chapter twenty four V

24.4K 1.5K 23
                                    

PRILLY

Aku mengerjapkan mataku sejenak, berusaha menyesuaikan cahaya di sekitarku yang memang tak terlalu terang. Sebuah meja full dekorasi berwarna serba putih menyambutku. Aku menyadari meja itu adalah meja tempat kami pertama kali datang dan makan di resto ini. Beberapa lilin menyala di beberapa sudut. Cahaya temaram menambah suasana romantis yang sepertinya memang disiapkan oleh Ali.

Aku menoleh menatap Ali yang masih berdiri di sampingku, menatapku.

"Gimana? Kamu suka?", tanya Ali.

"Suka? Gimana bisa aku ngga suka sama suasana se romantis ini?", tanyaku sambil tersenyum.

Aku menghambur dalam pelukan Ali. Ali mendekapku dalam lengannya yang hangat. Aku menatap dekorasi hampir di seluruh area balkon. Bunga-bunga berwarna putih, balon-balon putih yang diikat dengan pita, kain-kain yang dililitkan dan lilin-lilin yang menyala di seluruh penjuru balkon. Ali membuatku begitu jatuh cinta dengan semua hal yang dilakukannya, terutama dengan dirinya.

Ali melepas pelukannya dan menarik kursiku, mempersilahkanku duduk. Seorang pelayan datag membawakan makanan pembuka. Ali duduk di depanku. Tapi pelayan itu tak langsung pergi setelah meletakkan makanan di meja. Ia berdiri di samping Ali, mengulurkan sesuatu berpita ke tangan Ali. Ali berbisik singkat kepadanya lantas menatapku sesaat setelah pelayan itu pergi.

"Ali? Kamu ngga ngerencanain surprise lagi kan?", tanyaku sambil mengangkat sebelah alisku.

Ali tidak menjawab. Tapi, sebuah lagu berkumandang di seluruh penjuru cafe. Aku terdiam sejenak mendengar setiap nadanya. Aku mengenalinya. Lagu Yellow milik Coldplay. Hanya saja, ini adalah versi instrumental. Aku mendengar piano dan biola mengalunkan melodi indah dan romantis seperti liriknya.

Ali bangkit dari kursinya, ia berdiri di sampingku. Aku mengangkat dagu dan menengadah menatap Ali yang bertingkah aneh sejak perjalanan ke cafe ini. Aku baru hendak membuka mulut, untuk bertanya. Ali menekuk satu lututnya, ia berlutut di samping kursiku, menatap lurus kedua mataku yang kini terpaku menatapnya.

"'Li? Kamu ngapain?", tanyaku terkejut.

"'Prill.. Maaf kalo aku bikin kamu terkejut. Tapi, aku ngga tau lagi, kapan waktu yang pas untuk ini. Yang aku tau, aku nyaman sama kamu. Dan aku ngga mau kehilangan kamu lagi. Kuliahku udah selesai, aku harap aku punya kesempatan untuk ini. Aku tahu, mungkin ini terlalu cepat. Tapi kita bisa atur semuanya nanti 'kan? Aku mau kamu tau, kalo aku serius sama kamu, soal hubungan kita.", Ali bicara perlahan dengan suara sedikit bergetar.

Aku hanya diam menyimak setiap kata yang keluar dari bibirnya.

"Aku janji, secepatnya aku akan mapan. Aku akan punya penghasilan tetap. Aku akan punya rumah untuk kamu dan anak-anak kita nantinya. Aku akan berusaha untuk wujudin semua itu. Untuk bahagiain kamu. So.. Prilly..", Ali terdiam sejenak menghela napas.

Ia merogoh saku jasnya dan mengeluarkan sesuatu berbalut pita. Sebuah kotak yang tadi diberikan oleh pelayan cafe. Ali membukanya, aku sontak membekap mulut dengan kedua tanganku.

"Will you marry me?", tanya Ali sambil menunjukkan sebuah cincin cantik dalam kotak itu.

Ali menatap kedua mataku begitu dalam. Aku merasa sesak napas dan pandanganku sedikit kabur karena air mata yang menggenang di kelopak mataku. Aku terdiam sejenak, menatap Ali penuh selidik. Ini sungguh diluar dugaanku. Ini terlalu cepat.

"'Li, aku sayang sama kamu. Tapi, apa ini ngga terlalu cepat? Gimana Mama dan Papaku?", tanyaku bingung.

Ali tersenyum dan menoleh ke arah pintu cafe yang tertutup tirai dekorasi serba putih. Aku melihat sosok yang aku kenali berjalan ke arah kami. Itu Mama? Papa? Kenapa bisa ada di sini? Pikirku dalam hati.

Aku menatap Ali.

"Aku udah ngerencanain ini semua 'Prill. Mama, Papa kamu, Raja, Umi, Kak Alya, Bimo, semua udah tau soal malam ini. Aku udah tanya mereka, dan aku punya perjanjian sendiri sama Papa kamu.", jelas Ali panjang lebar.

Aku melirik Papa yang mengangguk dengan senyum dikulum.

"Hari ini, tinggal jawaban kamu yang aku tunggu. Aku melangkah sejauh ini karena aku udah minta restu semua orang di sekitar aku dan kamu.", jelas Ali lagi.

Aku terdiam, menatap wajah orang-orang terpenting dalam hidupku, satu persatu. Kemudian aku menghela napas panjang sebelum membuka mulut untuk menjawab pertanyaan yang paling tidak kuduga akan ditanyakan Ali kepadaku.

"Aku mau.", jawabku pelan.

"Apa?", tanya Ali sambil menatap kedua mataku.

"Iya, aku mau.", jawabku lebih keras.

Aku menahan senyum. Kedua pipiku terasa panas, pasti aku sedang merona merah. Aku mendengar sorak sorai dari sudut balkon. Bimo bertepuk sambil bersorak mendengar jawabanku. Ia memeluk Kak Alya bahagia.

Ali bangkit berdiri dan menarik kedua tanganku, menarik tubuhku ke dalam pelukannya lagi. Aku menahan tangisku yang hampir pecah. Ali melepas pelukannya, menggapai tanganku dan memasangkan cincin itu di tanganku. Aku menoleh menatap keluarga kecilku dan Tante Resi tersenyum ke arah kami.

Aku merasakan kedua telapak tangan Ali yang hangat menyentuh pipiku, ia menarik wajahku menatapnya. Aku menatap wajah Ali yang tampak merona juga sepertiku.

"'Prill, aku ingin kamu tahu, aku suka senja. Senja adalah pertama aku ketemu sama kamu. Tapi senja adalah memori abadiku tentang Abah. Kamu bukan senja kuning keemasan yang selama ini aku duga. Kamu adalah udara 'Prill. Udara sejuk pegunungan. Udara yang aku tak akan bisa hidup tanpanya.", jelas Ali sambil menatap kedua mataku.

Aku melihat air menggenang di kelopak matanya. Ali mendekatkan wajahnya, menumpukan dahinya di dahiku sejenak sebelum akhirnya kembali memelukku erat.

Aku menatap wajah Mama, Papa, Raja, Tante Resi, Kak Alya, dan Bimo yang bahagia. Aku sungguh beruntung berada di tengah mereka. Di tengah orang-orang yang tulus menyayangiku. Orang-orang yang senantiasa mendukungku dan pilihanku.

Terutama Ali. Orang pertama yang berhasil mengaduk perasaanku. Orang yang pertama menuntutku untuk berjuang mengubah image ku menjadi seorang yang kuat, hingga menjadi kuat dan berjuang untuk mendapatkan Ali yang hampir saja hilang dari pelukanku.

"Tuhan, terima kasih untuk senja yang indah itu.", bisikku dalam hati.

-------------------------------------------------------------------

Hello again dearest readers!

Tell me how you love this story?!

Semoga semua suka sama endingnya, karena mikirin endingnya ini lamaaa banget, saking ngga mau endingnya mengecewakan.

Makasih untuk yang udah setia menunggu Yellow publish, karena di wattpad memang Yellow publish dua part lebih lambat daripada di Instagram.

Oh ya, author juga bikin extra part bonus untuk Yellow ini, segera di publish ya, mohon kesabarannya menunggu.

Thank you for reading!

-Author

yellowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang