:: 06 ::

63 27 11
                                    

Rasanya, waktu berhenti. Jarum jam dilarang untuk berdetak. Di dunia hanya ada mereka berdua. Membaca surat, seakan membaca sepatah bait puisi raja.

Ketegangan menguasai.

Pikiran Syifa kacau membaca kalimat yang bahkan tidak membuat paragraf. Ia tidak bisa berpikir rasional saat ini. Kalimat dalam surat yang bisa selesai dibaca satu detik itu, dapat memengaruhi lebih dari satu abad.

''A--apa yang dia tulis ini?" tanya Syifa pelan. Ia terheran-heran dengan maksud lelaki itu menyampaikan surat tersebut untuknya.

Perlahan, Syifa menilik lelaki di sampingnya. Namun, di saat yang bersamaan, lelaki itu melirik. Sontak, dengan tatapan terkejut Syifa memalingkan wajah.

''Dia melihatku, dia melihatku, dia melihat ke arahku," ujar Syifa sembari menutup wajah dengan telapak tangan. Malu.

Tidak lama, lelaki itu kembali membaca buku. Namun, Syifa masih dengan pose yang sama.

Tiba-tiba, telapak tangannya beralih ke pipi. Ia menepuk pipinya seakan berkata 'Sadar! ingat tujuanmu ke perpustakaan ini. Jangan biarkan kata dalam surat itu memengaruhimu.' Setelahnya, ia terlihat menghela napas panjang.

Sambil menyelapkan surat tersebut di sela buku catatan. Syifa berdiri. Ia merapihkan buku, lalu memeluknya.

Dengan perlahan, ia berjalan dari tempat duduk. Berpindah tempat. Saat akan melewati lelaki itu, tangan Syifa memegang keras buku di pelukannya.

Ketika sudah berada tepat di belakang lelaki itu, Syifa membuka mulut.

''Thank you," ucapnya.

Seketika, lelaki tersebut tersenyum lebar.

Pandangannya kini teralihkan. Ia tidak lagi memandang kata-kata yang tersusun menjadi kalimat dan kalimat yang menjadi paragraf di bukunya. Kini, ia memandang Syifa dari kejauhan.

Duduk sendiri di pojok ruangan. Berniat untuk fokus belajar. Syifa membuka bukunya.

Saat ini, Syifa duduk jauh dari lelaki itu. Lebih tepatnya, mereka saling membelakangi.

Aroma debu perpustakaan dan buku yang tercium tajam. Keheningan yang membalut ruangan. Suasana yang monoton. Dengan latar yang memberi kesan melankolis. Entah mengapa, perpustakaan tersebut menjadi tempat sebuah senyuman dapat terukir. Tempat penuh kebahagiaan. My favorite place.

Beloved Saturday //Great Distance in A Small LibraryWhere stories live. Discover now