-Drei : Die Erste Interaktion-

893 159 22
                                    

From: Senior Mathew

[Name]? Kau belum berikan pada Gilbert? Maaf, [Name]. Tapi, itu kertas berharga yang harus segera Gilbert isi dan serahkan pada kepala sekolah. Bisa besok kau berikan padanya? Aku yakin kali ini Gilbert takkan menjahilimu lagi, aku sudah mengadukannya pada Ludwig, adiknya Gilbert. Jadi, bisa tolong bekerja sama sekarang. A-aku masih belum diperbolehkan pulang.

[Name] membeku di kamarnya saat membaca pesan yang masuk. Ia sudah merasakan hari-hari normal selama dua hari, setelah insiden dipeluk dari belakang itu. Besok, ia harus menghampiri sarang macan lagi? Si ketua osis nakal itu lagi?

[Name] perlahan mematikan ponselnya. Ia menghela napas frustrasi. Apa boleh buat, ia telah mengangguk menyanggupi permintaan tolong Mathew agar menggantikannya sementara waktu sebagai wakil ketua osis. [Name] tahu apa itu sebab-akibat. Sebab dari ia setuju menjadi wakil ketua sementara, dan akibatnya akan stres bertemu dengan Senior Gilbert.

Ya sudahlah, aku takkan lari besok. Batin [Name]. Terujarnya memang lelah. Ia langsung menidurkan diri di kasur.

.
.
.

[Senior]

.
.
.

Tok! Tok! Tok!

[Name] berada di depan pintu ruangan Osis. Astaga. Hari ini akan datang ternyata, [Name] berdoa agar hari ini cepat berlalu tentu dengan tersampaikannya map biru lecek di tangan.

Ketika hendak tangan kanan [Name] mengetuk pintu, tiba-tiba [Name] tersadar dengan pintu ruangan Osis yang terbuka sedikit.

Uh, tidak ditutup. Biasanya tertutup rapat, tak jarang juga dikunci. Tak ada orang, kah? Batin [Name]. Gadis pemakai kacamata itu sedikit mengintip. Hm, tak ada siapa-siapa rupanya, hening dan benar-benar tak ada orang. [Name] mengangkat senyuman senang.

Baiklah, masuk, simpan, pakai note kecil. Lalu pulang. Batin [Name] kembali. Tinggal di simpan mapnya di meja ketua Osis dan dia langsung pulang. Hohoho. [Name] tak tahu akan segampang ini rupanya.

[Name] menstabilkan sikapnya, tadi dia berjalan perlahan bagai pencuri yang hendak kabur. Sekarang [Name] membuka pintu yang sudah sedikitnya terbuka itu, ia masuk dan segera menaruh map di meja ketua Osis.

Waw, ruangannya mirip ruangan rapat yang ada di televisi. Sekolah ini terlampau memanjakan Gilbert. Ah, tunggu, kenapa [Name] berpikir seperti itu? Tetap saja ia tak habis pikir, kenapa Gilbert yang memenangkan pemilihan ketua Osis waktu awal-awal ia masuk ke sekolah ini? Kalau tak salah, Roderich bahkan Arthur juga mencalonkan diri, kenapa tak menang, ya? Aneh. Selera murid di sini aneh. Mungkin hanya dia yang normal. [Name] tiba-tiba cekikikan sendiri, dia sudah menuliskan note di secarik kertas dan kini di taruh rapi di atas map lecek.

Tiba-tiba suara decitan terdengar, pintu ditutup? Siapa yang menutupnya?! [Name] terkaget luar biasa, ia berbalik dan hampir menjerit karena yang menutup ruangan dari dalam adalah Gilbert.

Lalu setelah terdengar suara tambahan ... Pintunya dikunci Gilbert.
"TOLOOOOOONG!" Seketika [Name] menjerit dan berlari ke sisi ruangan dekat jendela.

Gilbert menghela napas. "Berisik! Suruh siapa masuk ruangan terkeren ini tanpa seizinku! Aku kurung kita berdua di sini baru tahu rasa kau, ya, kesesese." Gilbert tertawa puas, bagai penjahat.

"A-aku akan turun lewat jendela kalau tidak dibuka pintunya sekarang juga, Se-senior!" Disaat seperti ini [Name] masih memakai sopan santun, memanggil Gilbert dengan embel-embel senior.

"Silakan saja, yang celaka kau sendiri." Gilbert berjalan dan mendekati ke arah map lecek.

"Ta-tapi, Anda akan dipenjara! Dan hidup sengsara!" [Name] terus mengancam, walau ketakutannya sangat menyelimuti dirinya.

"Itu gampang, saat kau menjatuhkan diri, aku akan pergi ke luar dan pura-pura tak mengetahui. Semua orang akan menyalahkanmu sendiri karena memasuki ruangan Osis tanpa izin. Hihi." Gilbert menahan cekikikannya, ia mulai menyukai raut ketakutan [Name].

[Name] menjadi lemas, ia lunglai dan berlutut di lantai seolah nyawanya hilang begitu saja.

Gilbert melirik dan mulai membaca kertas yang ada dalam map.

"Ini tentang peresmian ekskul, ya? Cih. Prosedurnya rumit. Hei, kau, [Last Name]. Besok kita mulai bekerja." Gilbert menghampiri [Name] yang bersandar pada tembok.

[Name] diam tak merespon, terserah sajalah. [Name] benar-benar pasrah.

Gilbert mengamati wajah [Name], kemudian turun pada nama bordiran yang tercetak di baju [Name].

"Ehh~ namamu awesome juga, [Name]." Gilbert mulai kembali berdiri.

[Name] kini membalas pandangan Gilbert. Gilbert mulai melempar kunci pada [Name], kunci tersebut jatuh di dekat kaki [Name].

"Ada ancaman dari Ludwig, suruh kau yang pegang kunci ruang Osis selagi Mathew masih dirawat, atau dia takkan membantuku mengerjakan tugas. Ah! Terserahlah. Besok kita akan mulai bekerja, wakil ketua, kesese." Gilbert menghampiri singgahsananya.

Besok ... mulai bekerja ... dengan ... Senior Gilbert? [Name] langsung tertunduk kembali.

.
.
.
.
.
.
.
.

Fortsetzung...

My Senior (Gilbert) (Hetalia)Where stories live. Discover now