang sangat baik. Tak pernah kudengar sekalipun ia mengeluh tentangmu. Dan meski kejadian buruk itu terjadi, setidaknya kita bersyukur untuk memiliki si kembar. Lucas sangat menyayangimu dan mereka. Tak ada hal yang membuatnya kecewa darimu."

Pintu ruangan VIP itu terbuka. Seorang dokter dengan beberapa orang residen berseragam biru khas rumah sakit masuk.

"Selamat sore. Saya Barton, dokter spesialis yang menangani Tuan Lucas Lennox."

"Sore, dokter Barton. Saya Matthew dan ini adik saya, Camry Lennox. Kami anak-anak dari Lucas."

Barton, dokter spesialis kanker yang sudah tak lagi muda itu mengangguk. "Kalau begitu saya akan menjelaskan keadaan Lucas sekarang. Kankernya sudah mencapai stadium 4, dan sudah mulai menyerang bagian kepala, bisa dibilang sudah di tahap membahayakan. Tapi jangan khawatir, masih ada harapan untuk kita bisa menyembuhkannya, meski kemungkinannya begitulah kecil. Saat ini ayah Anda masih dalam pengaruh obat yang membuatnya tak sadarkan diri untuk beberapa hari. Selain itu, tak perlu ada yang harus dikhawatirkan lagi."

Entah ia harus bahagia atau sedih. Di satu sisi, ayahnya tengah dalam koma karena pengaruh obat, namun di sisi lain juga ia tak bisa menerima fakta bahwa kemungkinan umur ayahnya tak lagi panjang.

"Terima kasih atas penjelasannya, dokter Barton."

Barton mengangguk. "Izinkan saya dan murid-murid saya memeriksa Lucas Lennox."

Matt mengangguk memberi izin.

- - -

Zathrian menyesap teh hangatnya, memandangi pemandangan kota London dari balkon penthouse-nya. Memikirkan wanita yang entah tengah berada di mana sekarang. Bertanya-tanya, apakah ia membenci Zathrian sekarang? Ataukah mungkin ia merindukannya seperti dirinya merindukan wanita itu?

Kebiasaan ini sudah ia lakukan selama 6 tahun kehilangan wanitanya. Camry tak pernah sedetik pun meninggalkan Zathrian dengan tenang. Bayangannya, tawanya, kenangan mereka seolah menempati rumah megah yang tersedia di otak dan hati Zathrian. Terlalu nyaman untuk ditinggalkan.

Zathrian tahu, apa yang ia lakukan waktu itu salah. Ia menodai gadisnya. Menutup telinganya saat Camry menangis dan menjerit. Seolah dirinya bukanlah Zathrian yang selama bertahun-tahun menyayangi dan melindungi Camry. Entah setan apa yang merasukinya hari itu, namun yang pasti Zathrian menyesal.

"Camry.. gadisku yang malang..," lirihnya perih.

Bayangan wajah Camry terlintas di benaknya. Bagaimana gadisnya itu tertawa, menangis, berkeluh kesah tentang ayahnya yang begitu protektif padanya.

Zathrian pernah menjadi pria terdekatnya. Lebih dekat dari sebuah perangko yang menempel di kertas. Ia selalu ada untuk Camry, sebagai sahabat dan pria yang mencintainya. Cinta mereka lebih dari apapun. Meski dunia tak pernah tahu mereka sempat bersama karena Camry yang menginginkan hubungan mereka backstreet, Zathrian senang dan bersyukur pernah merasakan dicintai wanita seluar biasa Camry.

Suara dentingan notifikasi dari ponsel jadul Zathrian membuyarkan lamunannya.

Zathrian tak pernah benar-benar mengganti ponselnya. Terlalu banyak kenangan yang harus ditinggalkan jika ia mengganti ponselnya. Termasuk semua selfie-selfie yang pernah Camry ambil di ponsel itu saat dulu mereka bersama.

Dilihatnyalah layar ponsel yang sudah retak itu. Sebuah notifikasi pesan dari asistennya, Smith, membuatnya tersenyum bahagia.

Smith: Lucas Lennox dirawat di rumah sakit Central London karena kanker. Kemungkinan besar Nona Camry Lennox juga ada di sana. Kami akan menelusuri lebih lanjut.

Malamnya terasa lebih lagi menghangat, lebih hangat dari teh yang sejak tadi menemaninya. Sama hangatnya seperti hatinya.

Selangkah lebih dekat menujumu, Camry-ku. Ke mana pun kamu pergi, akan selalu kucari. Sampai ke ujung bumi pun, aku takkan berhenti. Tidak lagi sekarang. Aku tak bisa lagi kehilangan denyut nadi dan napasku, yaitu kamu.

Tamedजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें