Aku bangkit dari tidur dan beranjak menuju dapur. Tenggorokanku rasanya kering. Sempat aku melihat jam dinding di ruang tengah. Pukul satu dini hari. Aku bergerak menuju kulkas, mengambil air mineral dingin dan menyomot sepotong keik. Aku memakan keik itu sambil berjongkok di depan kulkas yang pintunya masih terbuka. Setelah menghabiskan kue itu dan berhasil mendorongnya masuk ke perut dengan air mineral yang ada di tanganku, aku bangkit berdiri dan menutup kembali pintu kulkas.
"Lagi ngapain, Mbak?"
Aku menoleh dan ....
"Aaaaaarrrrggggh!"
"Aaaaarrggggh!"
Kuntilanak di depanku ikut menjerit.
"Astaga, Mbak Lila."
Lampu dapur seketika menyala. Dan, muka bertopeng dengan rambut urak-urakkan kini terlihat jelas di depan mataku.
"Mbok Marimar?!" pekikku.
"Iya, ini saya Mbak."
Aku mengelus dada. Rasa terkejutku berangsur hilang. Aku mengembuskan napas kasar.
"Mbok ngapain berkeliaran dengan muka begitu malem-malem?" tanyaku melotot.
"Ini loh saya lagi pake masker, Mbak."
"Iya, saya tau. Tapi kenapa tengah malam begini?"
"Saya lupa bersihin, Mbak. Hehe. Ini mau otw cuci muka."
"Astaga, Mbok,Mbok. Bikin saya jantungan saja." Aku kembali mengelus dada.
Mbok Marimar, pembantu rumah tangga di rumah ini pun berlalu menuju kamar mandi. Aku juga segera kembali ke kamarku untuk melanjutkan tidur. Kali saja aku bisa bermimpi bertemu dengan Rafael lagi. Ya ampun, apa yang aku pikirkan?
***
"Apa sih lo pagi-pagi telepon gue?" Ersa di seberang sana ngedumel. Tapi, aku tidak peduli.
"Sa, lo tau nggak?"
"Nggak."
"Ish, makanya dengerin gue dulu," decakku sebal.
"Gue sibuk nggak ada waktu buat dengerin fans centil kaya lo."
Aku memutar bola mata. "Lo tau nggak siapa atasan pengganti Randy?"
"Mana gue tau, Neng?"
"Dia itu ... cinta pertama gue. Excited nggak sih gue?"
Hening. Ersa tidak bersuara.
"Halo, Sa, lo masih denger gue 'kan?"
"Iya gue denger. Lalu?" Suara Ersa kembali mengudara.
"Gue deg-degan."
"Jangan aneh-aneh deh. Kamu boleh deg-degan hanya kalo deket Wishnu aja. Inget ya," kecam Ersa.
"Lah yang namanya deg-degan mah bisa karena apa aja. Dan, sekedar informasi gue nggak deg-degan kalau dekat sama Wishnu."
Aku bisa mendengar embusan napas lelah Ersa dari ujung sana.
"Gue percaya sih lo bukan penganut cinta lama bersemi kembali. Tapi, gue harap kali ini lo bisa menjaga diri lo. Khususnya buat Wishnu."
"Ya ampun Ersa, lo serius banget sih. Belum tentu juga Rafael itu masih jomlo 'kan?" Aku menuju rak sepatu dan memakai heels terbaikku.
"Mau udah taken kek, mau jomlo kek, yang namanya waspada itu perlu. Apa lagi perasaan lo ke Wishnu aja masih belum jelas gitu."
"Jelaslah, gue sayang kok sama dia," ujarku tersenyum.
Sebagai kakak, lanjutku dalam hati.
"Iya, iya gue percaya. Jangan kecewain orang sebaik dia deh."
"Hmm." Aku melirik jam dinding. "Igh! Kesel deh, kalau ngomong sama lo pasti gue lupa waktu!"
"Lah lo yang nelepon gue dulu," ucap Ersa nggak terima.
"Ya udah, gue tutup dulu. Takut telat lagi. Ntar kita ngobrol lagi ya."
"Oke."
Aku memasukkan ponsel ke tas. Lalu segera beranjak keluar kamar.
"Aku berangkat dulu, Mbok!" teriakku.
Tante Vira jaga malam, mungkin baru pukul sembilan nanti akan pulang. Aku bergegas naik ojol yang sudah aku pesan.
"Agak cepat sedikit ya, Bang. Saya sudah telat."
"Baik, Mbak."
Jalanan pagi sudah ramai. Aku melirik jam tanganku. Berharap tidak telat lagi. Bisa-bisa ada nginem session kedua. Itu melelahkan. Dan, pekerjaanku masih sangat menumpuk. Jika waktuku harus kubagi dengan ngebabu di ruangan Rafael, kapan aku bekerja? Aku paling malas kalau harus lembur kerja.
Kurang lima menit dari jam briefing pagi, langkahku tepat menginjak kantor divisi keuangan. Aku langsung saja berdiri di antara teman-temanku yang sudah lebih dulu berkumpul. Dan, tak lama kemudian, aku melihat sosok Rafael muncul dari balik pintu ruangannya. Oh My God, cepat sekali si tampan itu datang ke kantor. Diam-diam aku bernapas lega karena tidak telat pagi ini. Aku terbebas dari hukuman jilid dua. Semoga hari ini semua berjalan lancar tanpa ada suatu hal yang membuatku ... sengsara.
YOU ARE READING
In Between 1 (END)
ChickLit°°FOLLOW AUTHORNYA DULU SEBELUM BACA YA GAES 😉 Bertemu dengan cinta masa lalu kadang terasa menyenangkan. Apalagi jika cinta itu sampai sekarang belum move on. Aku senang melihatnya kembali. Di sini dia begitu jelas terlihat. Bersamanya setiap wak...
PART 6
Start from the beginning
