Click Number Seven

1.4K 274 18
                                    

Keputusan untuk terbang ke Amsterdam bener-bener terjadi. Jennie gak percaya kalo seluruh temennya itu akhirnya ikut sama Dia. Termasuk Nayeon yang awalnya ngebet untuk tinggal tapi Seulgi terus-terusan ngedesak Dia untuk ikut untuk meminimalisir hal-hal yang gak diinginkan terjadi.

"Lah? Ada apa, nih?".

Semua nampak mengernyit ketika mereka udah sampai di areal apartment yang ditempati Wonwoo, tapi mereka malah disambut oleh beberapa orang berseragam disana.

Wonwoo berlari mendekati salah seorang berseragam disana. Menanyakan perihal hal yang terjadi.

Gak lama dari arah lobby apartment keluar empat orang berbaju seragam dengan satu orang pria berusia kisaran 45-50 tahun berwajah bule. Nampak meronta dengan tangannya yang diborgol dan salah satu dari pria besar berseragam itu nampak menodongkan pistol ke arah kepalanya.

Entah mengapa mata Jennie dan mata pria diborgol itu saling bertemu. Pria itu keliatan seperti kanibal yang siap memangsa siapapun.

Jennie menenggak saliva ketika mata pria itu tak lepas darinya bahkan sampai Dia memasuki mobil. Hingga gak lama Wonwoo kembali berjalan mendekati Jennie dan yang lain.

"Kenapa, Nu?", tanya Seulgi bingung.

Wonwoo nampak menghela nafas, "Apartment gak bisa diakses dulu karena udah banyak kasus disini. Jadi segala maca barang gue di tahan dulu di dalam", jelasnya dengan raut wajah pasrah.

"Te---rus, yang diborgol tadi siapa?", Jennie tiba-tiba bertanya dengan raut wajah kikuk.

"Pemilik apartment ini. Polisi gak mau ngasih keterangan lanjut. Tapi pemilik apartment ini terseret kasus pemerkosaan dan pelecehan seksual sama penghuni apartment", jelasnya lagi. Membuahkan berbagai tatapan antipati dari teman-temannya itu, terutama Nayeon dan Rosé.

"Terus, kita harus kemana?", kini giliran Taeyong yang bertanya.

Wonwoo lagi-lagi menghela nafas. Melemparkan tatapannya ke arah Seulgi dengan raut wajah bertanya.

Seulgi juga nampak ikut menghela nafas melihat gak ada pilihan lain, "Pokoknya terima dimanapun kita bisa tinggal", ujarnya.

Sepasang saudara kembar itu membawa teman-temannya menuju countryside dari ibu kota negara maju tersebut. Hamparan ladang jagung dan beberapa buah kincir angin adalah hal yang menyambut kedatangan mereka. Namun Jennie dan yang lain gak sama sekali menemukan penduduk disana.

Sampai akhirnya mereka sampai di sebuah rumah dua lantai berciri khas eropa berdiri di hamparan tanah luas disana.

Mereka memasuki rumah tersebut dan sedikit terkesima dengan isinya.

"Wow!", Jennie berdecak kagum ketika menemukan banyak sekali pahatan-pahatan yang menghiasi rumah tersebut.

"Jadi, kayaknya kita emang harus tinggal di sini dulu. Ini rumah peninggalan buyut kita. Kalian bisa milih sendiri mau tidur dimana. Ada 4 kamar yang bisa ditempatin disini", jelas Seulgi lagi.

"Gi, buyut lo emang gak punya tetangga?", tanya Jaehyun tiba-tiba ketika melirik ke arah pintu luar dan gak menemukan satu rumah pun di daerah sini.

"Ya, adalah! Cuman gak disini. Sekitaran 1 kilo dari sini. Karena lahan ini emang punya buyut kita. Makanya disini gak ada rumah lain selain rumah buyut", jelasnya lagi.

Nayeon yang sedari tadi nampak gak nyaman dengan penampakan dan isi rumah tersebut akhirnya ikut melemparkan pertanyaan, "Gaes, kenapa kita gak nyewa apartment lain aja dan tinggal di pusat kota. Tinggal disini resikonya besar, gak sih? Apalagi lo bilang rumah tetangga ada 1 kilo dari sini", desahnya.

DEEP WEB - JNKWhere stories live. Discover now