5 - Twins

2.7K 262 16
                                    

"Nona Ocean, jangan berlarian! Hati-hati, Anda bisa jatuh di tangga!" seru seorang pelayan yang tampak tengah mengejar Ocean sambil membawa koper besar di kedua tangannya.

"Kejar aku, Nina!" Ocean tak mengindahkan perkataan wanita yang dipekerjakan kakeknya untuk merawat rumah cantik itu. Ia mengabaikan Nina yang tertinggal cukup jauh di belakangnya, dan terus berlari mengitari tangga untuk mencapai lantai 2.

Di lain sisi, River berjalan dengan tenang di belakang Nina. Ia tak memedulikan Nina yang kesusahan membawa tas mereka, tak juga memedulikan adiknya yang sudah menghilang di penghujung tangga. River tampak sibuk dengan rubik di tangannya.

Sesekali anak lelaki itu berdecak kesal, selain karena acakan rubik yang sulit, juga karena Matt menipunya. Pria itu berjanji akan membawanya menemui sang kakek. Tapi saat ia terbangun dari tidur siangnya di mobil, ia malah melihat sebuah rumah megah dan bukannya rumah sakit tempat kakeknya dirawat.

"Ini kamar Anda, Nona Ocean," Nina meletakkan satu koper milik Ocean setelah mereka berhenti tepat di depan sebuah pintu putih yang tampak mewah dan tua.

Ocean membuka pintu kamar kosong itu. Ia melihat sekitar. "Aku tidak suka kamar ini. Terlalu dewasa dan polos. Aku mau sesuatu yang pink, cerah, dan penuh warna-warni! Jangan lupa boneka-boneka yang lucu dan meja teh kecil untuk pesta tehku!"

Nina menghela napas. Ia menoleh ke belakang, di mana Ariel—pria tua yang juga bekerja untuk Lucas—berdiri. Ariel mengangguk kecil pada Nina, memberi petunjuk bahwa gadis kecil di hadapan mereka akan segera dituruti kemauannya.

Nina lagi-lagi menghela napas. "Baik, Nona Ocean. Kami akan segera memperbaiki ruangan ini. Selama itu, maukah kau menunggu di ruang makan dan menyantap makan malam?"

"Aku mau macaroni keju untuk makan malam," kata Ocean.

Nina tersenyum penuh kesabaran. "Koki kami akan berusaha memasak menu Amerika itu untuk Anda."

Ocean mengangguk. "Bagus, bagus." Gadis itu lalu turun ke bawah, diikuti dengan Ariel.

"Maafkan adikku. Dia memang sangat menuntut. Entah sifatnya dia dapatkan dari mana. Mom tidak selalu begitu," ujar River.

Nina tersenyum lembut pada River, "Mungkin dari ayah kalian."

"Kami tidak punya ayah," jawab River singkat sebelum berlalu begitu saja.

Nina terpaku. Jawaban anak lelaki itu membuatnya merasa jadi tidak enak. Mungkin ia tak seharusnya membawa topik itu? Apakah River marah padanya? Kalau iya, bisa gawat karirnya di rumah Lennox ini.

Tapi kalau dipikir-pikir, ia jadi penasaran juga. Apakah benar River dan Ocean tidak tahu siapa ayah mereka? Ia sendiri pun tak tahu, dan ia sangat ingin tahu. Tapi tampaknya tak satu pun orang di dunia ini tahu, kecuali Camry, ayahnya, dan Matthew sendiri.

—-

Camry tengah berdiri di luar lobi rumah sakit, menunggu supir yang membawakan mobilnya datang untuk menjemput.

Wanita itu merapatkan jas yang ia kenakan. Ia merasa tidak nyaman berdiri sendiri di sana. Seperti ada yang tengah menatapnya, memata-matainya.

Camry memberanikan diri untuk menoleh ke belakang. Tapi nihil, tak ada siapapun selain sekuriti yang menjaga pintu utama rumah sakit.

Mungkin hanya perasaanku, batin Camry.

Ponselnya berdering menampilkan nama Matt di layar.

"Halo Matt?"

"Camry, putrimu menginginkan ruangan berwarna pink dan pernak-pernik warna-warni di dalamnya!" Pria yang baru saja menerima laporan dari Ariel itu mengoceh. "Dan ia ingin makan malam menu Amerika. Sesuatu tentang makaroni keju."

"Lalu kenapa? Itu bukan hal yang sulit kan, Matt?"

Terdengar suara helaan napas dari Matt. "Iya sih, tapi—"

"Aku akan segera pulang. Di mana supirmu?"

"Berdasarakan GPS-nya, ia sudah di gerbang rumah sakit. Kau pulanglah dan istirahat ya? Biar aku yang menjaga Lucas di sini."

"Iya, terima kasih Matt. Aku akan membawa si kembar ke sini besok," Camry memberi jeda sebelum ia melihat sebuah mobil sedan datang menghampirinya, "supirmu sudah di sini. Aku matikan teleponnya ya."

"Hati-hati."

Camry menaruh ponselnya ke kantung celana yang ia kenakan sebelum pergi dengan mobil sedan tadi.

Tanpa ia sadari, seorang pria yang sedari tadi mendengarkan percakapannya mulai tersenyum tipis. "Berita bagus untuk tuan besar!"

—-

"Kehidupannya begitu tertutup. Tak banyak yang mengetahui tentangnya selain ia adalah pengusaha Lennox di Amerika," jelas Smith sembari memberikan berkas-berkas hasil penelusurannya. "Nona Camry wanita yang pendiam dan tak pernah bergaul. Satu-satunya orang yang bicara padanya setiap hari yaitu hanya asistennya."

Zathrian menghela napas, membiarkan berkas-berkas itu berserakan di mejanya. "Camry memang begitu. Ia orang yang pendiam dan tertutup. Lucas Lennox yang membentuk kepribadiannya itu. Dia terlalu protektif pada Camry-ku sejak wanita itu kecil."

Smith mengangguk kecil menyetujui. "Tapi tuan," ia mengeluarkan sebuah ponsel bermuat rekaman suara dan memberinya pada Zathrian, "anak buahku menemukan suatu hal lain."

Zathrian mengangkat sebelah alisnya seraya menerima ponsel itu dan menekan tombol mulai.

Semua percakapan Camry dan Matt di panggilan telepon terdengar jelas. Namun, dari seluruh percakapan, hanya satu kalimat yang membuat tubuh Zathrian membeku dan telinganya terpaku pada kata itu.

"Si kembar..?"

Smith mengangguk. "Ada beberapa kemungkinan. Si kembar yang dimaksud mungkin adalah anak entah dari mana, atau.. mungkin anak Anda, Tuan."

"Aku ingin penelusuran lebih lanjut."

"Sedang kami lakukan."

"Bagus. Kerja bagus, Smith."

Smith tersenyum dan mengangguk pada tuannya yang tampak memiliki harapan di matanya.

TamedWhere stories live. Discover now