PROLOG

6.8K 479 45
                                    

21+

"Zathrian! Lepaskan!" Seorang wanita meronta-ronta di kungkungan pria. "Tolong! Siapapun tolong aku!" Ia melihat jelas pelayan-pelayan yang bekerja di rumah megah Zathrian berlalu lalang di sana namun tak ada satupun dari mereka yang berniat menolongnya. Mereka hanya menatapnya iba dan pergi dari sana.

"Tak ada yang akan bisa menolongmu, Camry. Aku yang berkuasa di sini, mereka hanya budak yang kupekerjakan," Zathrian tersenyum sinis. "Sekarang jadilah gadis yang baik dan turuti perintahku jika kau masih mau hidup, oke?"

"Aku lebih baik mati!" Camry meludahi wajah Zathrian membuat pria itu naik pitam.

"Kau jalang tak tahu terima kasih! Aku sudah mencoba untuk bersikap lembut padamu!" Zathrian langsung melahap habis bibir Camry hingga membengkak. Melumatnya keras tanpa ampun. Bahkan Camry sampai mengeluarkan air matanya. 

Lalu tanpa aba-aba Zathrian memasukkan kejantanannya pada kewanitaan Camry dengan sekali sentakan keras hingga wanita itu menjerit. Rintihan pilu dan tangisan menjadi satu. Camry tak bisa berbuat apa-apa lagi saat Zathrian terus menancapkan miliknya ke dalam tubuh wanita itu. 

Camry berteriak sejadi-jadinya saat merasakan sesuatu dalam tubuhnya robek. Zathrian menoleh ke bawah, terkejut saat melihat cairan merah kental keluar dari sana. "C- Camry.. aku--"

"Zathrian, kumohon hentikan.. Aku tidak berselingkuh seperti apa yang kau tuduhkan..." Wanita dengan tubuh telanjang itu langsung bersimpuh di depan Zathrian, menahan sakit sekaligus memohon dengan sangat pada pria yang baru saja memperkosanya.

Tapi Zathrian sudah dibutakan oleh cemburu. Matanya sudah menggelap. Ia ingin berada di dalam wanita itu lagi. Wanita yang sudah menjalin hubungan dengannya sejak zaman mereka kuliah beberapa tahun lalu.

Zathrian menarik tubuh Camry berdiri dan melemparnya ke ranjang kamarnya. Ia menutup pintu kamarnya seraya menguncinya. "Aku akan berhenti, setelah aku mendapatkan kepuasan itu, Camry." Lalu ia kembali menerjang Camry.

Camry menahan rasa sakitnya. Ia berusaha menahan Zathrian yang terus memompa di dalam dirinya. Tapi usahanya sia-sia. Camry hanya bisa menangis sambil merintih kesakitan saat Zathrian akhirnya melolong melepaskan cairan kepuasannya di dalam rahimnya. 

Zathrian lemas tak berdaya. Ia tak pernah bercinta sekeras ini dengan jalang-jalang yang ia tiduri di belakang Camry sebelumnya. 

Momen itu dimanfaatkan Camry dengan cepat. Ia langsung memukul kejantanan Zathrian yang baru saja beristirahat dengan sangat kencang lalu menendangnya tanpa ampun. Zathrian mengaduh kesakitan hingga ia kehilangan kesadarannya.

Camry langsung bangkit dan memakai kembali gaun polkadotnya. Dengan langkah tertatih-tatih dan air mata yang masih mengalir, ia pergi dari sana. Tanpa mengetahui hidupnya akan berubah drastis.

Tujuannya sekarang hanya satu. Ayahnya, Lucas Lennox. Tempatnya berlindung, sejak ibunya meninggal saat ia kecil, dan akan selalu menjadi tempatnya berlindung meski sampai menutup mata nanti.

---

"River, menurutmu Mom menangisi Dad lagi? Dia selalu terbangun di tengah malam seperti ini karena mimpi buruk tentang Dad..," bisik seorang anak perempuan yang tengah memeluk boneka beruang kecil.

"Dad sudah mati, Ocean. Jangan bicarakan orang yang sudah mati," jawab River, kakak lelaki kembarnya. 

"Tapi orang-orang di buku sejarah juga sudah mati, kenapa kita masih belajar sejarah?" 

"Itu berbeda. Mereka pahlawan sementara Dad bahkan tak layak dikenang."

Camry mengisap batang rokoknya yang sisa setengah dan mengeluarkan asapnya ke udara. Ia menatap keramaian kota New York dari jauh. Menghela napas, ia mematikan rokoknya yang belum habis sebelum menoleh dan mendapati kedua anak kembarnya tengah mengintip dari pintu balkon.

"Kenapa kalian terbangun?" Ia melirik pada jam di dinding, "ini pukul 2 malam."

"Kami mendengar Mom menangis. Apa Mom baik-baik saja?" Ocean menghampiri ibunya dan memberinya pelukan sebelum menyerahkan boneka beruangnya pada sang kakak. 

"Mom baik-baik saja." Ia menggendong putrinya. "Kalian harus kembali tidur."

River, tanpa sepatah kata, langsung berjalan ke kamarnya. Sementara Camry membawa Ocean ke kamar gadis itu dalam gendongannya.

"Mommy, aku tidak suka melihat Mom menangis," kata Ocean setelah Camry melepaskan gendongannya di atas ranjang pink gadis itu.

"Kalau begitu jangan lihat Mom menangis. Tidak semua dalam hidup ini, bisa berjalan seperti yang kita ingin, Ocean," jawab Camry. 

Ia mendaratkan kecupan ringan di pelipis putrinya. "Mom sayang Ocean dan River. Sampai jumpa nanti pagi."

Ocean menatap kepergian ibunya dengan murung. Ia mulai bertanya-tanya, kenapa ibunya seringkali menangisi ayahnya yang bahkan tak ia ketahui rupanya? Dan River, kakaknya, selalu melarangnya membicarakan pria yang tak ia kenali itu. 

TamedWhere stories live. Discover now