-Neun : Von der Schule nach Hause kommen-

669 131 25
                                    

[Name] mengarungi jalan pulangnya dengan rasa diri yang lega. Demi apapun, hari ini tak terjadi apa-apa, setidaknya tidak ada kejahilan yang menimpa dirinya seperti awal bertemu si ketua OSIS-Gilbert.

"Ekskul koran, mereka sungguh baik, terutama Ludwig." Untuk sesaat, [Name] terisak mengingat betapa kalah telaknya Gilbert oleh si adik yang memang tidak terlihat seperti adik. "Ta-tapi, besok? Seterusnya?" [Name] ketakutan mengingat jelas perkataan Ludwig dipenghujung istirahat tadi.

[Name] menggelengkan kepalanya kuat agar segala kegelisahan di kepalanya segera hilang.

Ini di luar jam sekolah. Senior Gilbert takkan berani! Aku yakin! [Name] menenangkan diri dengan menancapkan sugesti di hati.

Setelah cukup tenang. Ia kembali mengarungi jalan perumahan dengan rasa gembira melihat beberapa website yang menyuguhkan gambar-gambar cover buku (tapi bukan novel, melainkan buku-buku keilmuan). Saat hampir tersandung oleh kaleng di jalan setapak, [Name] sadar akan kehadiran sampah keras itu. Ia memungut si kaleng kemudian berjalan ke tong sampah dan memasukkannya ke dalam. Setelah selesai, [Name] menjerit dalam hati saat melihat ...

... Sebuah buku Rumus-Rumus Fisika tergeletak di pinggir tong sampah dengan banyak robek dan noda kopi yang memperburuk penampilannya.

"TIDAAAAK! BERANINYA ORANG BERBUAT HINA SEPERTI INI!" [Name] jatuh terduduk di dekat tong sampah tepat di hadapan si buku naas.

Lama merenung dalam kesedihan, [Name] tahu siapa pelakunya! "Ke- kejam Senior Gilbert, dia sampai tahu kelemahanku ... Senior Gilbert jahat!" -tepatnya pikiran [Name] lah yang menuntun untuk menampilkan si ketua OSIS sebagai pelaku (dengan sensor tinta hitam di area mata) dalam kepala.

"Huh? Bukan aku! Aku tak suka buku, menyentuh pun tak mau, apalagi fisika. Hih!"

"Bohong!" [Name] refleks menyahut suara di belakang tubuh.

"Bener, kok." Gilbert berdiri di belakangnya dengan ... Kaus hitam tanpa lengan, kalung silver, rantai menggantung di saku celana sekolah, tas sekolah masih dipakainya.

"... Eh?" [Name] membeku di tempat, tak bisa bergerak, tak bisa melawan, membeku di tempat.

"Hm, coba kulihat." Gilbert turun jongkok tepat di samping [Name]. "Hahahaha! Mantap buku fisika teraniaya!" Pemuda itu menyemprotkan tawa dengan segala kegembiraan hati melihat salah-satu buku penunjang mata pelajaran sekolah naas di dekat tong sampah.

"Ja-jahat ...." [Name] merebut buku tersebut kemudian mengelus-ngelusnya dengan sayang. Gilbert merasa gadis wakil sementaranya itu aneh.

"Ugh, Senior, Anda bau sekali!" [Name] terbatuk saat menyadari aroma tak sedap.

"Bukan aku! Lihat di sampingmu ada apa!"

"Ada Anda, Senior!" [Name] mulai sedikit demi sedikit berani.

"Sampingmu yang lainnya!" Gilbert menunjuk ke arah tong sampah.

[Name] menengok, sebab terkejut refleks ia mundur dan menubruk dada Gilbert. Gilbert kaget jadi duduk dan memegang pundak [Name].

Kini yang [Name] rasakan sesuatu yang berdenyut-denyut ....

"Wakilku, lihat ini!" Gilbert maju masih dalam posisi [Name] yang bersandar di dadanya, kedua tangannya terulur ke depan wajah gadis itu seperti [Name] dipangkuan dengan kedua tangan Gilbert yang mengurungnya. Gilbert menunjukkan kamera digital kemudian memperlihatkan foto [Name] yang tadi menjerit sambil memegang buku fisika.

[Name] diam menatap foto itu.

"Kan tadi aku gagal menjahilimu, edisi blog ku malam ini, aku beri judul, Mereka yang Berkacamata Hanya Peduli dengan Buku Fisika. Kesesesesese!"

"KYAAAAAAH!" [Name] lari terbirit-birit saat Gilbert mengangkat bangga kamera.

"O-oi ...." Gilbert bangkit dan menggaruk rambut. "Ya sudah. Fufufu." Ia kembali pada kamera digital di tangan. "Si Elizabeth, si anak manja itu, si Arthur juga, hahahaha."

"Oiii! Gilbert!"

"Gilbert!"

Kedua sahabatnya berlari dari arah berlawanan. Gilbert berbalik dan melambaikan tangan.

"Puji aku, foto aku, upload fotoku dengan penuh sanjungan karena oniisan ini telah mendapatkan soda 500 ml itu!" France yang berpenampilan sama seperti Gilbert segera berdiri anggun dengan menggigit mawar.

"Oke!" Gilbert memotret France sebanyak 15 kali. Ogah, ah, nanti aku upload dengan judul Monyet Siapa Ini yang Kabur? Nyihihihi. Yah, batin Gilbert memiliki rencana lain.

Di sepanjang sesi foto France yang terlaksana secara dadakan itu, Antonio masih berdiri dengan keringat banyak serta memeluk botol minuman soda yang ukurannya lebih besar dari botol biasanya.

"Gaya begini bagaimana, Gil?" France menyimpan setangkai mawar di daun telinga.

"Aku dapat menyebutnya Hiasan Mempesona!" Gilbert memotret, hatinya meludah.

"Kalian ... kita janji setelah ini akan mengerjakan tugas, iyakan? Kan? Oi!" Antonio tak dijawab. France sibuk dengan gaya-gayanya, Gilbert sibuk dengan kamera dan rencana jahil di pikiran. "Cih. Awas kalian."

Selang beberapa detik, Gilbert dan France yang sudah selesai sesi pemotretan itu pun dikagetkan oleh Antonio yang tengah mengocok-ngocok botol membuat soda di dalamnya terdengar suara.

"A-Antoni?"
"Antonio?!"

"SODA SHOOT!" Antonio mengarahkan botol kemudian membuka tutupnya menyemprotkan air soda yang sudah siap keluar semenjak wadahnya diguncang-guncangkan.

Gilbert dan France menjerit mendapatkan serangan soda dari Antonio.

"HAHAHA RASAKAN! AKU MAU MENGERJAKAN TUGAS SENDIRI! BYE!" Antonio melewati kedua temannya yang terkapar di jalan setapak.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Fortsetzung...

A/n:

Hai Hai haiiii! Aku update lagi, entah kesambet apa hahaXD lagi selingan nulis sama cerita ori di akun kedua (。>﹏<。)

Gimana chapter kali ini? Kalian kaget ketemu si Gilbert di jalan perumahan yang sama. Cie cie. Petaka, laknat ataukah musibah? 😂/gggg/

Nantikan chapter selanjutnya! ♪ヽ(*´∀')ノ

My Senior (Gilbert) (Hetalia)Where stories live. Discover now