-Siebzehn : Beleidigt-

435 81 42
                                    

[Name] ingin jawaban pasti, kenapa Gilbert bertingkah lesuh dan tidak tertarik lagi padanya. Ehhh. Bukan itu, bukan itu! Kenapa Gilbert menjauhinya? Padahal dia yang selalu membuat jengkel. Dia yang selalu jahil. Dan dia yang mengotori wajah cakep Arthur.

Lupakan Arthur!

Meski begitu, rasanya ingin minta maaf. Mungkin saja Gilbert tidak setegar kelihatannya.

"Oh, [Name]! Sudah lama menunggu?" Lelaki datang, setahun lebih tua, seceria mentari pagi.

"Senior." [Name] bangkit dari kursi taman, menyambut sang sepupu yang ramahnya bukan main.

"Nih, aku bawakan ini." Senior Antonio menyerahkan churros.

[Name] sudah lama tidak memakan makanan ini. "Gracias, Senior!" [Name] selalu ketularan gembira kalau lawan bicaranya Antonio.

Antonio tertawa. "Jangan kaku gitu, ah. Ini di luar sekolah kok."

Keduanya secara alami duduk. "Jadi, ada apa? Mau membeli buku lagi? Mau diantar?"

[Name] menggeleng senang ditanya begitu. Karena yahh, seringkali [Name] tak punya kawan untuk pergi ke toko buku (selain dari pada Mathew atau Emma). Meski respons Antonio terhadap buku cuma cengiran lebar tak memahami.

"Tentang Senior Gilbert."

Baru sebait kata itu, Antonio sudah tersedak. Bodohnya, tak ada yang membawa minum. Bisa-bisanya beli churros tanpa menyiapkan sebotol air!

"Senior!"

Tangan Antonio mengangkat, sebagai isyarat agar tidak usah cemas. Beberapa upaya sampai churros selamat melewati kerongkongan.

"Dia ... Melakukan apa padamu?" Wajah Antonio serius. Dan tangannya mulai gatal ingin melempar kapak warisan turun temurun dari nenek moyang kepada si Albino tukang buat onar. "Aku sudah curiga semenjak kau membawakan Gilbert kotak bekal. Dia pasti memaksamu, ya?!"

[Name] terharu Antonio bersimpati, tapi dia jengkel juga karena sepupunya itu telat sekali.

"Senior tahu tidak, aku jadi wakil sementara?"

"Ya, tahu." Antonio mengangguk, tak mengendurkan wajah penasaran.

"Aku takut sekali kepada Senior Gilbert. Soalnya, semua orang tahu dia ketua OSIS tergagal sepanjang sejarah sekolah. Lalu, dia banyak menjahiliku."

Antonio mulai beranjak. "Aku akan beri dia pelajaran!"

"Tunggu dulu, Senior! Belum habis ceritanya!" [Name] menarik kembali Antonio agar duduk.

"Lalu, lalu?"

[Name] ceritakan perihal kebaikan Ludwig, kegagalan Gilbert dalam menjahili; hanya guyuran air di ruang OSIS serta kotak makanan saja keberhasilan Gilbert. Lambat laun, agak malu-malu, [Name] ceritakan perihal Arthur, Mathew yang kembali lagi ke sekolah, dan sekarang Gilbert yang mulai berubah: seperti kecewa padanya.

Wajah Antonio yang sempat garang tadi mengendur. Habis garangnya diganti kasihan, kerutan ringan di kening dan helaan napas lelah. Melihat perubahan ekspresi Senior, [Name] mengajukan pertanyaan.

"Senior pasti tahu sesuatu?"

Antonio mengangguk. Dia meraih ponsel dan tanpa basa-basi memutar rekaman.

"Aku sudah memberikan kesan baik pada wakil ketua OSIS sementara itu."

".... Kita mulai dengan merebut kursi wakil, kemudian menggulingkan si sialan Gilbert dari dalam! HAHAHAHA!"

"Dari awal anak itu kan dipaksa oleh si Gilbert. Dia pemalu dan tak kompeten lalu menang banyak jadi seorang wakil! Sudah, bilang padanya posisi wakil ada padaku."

Suara senior Arthur. Terdengar merendahkan, dan jahat.

[Name] melongo menatap Antonio tanpa kesadaran.

Antonio panik melihat sepupunya termenung kaku.

"[Name]? Hoi? [Name]?!"

"Si ...."

"Si?"

[Name] menunduk, churros ditangan ia kepal sampai remuk dan beberapa batangnya jatuh ke tanah. Bukan hanya itu, Antonio terkaget melihat sepupunya melempar sisa churros ke tanah, dan diinjak-injak lah churros itu sampai kini berupa bubuk semata.

"Sialan. SIALAN! AAAAAAAAA!"

Antonio tercengang bukan main. Sepupunya yang pemalu itu, yang baik dan kutu buku itu, baru saja mengumpat! Umpatan pertamanya setelah lahir dari rahim ibu!

"KENAPA SENIOR ARTHUR HANYA MEMBAHASKU SEDIKIT SAJA?!"

Itu alasan utamanya ternyata. Coba kembali ke masa itu, masa di mana Arthur menyelamatkan [Name] dari perselisihan sengit Gilbert-Ludwig, di gedung kelas dua, dan Arthur lebih banyak membahas rencana menggulingkan Gilbert dengan mengambil kursi Mathew. Sedangkan [Name] hanya dibahas sekalimat pendek saja.

"Terima kasih Churros-nya, Senior!" Dengan kesal begitu, [Name] pamit undur diri.

Antonio duduk di tanah, menatap nanar churros kesukaan.

"Aku beli ini buat kau makan ... bukan buat diumpat ...."

°°°

[Name] membuat secarik puisi sebelum tidur.

Besok aku

Akan menemui Ludwig

Beserta dua kawannya

Kita akan kembali

Menyusun rencana

Kini berbeda

Bukan menghindari Senior Gilbert

Tapi menggagalkan rencana Senior alis tebal sok ganteng-sialan!

Catat ini. Nona kutu buku macam [Name] sangat menyeramkan ketika sakit hati! Bahkan sampai menulis puisi!

.
.
.
.
.
.

Fortsetzung...

A/n:

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

A/n:

Akhirnya aku punya ide buat cerita ini!

Lanjut? Lanjut?!

ヾ(❀╹◡╹)ノ゙

My Senior (Gilbert) (Hetalia)Where stories live. Discover now