-Acht : Scheiterte Kläglich-

648 129 23
                                    

Dari kelas berjalan ke gedung anak kelas 1 malah yang Gilbert dapatkan tidak sesuai harapannya. Dia berdiri mengintip di balik jendela dengan kesal menatap sang adik yang sedang makan bersama tiga orang teman-[Name], Feliciano dan Emma.

"Cih. Bukannya aku datang ke sini untuk memotret [Name] yang panik dengan rok seragamnya yang penuh permen karet?!" Berbisik sembari tangan mencengkeram kuat kamera ponsel. Gilbert semakin kesal tatkala [Name] yang tertawa saat Feliciano berulah.

"Aku tahu ... ini pasti ulah kau ya, adikku." Gilbert berbisik lagi semakin fokus dan menyipit menatap Ludwig yang meminum air botol.

"Awas saja ya! Kejahilan yang sebenarnya malah akan dimulai, kesesese." Gilbert mundur dua langkah tanpa mengintip kembali jendela kelas adiknya.

"Aku akan siapkan dulu!" Gilbert berbalik, seringaian khasnya itu turun ketika ada siswa berdiri di belakang tubuhnya.

Siswa dengan nama Honda Kiku di bordiran seragamnya.

"A-aku tak mendengar apa-apa, senpai! A-aku tak mendengar soal kejahilan atau apalah itu, senpai! Sungguh!" Kiku panik dan berlari hendak menggapai kelas Ludwig.

Tentu Gilbert mengejarnya!

Dan terjadilah sedikit kegaduhan di depan pintu kelas Ludwig. Namun ya, Kiku selangkah masuk membuat Gilbert pun ikut masuk dengan berhasil menarik kerah belakang baju Kiku.

"Ludwig-san!" jerit Kiku.

"Oh, Kiku~" Feliciano yang pertama menyapa.

"Kiku? Niisan?!" Ludwig berdiri karena kaget kakaknya ada di sini.

"Y-yo, West. Dan, semua yang ada di sini. Se-selamat nikmati saja makan-makannya." Gilbert jadi salah tingkah dan perlahan mulai melepaskan kerah baju Kiku.

Kiku yang merasa terbebas itu mulai berlari dan tersungkur akibat larinya di depan kaki Feliciano. Feliciano turun kemudian menenangkan Kiku.

[Name] tersedak tatkala Gilbert menghampiri dan menepuk pundaknya.

[Name] ketakutan dengan menunduk dan tidak meminum minuman yang ingin sekali ia minum untuk meredakan keperihan di tenggorokan.
"Ada apa Niisan ke sini?" Ludwig menatap kakaknya.

"Ada apa, ya? Hmmm." Gilbert tersenyum nakal kemudian tangannya naik mengelus-ngelus kepala [Name]. "Aku mau makan bersama wakilku! Ayo wakilku, ikut aku."

[Name] semakin ketakutan dan diam di tempatnya.

"Tapi, Niisan, dianya tak mau." Ludwig menunjuk [Name] yang menggeleng kuat beberapa kali.

Gilbert memasang wajah masam saat ia lihat [Name] yang menunduk dan menggeleng kuat lagi.

"Ekhem, Niisan. [Name] sedang makan bersama kami, jadi sepertinya ajakanmu besok saja?" Ludwig menyilang tangan di dada sembari menatap wajah sang kakak dengan wajah serius andalannya.

Gilbert diam dan cemberut. Ia pergi dengan rasa kesal. "Awas kau, [Name], besok kau takkan bisa kabur," desis Gilbert saat berada di depan kelas adiknya.

.
.
.

[Senior]

.
.
.

"Be-begitu yang Gilbert-senpai bilang selama di depan pintu kelas, Ludwig- san." Kiku gemetaran badannya saat mengingat detik-detik dikejar Gilbert.

"Nadimu berisik sekali, Kiku, minum lagi yang banyak." Feliciano menuangkan minuman teh botol ke gelas plastik yang sebelumnya bekas air putih.

"Hontou ni arigatou, Feliciano-kun." Kiku meneguk teh dari Feliciano. Feliciano tersenyum dan merangkul kawannya itu.

"Begitu, ya? Kakak sudah mulai serius rupanya. Tadi ranjau jahilnya sangat tidak terlihat di bangku [Name]. Aku penasaran dia akan berbuat apa lagi." Ludwig berpikir keras serta mengawang-ngawang apa lagi yang akan dilakukan kakaknya.

"Ludwig-san! Kau membuat [Name] semakin ketakutan!" Emma meninju lengan otot Ludwig saat [Name] terkulai lemas di bahunya.

"Ah, maaf." Ludwig hanya merasakan sentilan dari tinju Emma. "Aku tidak bermaksud menakut-nakuti, tapi itu memang kenyataan. Kita harus mewaspadai kakak." Ludwig menghela napas.

"Apa aku harus bilang hal ini pada sepupunya [Name]?" Emma tampak gelisah meminta saran setelah sebelumnya mengamati gerak-gerik [Name], Ludwig, Feliciano, Kiku dan si ketua OSIS, ia jadi tahu situasi temannya.

"Sepupu?" Ludwig menengok. "Tidak usah!" Dia berdiri dan mengepal tangannya kuat-kuat. "Buat apa [Name] menandatangani kontrak itu jika kami bertiga tak bisa melindunginya! Jangan kasih tahu siapa-siapa lagi! Ayo Feliciano, Kiku, ke markas!"

"Siap! Ve~"
"Ha-hai!"

Ketiga siswa itu meninggalkan kelas, tapi langsung kembali lagi karena bel masuk telah berdering.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Fortsetzung...

A/n:

Yeay, aku punya ide buat lanjutin si kesesesese ini ♪ヽ(*´∀')ノ

My Senior (Gilbert) (Hetalia)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt