Aku sedang meminum smooties stroberi ketika Tante Vira baru pulang dari rumah sakit. Dia langsung duduk di sebelahku. Memandangku sebentar dan menghela napas. Aku heran dengan tingkah Tante yang tiba-tiba saja begitu. Apa tugasnya hari ini begitu melelahkan?
"Banyak pasien ya, Te?" tanyaku kemudian.
"Nggak. Biasa aja."
"Terus kenapa Tante lesu gitu?"
Tante Vira tidak langsung menjawab. Dia merogoh tasnya, lalu sebuah kartu ia letakkan di atas meja. Mataku melirik pada kartu yang lebih mirip sebuah undangan. Itu memang undangan.
"Undangan dari siapa, Te? Teman tante nikah?" tanyaku heran melihat mukanya yang asem.
"Itu undangan pernikahan Wishnu."
Aku menatap tak percaya dengan jawaban Tante Vira. Pernikahan Wishnu? Wishnu mantanku? Serius? Jujur aku sedikit syok mendengarnya.
"Minggu depan dia akan menikah dengan wanita sesama profesinya."
Aku meneguk ludah pahit. Pelan kuraih undangan berwarna maroon itu dan kubuka sampulnya. Wangi dari aroma kertasnya langsung menusuk hidung, tintanya berwarna emas. Tulisannya diukir dengan sangat indah. Setelah aku baca, ternyata memang benar Wishnu.
"Kamu yang sabar ya," ucap Tante Vira yang pasti melihat jelas mukaku yang syok.
Belum ada setengah tahun setelah kami putus, Wishnu menikah. Ini miris sih. Karena sampai sekarang nyatanya aku masih sendiri. Jadi mungkin yang aku lihat kemarin itu, beneran Wishnu dengan kekasih barunya. Oh bukan, yang benar calon istrinya.
"Sebenarnya waktu aku jalan sama Ersa kemarin itu, aku melihatnya jalan dengan seorang wanita cantik. Mungkin itu calon istrinya."
Tante mengangguk. "Calonnya memang orang Jakarta, dengar-dengar dia residen di RS. Fatmawati."
Aku meletakkan kembali undangan itu. "Mas Wishnu sudah sepantasnya mendapatkan yang sepadan, Te."
Lagi-lagi Tante mengangguk. "Seandainya waktu itu kamu mau dilamar, pasti kamu sudah menikah dengannya."
"Tante...."
Tante sepertinya lebih kecewa daripada aku. Mengingat betapa getolnya Tante menjodohkan aku dengan Wishnu. Rasanya itu memang tak heran.
"Tante sekarang kecewa sama Wishnu, Lil. Tante pikir dia mencintaimu sangat besar. Tapi ternyata dia mudah berpaling dengan yang lain."
"Tante, jangan bicara begitu." Aku meraih tangan Tante. Kelihatannya Tante lebih syok daripada yang aku duga. "Aku dan Wishnu tidak berjodoh. Tante juga nggak perlu khawatir soal aku. Aku baik-baik aja kok. Aku malah bahagia akhirnya dia bisa menemukan pasangan yang cocok dan pas untuknya." Aku berusaha tersenyum selebar mungkin untuk Tante.
"Bener kamu nggak pa-pa, Lil?" tanya Tante Vira dengan nada khawatir.
"Beneran, Tante. Astaga, ini bukan akhir segalanya. Umur Lila juga baru 28 tahun."
"Itu usia yang sudah matang bagi wanita untuk menikah, Lil. Kamu jangan sampai kayak Tante."
Sepertinya trauma Tante akan masa lalunya itu sangat membekas. Kejadian yang menimpaku membua kekhawatirannya terlalu berlebihan.
"Lila, Rafael kabarnya gimana? Apa dia tidak menghubungimu?"
Aku menggeleng. Rafael tidak akan menghubungiku, kecuali takdir mempertemukan kami lagi. Padahal dipikir-pikir ini konyol. Di jaman serba canggih seperti ini, yang komunikasi saja bisa dilakukan sambil rebahan aku masih saja kuat berlama-lama tidak mengetahui kabar dari Rafael.
Jarak Jakarta-Surabaya juga tidak terlalu jauh. Intinya akses untuk aku dengannya bisa terhubung itu sebenarnya sangat mudah. Tapi, semua malah aku persulit sendiri. Betapa pun rindunya aku pada Rafael, aku tidak akan menghubunginya terlebih dahulu.
YOU ARE READING
In Between 1 (END)
ChickLit°°FOLLOW AUTHORNYA DULU SEBELUM BACA YA GAES 😉 Bertemu dengan cinta masa lalu kadang terasa menyenangkan. Apalagi jika cinta itu sampai sekarang belum move on. Aku senang melihatnya kembali. Di sini dia begitu jelas terlihat. Bersamanya setiap wak...
