:: 08 ::

79 20 11
                                    

09:15 am

Sebuah motor terparkir di depan perpustakaan kecil yang bercat oranye.

Terlihat dua remaja memasuki perpustakaan itu silih berganti. Gilang dan Febita.

Setelah mengisi daftar pengunjung, mereka pun duduk. Gilang duduk di tempat biasanya, di kursi ujung kiri. Dengan Febita di sampingnya.

''Kok sepi banget?" Tanya Febita sembari memperhatikan sekeliling.

''Maaf, ini perpus. Bukan pasar," jawab dingin Gilang.

''Iya, gue tau!"

''Kalo tau, kenapa tanya?"

''Yah... setidaknya ada pengunjung lain gitu. Ini cuma kita."

''Ada kok! Sebentar lagi pasti dia datang."

''Siapa?" Tanya Febita yang dibuat penasaran.

''Bukan urusan lo," ujar Gilang. ''Dan ingat! Jangan ganggu dia," tekannya.

''Ishh... ngatur amat sih."

Mengabaikan perkataan Febita, Gilang membuka lalu membaca bukunya.

Dengan terpaksa, Febita juga mengambil salah satu buku di hadapannya. Ia membuka acak halaman di buku tersebut.

Selang beberapa menit, seorang gadis berpena biru masuk perpustakaan. Ia menulis namanya di daftar pengunjung dengan nama Syifa Amanda.

''Dia datang," ujar pelan Gilang yang hampir tak terdengar.

''Hah? Lo ngomong sesuatu?" Tanya Febita yang kurang jelas mendengar perkataan Gilang.

Hening. Gilang tidak menjawab, ia sibuk dengan dunianya sendiri. Membaca buku.

''Kalo gitu, Syifa duduk ya, kak." Syifa berjalan menuju tempat duduknya, setelah berbicara dengan pustakawati di perpustakaan tersebut. Laila.

Setelah duduk, mata Syifa sedikit menilik pemandangan langka di sampingnya. Ada seorang gadis yang duduk di samping lelaki pemberinya surat, Gilang. Yang tidak lain adalah Febita.

Syifa tersenyum lebar melihat pemandangan itu. Pengunjung perpustakaan kecil tersebut bertambah. Minat membaca buku bertambah. Seorang gadis pula. Berpikir, mungkin ia bisa berteman dengannya. Itulah mengapa senyuman terukir di wajahnya saat ini. Ia bisa belajar dengan tenang.

Namun, setelah beberapa jam, ekspresi Syifa terlihat terganggu. Ia seperti menahan untuk berbicara.

Awalnya, ia berpikir dengan adanya gadis lain di sampingnya, ia bisa belajar dengan tenang seperti seharusnya. Namun, gadis yang duduk di sampingnya itu menjadi alasan ia terganggu dan tidak bisa tenang. Febita. Ya, entah mengapa Syifa terganggu oleh Febita yang sedari tadi tidak melakukan apapun kecuali membaca buku, mungkin.

Syifa menghela napas panjang. Ia pun memberanikan diri untuk berbicara.

''Kak! bukunya terbalik," ujarnya.

Beloved Saturday //Great Distance in A Small LibraryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang