"Enak aja, kamu tuh yang keblinger nonton Tersandung."

Sebuah telepon mengagetkan Cashya dari obrolannya bersama Indah, dengan sigap tangannya mulai mengangkat panggilan telpon tersebut.

Suara bising menyambut telinga Cashya. "Hallo."

"Hallo Cashya." Suara seorang lelaki yang Cashya kenal langsung menyambutnya.

"Baba." Kaget Cashya karena tadi ia belum melihat siapa nama orang yang meneleponnya.

Isakkan Idris keluar bersamaan dengan kata yang terucap. "Kemarilah, Nak. Ke Rumah Sakit Harapan, Aai tadi jatuh dari kamar mandi dan sekarang kondisinya kritis."

Bagai disambar petir di siang hari, air mata Cashya terjatuh. "Iya, Ba. Cashya ke sana sekarang!"

Seperti biasa setelah usai menerima telepon, Indah langsung bertanya ada apa. Dengan berusaha menahan isakan Cashya menjelaskan, ia juga harus buru-buru pergi. Setelah Indah tau ada apa, ia memutuskan untuk ikut ke rumah sakit menemani Cashya.

***

"Ladies and gentlemen, as we start our descent, please make sure your seat backs and tray tables are in their full upright position. Also, make sure your seat belt is securely fastened and all carry-on luggage is stowed underneath the seat in front of you or in the overhead bins. Thank you."

Suara seorang pramugari terdengar di seluruh penjuru pesawat, menghantarkan Zeeshan Kamayel Auriga pada kenyataan yang sudah menantinya di depan mata.

Tujuh belas tahun sudah ia memutuskan untuk pergi dari Indonesia, terutama Jakarta yang merupakan tempat tinggal dari perempuan yang masih ia cintai hingga detik ini bersama lelaki yang kini sudah menjadi suaminya. Menetap di Barcelona dan menata hatinya yang sudah hancur berkeping-keping karena ulah perempuan itu.

Masih teringat di benak Zeka, bagaimana dulu Serafina pernah berjanji akan membalas cintanya. Namun semuanya omong kosong, semenjak Serafina mengenal Idris. Tapi kini ia harus kembali, sebab Serafina yang memintanya pulang.

Katanya ada hal yang ingin ia katakan dengan Idris, walau sebetulnya Zeka ingin sekali tidak mengindahkan permintaan itu. Tapi Serafina memaksa dan mengatakan bahwa itu adalah permintaan terakhirnya.

Zeka akhirnya mendarat dengan selamat di bandara Soekarno Hatta, baru saja ia selesai mengambil kopernya di bagasi telepon di ponselnya berdering.

Tertera nama Idris di sana, membuat Zeka mengerutkan kening dan langsung mengangkatnya. "Halo Bang, iya saya sudah sampai di Soetta kok."

"Zeka, cepatlah kemari. Di Rumah Sakit Harapan, Sera jatuh dari kamar mandi dan kondisinya kritis." Idris berucap dengan isak yang tidak bisa ia sembunyikan.

Mata Zeka membulat, dengan cepat ia mengiyakan Idris dan segera menghentikan taksi untuk menuju rumah sakit yang Idris sebutkan.

Setelah sampai di rumah sakit, saat Zeka ingin menuju ke resepsionis rupanya seorang gadis muda juga menuju ke sana. Sepertinya ia begitu buru-buru, sampai ia menyalip Zeka dengan air mata membanjiri wajah cantiknya.

Zeka mengenal gadis itu, gadis itukan ....

Zeka terhenti kala gadis itu berucap sesuatu pada resepsionis secara terburu-buru. "Sus, pasien bernama Serafina Maheswari di mana ya Sus?" Pelan, namun masih dapat di dengar oleh telinga Zeka.

Sang Perawat dengan cepat mengetikkan sederet nama itu, lalu ia menunjukkan arah jika Serafina berada di ICU dan menunjukkan jalannya pada gadis itu.

Saat gadis itu pergi bersama temannya, sang Perawat ganti menanyai Zeka membuat Zeka segera menggeleng dan mengikuti ke mana perginya gadis itu.

Zeka telah melihat Idris, namun gadis itu langsung memeluk Idris erat sembari berucap lirih. "Baba, gimana kondisi Aai?"

Sebuah cubitan sakit mengenai hati Zeka menyentaknya pada kenyataan akan siapa gadis itu, ia tak mengerti mengapa Serafina sejahat itu padanya. Saat Zeka ingin pergi untuk menenangkan diri, Idris terlanjur melihatnya.

"Zeka ...." Idris memanggilnya pelan.

Gadis itu dan temannya menoleh ke arah Zeka, Zeka sendiri langsung menyambutnya dengan senyum tipis. Sudah tidak ada waktu lagi untuk menghindar, Zeka berjalan mendekati ke tiga orang itu.

"Hai Bang." Senyum tipis masih menghiasi wajah Zeka.

Idris balas tersenyum tipis. "Oh iya, Cashya ini Om Zeka dan Zeka ini Cashya. Masih ingatkan sama putriku?"

Zeka melirik ke arah gadis yang menatapnya tanpa berkedip, walau air mata masih meleleh di pipinya. "Masih Bang, tidak terasa tujuh belas tahun telah berlalu dan Cashya telah tumbuh menjadi gadis yang cantik."

Lalu bagaimana kondisi Sera, Bang?" Zeka mengalihkan pembicaraan.

Idris menggeleng, dengan tatapannya yang kosong menatap tembok. "Masih belum ada kabar, dokter juga masih di dalam. Zeka, maafkan segala kesalahan Sera dahulu. Semua salah saya, tidak seharusnya saya hadir di tengah-tengah kalian."

Zeka tersenyum miris. "Abang tidak salah, tidak ada yang salah. Ini semua takdir Tuhan."

Ucapan mereka terhenti di kala dokter keluar dengan peluh membanjiri keningnya, semua yang berada di sana mendekat ke arah dokter tersebut. "Dokter, bagaimana keadaan istri saya?"

"Keadaan Ibu Serafina belum stabil, namun beliau sudah sadar. Beliau meminta bertemu dengan suami dan anaknya, beserta seseorang yang bernama Zeka." Dokter menatap semuanya dengan seksama.

Zeka menoleh. "Saya Zeka, Dokter."

***

Haii balik lagi di cerita Nindaaa uauaua 🤣 kali ini Ninda hadir dengan cerita yang real orisinilll wkwkw

Percintaan antara Om ganteng dan gadis remaja akhir.

Taburan kalimat dan bintangnya ya jangan lupa ya 🌟

Istri Muda Where stories live. Discover now