-Vier : Entscheidung des Vorsitzenden-

854 155 62
                                    

[Name] sedari pagi tak bisa diam gelisah di tempat duduknya, bahkan kekasih sepupunya, Emma—yang kebetulan duduk di sampingnya—terus menanyakan sifat gelisahnya itu. [Name] berkali-kali menggelengkan kepalanya agar Emma tak khawatir lagi.

Gelisah, ya, hm. [Name] ingin hari ini tak hadir, karena hari ini hari pertamanya 'bekerja' dengan Gilbert. Semoga tidak menyeludupkan narkoba, atau mengajak guru-guru berpesta miras.

[Name] lagi-lagi menghela napasnya. Lihat. Barulah sekali berbincang dengan Gilbert, otaknya sudah kehilangan sedikit kewarasan.

Ludwig yang melihat sikap aneh [Name] itu langsung mengkerutkan dahi dan merasa tak enak hati.

Jangan bilang kau menjahilinya lagi, Kakak? Batin Ludwig.

.
.
.

[Senior]

.
.
.

Belum sempat [Name] mengetuk pintu, Gilbert sudah berdiri dengan cengiran lebar di depan pintu ruangan Osis.

"Se-sedang apa Senior di sana?" [Name] sengaja menjaga jarak, bahkan tas ranselnya ia simpan di depan.

"He? Tentu menunggumu, wakil baruku! Kesese," jawab Gilbert, cengirannya benar-benar khas. [Name] baru menemukan orang seperti ini.

"Aku bukan wakil baru, Senior. Hanya wakil sementara, ingat, sementara." [Name] mencoba mengingatkan.

"Ah, apalah itu. Cepat masuk. Aku sudah pegal menunggu seperti ini, tahu!"

"Aku 'kan ta-tak menyuruhmu harus seperti itu, Senior."

Gilbert berjalan memasuki ruangan, [Name] pun mengikutinya dari belakang. Yap, tanpa mengendurkan rasa kewaspadaannya. Tentu pintu yang terkunci itu [Name] buka.Mereka telah masuk, [Name] sengaja berdiri di samping pintu yang terbuka. Takut-takut insiden yang dikunci itu terulang lagi (walau ia tahu kunci ada pada dirinya).

"Ayolah, jangan melihatku seperti seorang kriminal." Gilbert merasakan aura ketakutan dan kewaspadaan tinggi dari [Name]. Lelaki hampir albino itu berbalik dan menggerutu.

"Ta-tapi, dimataku Anda memang kriminal, Senior," cicit [Name] sangat pelan.

"Hah?"

"Ti-tidak!" Takut terjadi KDRT di ruangan Osis ini, [Name] segera mendekatkan diri ke tempat Gilbert.

"Mari, Senior. Kita selesaikan, aku masih ada kerjaan di rumah." [Name] langsung memulai ketika Gilbert duduk di 'singgahsananya' dan membolak-balikkan dokumen dalam map.

"Hm. Ini masih lama, kok. Tapi, sebelum mulai aku sudah siapkan ini. Kinerja yang harus kau taati." Gilbert menyodorkan kertas pada [Name] dan menahan cengirannya.

[Name] sempat mengernyitkan dahi, tapi ia tetap menerima kertas tersebut. Dan, rasanya kacamata [Name] retak saat membaca deretan kata yang terpatri di kertas tersebut.

Kinerja untuk wakil Osis:

1. Mematuhi setiap perintah ketua
2. Tidak boleh membantah ketua
3. Ketua Osis Gilbert sangat keren, tanamkan itu dalam jiwa dan bersumpah akan setia sampai mati
4. Sedia menyiapkan sarapan setiap istirahat
5. Selalu mau diajak bila kencan
6. Ketua Osis Gilbert itu keren, ingat!

[Name] langsung meremukkan kertas itu.

"Hoi?! Apa yang kaulakukan?! Itu keputusan ketua Osis tahu! Aku memikirkannya semalaman!" Gilbert menggerutu lagi, sangat menggerutu lagi.

[Name] perlahan meluruskan kembali kertas yang teremas.

Mulai besok ... aku pindah sekolah saja, gitu?

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Fortsetzung...

My Senior (Gilbert) (Hetalia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang