chapter nineteen II

19.4K 1.3K 15
                                    

ALI

Hari terus berganti. Aku masih mengurung diri di kamarku yang tertutup. Beberapa kali Umi mengetuk kamarku, namun aku hanya menjawab sekedarnya. Aku masih begitu bingung akan diriku sendiri. Aku masih perlu waktu untuk sendiri.

Aku menatap layar televisi, menatap sebuah iklan produk kecantikan yang dibintangi si cantik yang semakin hari semakin sering muncul di kepalaku. Prilly tersenyum ke arahku, tepatnya ke arah kamera lantas mengucapkan tagline dari produk kecantikan yang diiklankannya. Ada rasa dingin menelusup ketika aku mengingat saat terakhir bertemu dengannya, aku justru melihat air mata menggenang di kelopak matanya.

Aku mengulurkan tanganku menggapai ponselku yang tergeletak di meja sisi tempat tidurku, membuka kunci layarnya, dan menatap sebuah pesan yang sejak kemarin tak kuhiraukan. Aku menyentuh logo hijau itu kemudian chat whatsapp memenuhi layar ponselku kemudian membuka pesan yang dikirimkan Prilly. 'Li, kamu apa kabar? Baik-baik aja kan?

Aku membaca pesan itu berkali-kali. Rasa rindu akhirnya memaksaku mengetikkan pesan di layar chat itu.

Aku baik 'Prill. Kamu gimana?

Lalu aku menekan tombol send. Aku menatap layar ponselku tak berkedip namun jantungku berdegup begitu kencang.

Satu menit.

Dua menit.

Aku hampir saja kecewa mengingat kemungkinan Prilly sedang sibuk dengan kegiatannya. Aku baru saja hendak meletakkan ponselku kembali ke meja sebelum sebuah pesan masuk kembali. Ada rasa hangat ketika melihat pesan itu datang dari Prilly. Aku menyentuh layar ponsel dan membaca balasannya.

Kamu bohong ya? Kata tante Resi, kamu ngga keluar kamar dari kemarin :( Aku menghela napas berat. Namun ada percikan hangat yang aku rasakan ketika aku tahu bahwa Prilly diam-diam menanyakan kabarku pada Umi.

Maafin aku 'Prill.

Entah mengapa hanya itu yang sanggup kuketikkan di layar ponsel. Ada rasa bersalah yang begitu dalam yang kurasakan. Namun aku sendiri bingung harus dari mana memulainya. Aku saja masih berusaha mengumpulkan satu persatu memori yang berserak di kepalaku.

Maaf untuk apa? Ngga ada yang salah kok. :)

Aku menatap balasan Prilly di layar ponsel. Sejenak aku memikirkan apa yang harus aku katakan padanya. Namun aku teringat akan berita infotainment yang kulihat di televisi tadi pagi.

'Prill, aku ngelupain banyak hal tentang kamu, tentang kita. Aku tau itu, tapi aku ngga tau, apa yang aku lupain.

Ketikku frustasi. Aku benar-benar merasa bersalah padanya. Pemberitaan infotainment pagi tadi benar-benar membuka mataku soal hal-hal yang aku lupakan. Aku mulai teringat narasi pada pemberitaan soal aku dan Prilly tadi pagi Aku bangkit dari ranjang dan menggapai laptopku yang kuletakkan di laci meja belajar.

Cepat-cepat aku menyalakan laptopku dan menatap layar mesin pencari google. Aku mempertimbangkan sejenak, lantas mengetikkan namaku di kolom pencarian, lalu menunggu sejenak hingga sederet link website dan foto muncul di hadapanku. Aku terpaku menatap ratusan link yang muncul, mulai dari halaman majalah online hingga situs gosip.

Aku membuka beberapa link yang kuanggap menarik, membaca tulisannya, perlahan beberapa potongan gambar kembali muncul di kepalaku.

"Muhammad Ali Syarief, seorang atlit beladiri yang kini merambah dunia entertainment dikabarkan sedang dekat dengan lawan mainnya di film laga terbaru dari sebuah rumah produksi ternama di Indonesia, yaitu Prilly Latuconsina. Apakah lagi-lagi Prilly mengalami cinta lokasi setelah hubungannya dengan Aryo Nugraha, lawan mainnya terdahulu yang kandas di tengah jalan?"

Aku membaca perlahan satu persatu tulisan yang terpampang di depanku. Berusaha mencernanya perlahan sambil menahan denyut di kepalaku yangkerap timbul saat aku berpikir atau mengingat sesuatu.

"Sebuah kecelakaan yang terjadi pada Ali Syarief dalam proses syuting film laga terbaru yang dibintangi oleh aktris muda berbakat, Prilly Latuconsina mengakibatkan proses syuting sedikit terhambat. Bagaimanakah kondisi terbaru dari atlet tampan yang mengalami kecelakaan karena melindungi sahabat hidupnya di lokasi syuting?"

Sahabat hidup?, pikirku dalam hati. Ku merasa sangat familiar dengan istilah itu. Aku kembali berusaha mengingat dan terus memghiraukan kepalaku yang berdenyut. Kemudian sebuah potongan memori muncul di kepalaku. Aku melihat hamparan menghijau yang sejuk di hadapanku. Aku merasakan kehangatan dari tubuh mungil dalam dekapanku.

"Jadi, aku-kamu nih, sekarang?", aku mendengar diriku sendiri berbicara.

Sementara Prilly kemudian tertawa. Ia tampak sangat cantik dan bahagia. Aku tak tahu lagi apa yang kami bicarakan namun ada rasa hangat yang menyelimutiku saat memori itu muncul, mengalahkan rasa sakit yang berdenyut di kepalaku.

Aku kembali memantapkan niatku dan membuka satu persatu foto yang tersebar di berbagai situs. Aku menatap fotoku di beberapa tempat yang kuduga adalah set syuting. Beberapa foto lain menampakkan foto candid aku dan Prilly. Aku melihat kolom url nya dan teringat akan akun instagramku yang sudah lama tak kuperhatikan.

Aku kembali menyentuh layar ponselku dan bermaksud membuka akun instagram milikku sebelum sebuah pesan kembali masuk. Aku cepat-cepat membukanya, pesan itu dari Prilly dan aku tak ingin membuang waktu.

Aku akan selalu ada buat kamu 'Li. Sampai kamu inget semuanya. Sampai kamu bisa merasakan apa yang dulu kita rasakan. :)

Aku memaksa kedua mataku kembali menatap layar ponselku lagi. Ratusan gambar yang terserak di instagram, menarik perhatianku. Bukan hanya foto-foto dari akun milikku atau milik Prilly, justru foto-foto candid yang di tag kepadaku yang benar-benar menarik perhatianku. Aku terus menyusuri satu persatu foto yang kulihat di sana, membiarkan kepalaku terus bekerja hingga sakit kepala yang begitu dahsyat serasa membenturkan kepalaku ke dasar jurang, merenggut kembali kesadaranku.
-----------------------------------------------

yellowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang