:: 013 ::

41 12 1
                                    

//Sabtu, 02-03-19
08:30 am

Kring... kring...
Gilang masuk sembari menyusutkan sedikit bagian baju lengan kiri. Ia melihat jam di jam tangannya yang menunjukkan pukul delapan tigapuluh. Seketika ia tersenyum. Setelahnya, ia pun mengisi daftar pengunjung lalu duduk di kursi biasa.

Hari Sabtu. Ke perpustakaan sudah bagaikan rutinitas bagi Gilang dan Syifa di hari itu. Hari libur selain Minggu. Hari, yang ditunggu-tunggu.

Saat duduk, Gilang mengernyit. Bingung. Melihat sebuah tas kecil di kursi sebelahnya. Dilihat dari bentuk dan warna, tas kecil tersebut pasti milik seorang perempuan. Tapi, milik siapa? Pertanyaan yang Gilang tidak perdulikan jawabannya.

Setelah melihat sekeliling yang tidak menemukan orang lain selain dirinya dan pustakawati di perpustakaan tersebut, Gilang mengeluarkan sebuah surat dari sakunya.

Dan apa yang ia lakukan? Of course! Ia menyimpan surat tersebut di atas meja, tempat Syifa biasa membaca.

Tanpa menyadari, di balik rak buku, terdapat tatapan kecewa melihatnya.

''Apa gue bilang! Pasti buat dia," ujar seorang gadis yang mengintip perbuatan Gilang dari balik rak. ''Dasar cewek kutu buku," lanjut Febita.

Ya, gadis tersebut adalah Febita. Teman sekolah Gilang yang jatuh hati padanya sejak pertama kali bertemu. Gadis yang membenci kekalahan. Gadis pemilik tas kecil itu. Febita Nabila.

Selang beberapa menit, Syifa datang. Setelah mengisi daftar pengunjung, ia pun duduk dengan raut wajah bingung melihat surat di atas meja.

''Lagi?" Tanyanya dalam hati.

Syifa menyadari jika sedari tadi lelaki pemberinya surat di sampingnya itu, Gilang, memperhatikannya. Syifa pun melirik. Namun, dengan cepat Gilang memalingkan pandangan.

Sedikit ragu memang. Tapi penasaran tetaplah dorongan terbesar untuk Syifa membaca surat tersebut.

''Kau tau?...

...Sebelum angka ditemukan, orang menghitung dengan tumpukan batu-batu.

Ada juga yang menghitung dengan mengukir garis pada kayu dan tulang. Cara menghitung ini, aku selalu gunakan.

Mengukir garis satu, satu, satu, dan satu yang semakin membentuk jarak untuk garis di setiap ujungnya.

Namun, untuk menandakan angka lima. Satu garis diukir menyerong menyatukan setiap ujungnya.

Dan kuharap, garis yang menjadi penanda angka lima tersebut... adalah Waktu."

~G.A~

Beloved Saturday //Great Distance in A Small LibraryWhere stories live. Discover now