Sins #8: Tahu Bulat dan Galgadot

1.1K 319 102
                                    

🌊💘🎣

10 SINS OF
BEING SINGLE. |

Aku suka sama Kak Tharene.”

Kira-kira ada lima detik hening merayap usai kalimat itu terlontar. Ada dua sampai tiga kedipan mata penuh tatapan ketidakpercayaan atas apa yang didengar. Dan mulut yang terbuka syok dua koma lima sentimeter.

Tentu saja mendengar hal seserius itu dari mulut Tamaheru terdengar... menyeramkan!

Maksudnya, Tamaheru—Si Salmon Sinting yang kelihatannya selalu urakan dan melakukan keidiotan nggak karu-karuan itu—tiba-tiba mengatakan kalimat mendebarkan dengan intonasi semanis itu. That’s insane!

Dan apa itu tadi? Suara baritone rendah seperti itu harusnya diharamkan untuk dijadikan anugerah buat Tamaheru Hutomo. Harusnya beri saja si Tama ini suara cempreng supaya kalimat tadi jadi tidak terlalu membuat jantung Tharene bertalu.

Rere tidak suka ya dibuat berdebar begitu! Apa Tama nggak tahu kalau deg deg-an sama cowok itu nggak ada sama sekali di dalam self-written journal of Tharene Irena. Geez.

“Kamu gila, ya?”

“Loh? Kok Tama gila?”

“Kenapa dan untuk apa kamu suka sama saya?”

“Uhm, kakak cantik, keren, lalu penegak keadilan. Wonderwoman. Kayak Galgagot.”

Galgadot,” ralat Tharene dengan wajah sedatar marmer.

Sigoblok. Lagipula apa hubungannya Tharene dengan Galgadot.

“Rasanya jadi orang gila kayak kamu tuh gimana, sih?” desis Tharene sembari memijit pelipis kanan. “Penasaran saya.”

“Penasaran? Awas suka.”

“Hah?” Mata Tharene membulat sempurna. Argh! Heran! Bercanda kok gitu. Sabar, Rere. Sabar.

Apa sih yang dimakan Tamaheru di rumahnya? Cuka? Pantesan kalau ngomong kok sering se-cuka jidatnya!

Krik-krik. Oke, skip.

Tharene harus sadar diri, masih harus jaim sama pembaca soalnya ini masih awal-awal. Maksudnya, who knows kalau kisah cinta menggelikannya ini dijadikan buku oleh seorang penulis abal-abal? Bisa jadi bait per baitnya berisikan paragraf cringe semua. Idih.

Awas aja yang berani membukukan kisah cintanya. Seret orangnya kemari. Rere sudah siap dengan perkakas buat mutilasi orang!

"Nggak jelas kamu, Tam."

“Ya, intinya gitu. Kakak tuh benaran wonderwoman saya."

Namun karena Tharene tak kunjung memberi respon bahwa ia mengingat sesuatu yang seharusnya, maka pemuda itu pun menambahkan. “Kakak nggak ingat siapa saya?”

Tharene tak terlalu memerdulikan pertanyaan Tama. Keduanya turun dari mobil setelah terparkir rapi. Tapi saat Tharene melangkahkan kaki, ia melihat bahwa Tama tiba-tiba saja mengenakan kacamata minus. Lalu tersenyum melebar—selebar-lebarnya sampai membuat pipinya mencuat tembam. Lalu Tama memiringkan kepala—menatap Tharene yang mulai mendapat ilham. “AAAAH KAMU!”

Tharene terkejut bukan main saat sekelabat memori menghantam kepalanya. “SI TAHU BULAT?!”

“K-kok bisa kamu jadi begi—“

“Jadi apa? Ganteng?

Tharene masih tidak percaya, sedangkan Tama masih mengusap rambutnya dengan gaya norak. Pede kebangetan. "Ganteng kan saya sekarang?" Tama, mengangguk-anggukkan kepala dengan songong. Dongkol sekali rasanya.

Tapi Rere tak bisa menyangkal. Sebab, ya, memang agak ganteng, sih.

Dibanding penampilan Tama dulu yang seperti manusia kentang ketumpahan tepung dan kecebur got, Tama sekarang seperti lelaki decent yang tidak terlihat punya histori terbuli. Sama sekali tidak.

Dulu mereka pernah bertemu secara singkat di depan gerobak tukang siomay di depan sekolah Raymond, SMA Chandrawaka. Dia sendiri baru tahu Tharene wonderwoman-nya saat melihat casing milik Tharene.

Bocah syaiton! Anak orang kok digangguin! Apa belum pernah digantung kayak kutang basah?!

Itu dia teriakan ikonik Tharene pada tahun tersebut.

Malu-maluin emang.

Tentu saja line memalukan itu takkan pernah Tama lupakan. Mana mungkin lupa? Siapa lagi yang bisa meneriakkan hal absurd seperti itu di siang bolong demi menyelamatkan kentang bulat benyek kebenyek sepertinya?

Hanya Tharene Irena, wonderwoman milik Tamaheru Hutomo.

Dan setelahnya, gadis itu mensejajarkan pandangan dengan si siswa pendiam yang sedang memungut tahu bulat—yang menyebabkan ia tadi diledek ‘tahu kok makan tahu!’—di aspal.

Hei? Nggak apa-apa?

Tama mendongak perlahan, membetulkan kacamata tapi tidak berani menatap balik Tharene. Jadi yang bisa ia lihat tentang pahlawannya hanya sebuah casing bergambar Galgadot bertuliskan Tharene Irena.

Ooooooh. Boleh tidak ya cowok gendut kayak Tama jatuh cinta?

Pokoknya pada saat itu, dia merasa jantungnya berisik sekali.

Nah, mumpung sudah pada momen dan saat ini dia sudah punya tampang hensom untuk membuat cewek terkapar, Tama mulai menjalankan aksi. “Jantungan, nggak?”

“Apanya?” Tharene terheran.

“Emm,” Tama mendekatkan wajah. Dekat sekali. Hanya beda 15 sentimeter.

Oh shit shit shit. Mau ngapain dia?

“Kalau Kakak…” ucapnya kemudian membuat pipi Tharene jadi merah, saat tersenyum polos, “…dibeginikan sama orang ganteng?”

Ketinggalan satu kata ajaib Tama, “Ehe.”

Deg.

Tahu ah, Rere kesel. Bikin mau kentut. Rere mau pulang sendiri aja. Perkara pulang kok susah banget. []

TO BE
CONTINUED.    |


NOTES:

EHEEE. Sudah kubilang kan kalau ini work aneh dan gak jelas dan pantas disleding!!!! :( Masih aja lo pada baca. Heran.

Jangan lupa ☆!

Tapi ini lucu banget

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tapi ini lucu banget. Aku suka trio ini. Satu pasang jomblo hobi ribut. Satu biji ngebucin sambil berusaha melerai.

[//]

#DiRumahAja

Stay safe, pemuja-pemuja Tama.
Homina homina homina.

💨💨💨💨

✔ 10 Sins of Being Single | BTS V | salicelee.Where stories live. Discover now