chapter one I

51.2K 3K 16
                                    

ALI

"'Li, kuliah lo gimana?", tanya Kak Alya tiba-tiba.

"Ngga gimana-gimana. Kenapa?", aku bertanya sambil mengoles selai cokelat ke roti tawarku.

"Sibuk banget ngga?", tanyanya lagi.

"Belom sih. Masih semester awal juga. Kenapa emangnya?", aku balik bertanya.

"Gue mau nawarin lo kerjaan. Kalo lo mau sih.", kata Kak Alya padaku.

"Kerjaan apa 'Al? Kasian Ali baru juga semester awal.", sahut Umi.

"Itu 'Mi, kemaren waktu aku ketemu Tante Marissa, dia cerita soal film baru produksinya. Dia lagi perlu coach untuk ngelatih fighting talent di filmnya, soalnya film action gitu 'Mi.", jawab Kak Alya.

"Hubungannya sama gue?", tanyaku singkat sambil mengunyah rotiku.

"Yah, lo kan biasa ngelatih orang di dojo. Sekalian ganti suasana dan lo juga bisa kenal orang baru kan.", kata Kak Alya ringan.

"Lo tau sendiri gue gimana. Temen aja gue cuma punya satu.", jawabku asal.

Aku lantas meneguk habis susu hangat dari gelasku. Kakakku ini seperti tidak mengenal adiknya yang tak pandai bergaul ini. Aku mendengus.

"Ya, terserah lo sih.", jawab Kak Alya singkat.

"Emangnya siapa yang main di film itu, 'Al?", aku mendengar Umi bertanya pada Kak Alya ketika aku bangkit dari meja makan.

"Itu tuh, Prilly pemeran utamanya.", aku melihat Kak Alya mengedikkan kepalanya sekilas ke arah televisi.

Aku melirik singkat ke televisi yang sedang menayangkan iklan. Aku melihat seorang gadis cantik tersenyum ke arah kamera, mengibaskan rambutnya yang lurus dan indah. Kemudian ia berputar, mengucapkan tagline dari merk shampo yang diiklankannya, dan mengedipkan mata cokelatnya yang indah ke arahku sebelum akhirnya menghilang berganti iklan lainnya.

"Biasa aja ngeliatinnya.", suara Kak Alya mengagetkanku.

Aku melempar pandangan sinis ke arahnya sebelum menyambar ranselku di sofa ruang tivi. Ia terkekeh.

"Cantik yah 'Li.", kata Umi padaku.

"Iya cantik.", jawabku singkat sambil menghampiri Umi, mencium tangannya lalu mencium tangan Kak Alya.

"Pikirin dulu deh 'Li. Ngga takut apa lo jadi bujang lapuk, mejeng di dojo melulu.", ucap Kak Alya menahan tanganku.

"Lo sendiri? Ngga takut jadi perawan tua? Artis terkenal, tapi ngga punya pacar?!", sahutku lalu berlari secepat kilat menuju pintu depan.

"ALIIIIIII!!!", aku mendengar teriakan Kak Alya disusul suara grasak-grusuk yang menandakan ia berlari mengejarku keluar.

Aku mengenakan helmku, dan secepat kilat mengeluarkan motorku dari garasi. Aku terkekeh melihat Kak Alya mengangkat tinjunya di ambang pintu sambil ngomel-ngomel ke arahku yang berada di luar pagar. Aku melambai singkat sambil tertawa melihat tingkah lakunya yang luar biasa tomboy. Ia berbeda sekali saat berada di televisi atau majalah.

Aku melajukan motorku menembus udara pagi yang sejuk. Kuliah pagi yang sebenarnya malas sekali kuhadiri. Tapi apa boleh buat. Paling tidak ini satu-satunya caraku menghilangkan kebosananku dengan kegiatan dojo. Ah, apa benar yang dikatakan Kak Alya? Apa sebaiknya aku terima saja tawaran melatih fighting untuk film itu?, pikirku.

------------------------------------------------------

PRILLY

Aku menatap kosong ke arah meja di depanku. Sesekali aku mengaduk-aduk frappucinoku dengan sedotan. Kesunyian ini membuatku muak. Aku merasakan sesekali ia menatapku. Aku hanya tak mau membalas tatapannya. Aku terus memandangi meja dan gelas frappucinoku bergantian.

yellowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang