Sins #22: 10 Hari Lagi...

1.1K 294 193
                                    

🌊💘🎣

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🌊💘🎣

10 SINS OF
BEING SINGLE. |

Jadwal sidang Tharene sudah keluar, tapi dia menyimpannya sendiri. Selain sibuk karena dari pagi sudah beres-beres bahan, dia juga membawa bekal makan siang untuk Tama yang masih menunggu Yeri di rumah sakit.

Tharene tidak jago masak, tapi dia lumayan bisa membuat makanan yang bisa disantap lidah asalkan ada resep. 

Tapi begitu kaki berpijak di koridor, yang ia lihat malah Tama yang sedang berbincang dengan satu bocah lelaki. Melihat dari seragam merah putih, Tharene bisa tahu kalau bocah itu anak SD. Mungkin sekitar kelas 4 atau 5.

Menghampiri keduanya, Tharene baru tahu kalau nama anak itu adalah Juan Keano dan konversasi keduanya berputar di sekitar Keano yang menceritakan kronologi kenapa Yeri bisa jatuh dan Tama yang terus mengucapkan terima kasih karena anak ini yang berteriak memanggil warga sekitar untuk membawa Yeri ke rumah sakit.

Soal siapa yang menganggu Yeri pun Tama sudah tidak mau cari tahu lagi. Kepalanya sudah pusing. Dia cuman berdoa supaya adiknya lekas sembuh saja.

Kemudian sebelum anak bernama Juan Keano itu pamit mengundurkan diri, Tharene mencegat dan memberikan nasi bekal berisi ayam teriyaki---yang harusnya tadi buat Tama---kepada si kecil yang menyengir senang. "Makasih, Kak."

Tersadar kalau tangannya sekarang kosong padahal tadi sudah berjanji membawakan makanan, Rere mengulas senyum kaku pada Tama. "Makanannya..." Dia tidak melanjutkan kalimat itu. Takut membebani Tama yang mungkin tidak ingin beranjak dari kursi tunggu.

Ketika gadis itu merencanakan untuk membeli makanan dari luar, tangan Tama mencegat. Jantungnya sempat berhenti sesaat tatkala Tama dengan suara rendahnya menyambar telinga. "Mau makan di luar?"

Tharene menggeleng. "Nggak, a-aku temenin kamu di sini, kok."

"Maksudku, ayo makan di luar. Gitu." Tama tersenyum tipis.

Ada perasaan tidak enak, tapi Tharene berusaha mengabaikan pikiran buruk tersebut. Lantas keduanya memilih kafe yang jaraknya paling dekat dengan rumah sakit. Mereka duduk berhadapan dengan canggung.

Sejak kapan ada atmosfir seperti ini diantara keduanya? Entahlah. Tharene juga tidak tahu.

"Kemarin kenapa telepon?" Tama membuka topik seperti biasa. 

Dan itu adalah kalimat pertama yang akhirnya keluar dari bibir Tama setelah Tharene mengunjunginya berhari-hari.

Tentunya, gadis yang kini ditanyai itu malah merasa bingung. "Yeah, aku cuman... Anyways, I am so sorry karena udah marah-marah dan nggak tahu posisi kamu. Like, you actually have a worse day than me." Tharene menatap lurus pada Tama. Tulus.

"Hey, chill." Tama berusaha mengurangi tensi diantara keduanya. Lalu dia lanjut bertanya seraya meneguk es kopi susu. "Kamu bilang...Worse day than me? Okay, so you have bad day, too?"

✔ 10 Sins of Being Single | BTS V | salicelee.Where stories live. Discover now