PART 54

1.6K 260 44
                                        

Happy weekend, Gaes. Rafael-Kalila kembali datang. Kira-kira di bab ini Rafael bakal muncul nggak ya?

Jom lah kita baca. Eits, buat kamu yang belum follow AUTHOR-nya wajib follow ya, nggak mau ketinggalan update-annya kan? So, kuy follow dongs. Tak kenal maka tak zeyeenk.

Tap bintang 🌟 dulu sebelum baca, tong khilap.

Happy reading.
❤️❤️❤️

Pelaksanaannya di convention hall dan cuma dihadiri alumni angkatanku. Acaranya cukup mewah. Ada karpet merah yang digelar dan begitu masuk, langsung diminta untuk berpose di depan kamera dengan background poster acara. Ini sudah seperti sebuah malam penganugerahan artis-artis di TV. Suara musik  terdengar jelas dari luar gedung. Untuk acara semewah ini, dimintai iuran berapa, ya? Di undangan tidak tertera berapa biaya partisipasinya. Biasanya ada seperti harga tiket masuk. Apa aku yang terlalu norak?

Suasana lumayan ramai saat aku masuk. Ada banyak table, aku tidak tahu harus duduk di mana. Sampai aku merasakan ada seseorang yang mencolek bahuku. Refleks aku menoleh dan mendapati wanita cantik tersenyum padaku. Dia....

"Kalila, ya? Masih inget gue?"

Untuk beberapa saat aku bersyukur ternyata ada juga orang yang mengenalku. Kehadiran sosok di depanku bagai oase di gurun yang gersang. Ya Tuhan, aku terlalu berlebihan.

"Ketua kelas, 'kan?" tebakku setelah menemukan sekelebat kenangan tentang wanita cantik di depanku sekarang.

"Ya ampun, jadi bener Lila! Apa kabar?!"

Byarrr! Kami langsung berpelukan melepas rindu. Rindu? Sejujurnya, sih enggak. Bahkan dulu aku nggak akrab dengannya. Mungkin hanya seperti saling merasa lega saja karena ada yang mengenali. Jadi kan nggak canggung-canggung amat datang ke sini.

"Gue, baik. Lo sendiri? Mana yang lain?"

"Entah lah, gue juga baru datang ke Jakarta. Tahu-tahu dapat undangan reuni. Ya kan kebetulan banget sekalian temu kangen sama temen lama. Kayak lo nih."

"Gue pikir nggak bakal ada yang kenal gue di sini. Gue merasa terselamatkan karena ada elo."

Oh iya, dia itu Prita. Ketua kelasku di kelas 12 dulu. Cewek yang agak tomboy dan terlihat garang, makanya dia bisa terpilih jadi ketua kelas.

Prita tertawa. "Nggak mungkin lah, Lil. Kan reuni ini cuma angakatan kita doang. Wajah-wajahnya pasti familiar.  Lo nggak bawa suami?" tanya Prita makjleb.

Nah, sampai juga ke point itu.
"Gue belum merit, Prit."

"Oh ya?" Prita berbinar, seneng banget kayaknya dengar aku belum menikah.  "Sama dong!"

Eh?

Prita tergelak. Astaga! Aku pikir dia mau mengejekku karena belum menikah. Tahunya dia senasib.

"Kali aja di sini gue dapat jodoh, Lil."

Benar, jadi tidak akan sia-sia datang ke acara ini. Yang penting jangan jodoh orang aja yang diambil.

"Hayo ah, Lil. Ngapain sih kita berdiri di sini? Cari tempat buat duduk yuk."

"Hayoo...."

Aku dan Prita beriringan menuju table-table yang disediain panitia. Kami memilih tempat yang agak di tengah biar tidak terlalu dekat dengan panggung. Telingaku bisa meledak karena berisik. 

"Lil, itu Danu bukan? Yang selalu juara paralel itu loh, sebelahnya siapa ya? Istrinya bukan?" tanya Prita. Dari tadi memang matanya jelalatan.

Aku mengikuti arah pandang Prita. Danu pria berkacamata. Di pangkuannya ada seorang bocah. Mungkin itu anaknya.

In Between 1 (END)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon