| 31

3.5K 370 48
                                    

09.00


Seokjin menatap iba pada sang Adik yang tengah duduk di ranjang. Yoongi-nya terlihat murung sekali hari ini. Lantas, ia berjalan mendekat. Menepuk bahu kecil Yoongi, dan mengusap surainya lembut.

"Jangan dipikirkan," ujarnya. Tahu betul apa yang dipikirkan Yoongi hingga rupanya menjadi sekecut itu.

"Hyung ... apa aku tidak usah kembali saja?" lirih Yoongi. Ia hanya merasa percuma pada keberadaan dirinya di rumah itu.

Seokjin menggeleng cepat. "Apa maksudmu? Tentu saja kau harus pulang, Yoon. Itu rumahmu," bantah .

"Dengar ...." Seokjin tangkup wajah itu dengan kedua tangannya.

"Jangan dipikirkan, oke?"

***

Seokjin menatap Taehyung di sampingnya.

"Jungkook, apa tidak akan kemari, Tae?"

Taehyung menggeleng. "Tidak tahu, Hyung. Aku, belum sempat bertemu dengannya hari ini," balasnya setelah menegak soda kaleng yang ia beli dari minimarket. Seokjin menghela napas panjang. Mengacak rambutnya kasar sembari menatap ke arah depan.

"Ada apa dengan anak itu?"

Taehyung menggeleng kecil, menegak sodanya, lalu menatap sang Kakak, "Coba temui Jungkook, Hyung. Jika denganmu, siapa tahu Jungkook mau bicara."

***

"Taehyung datang, Yoongi Hyung!!"

Yoongi mendongak, menatap sang Adik yang datang dengan cengiran lebar.

"Halo, Tae," sapanya pelan.

"Hyung, lihat! Kubawakan pisang untukmu!" yang lebih muda berseru riang. Mengeluarkan pisang dari dalam plastik yang sengaja ia beli sebelum ke mari, lalu menunjukkannya pada Yoongi.

"Lihat! Hyung suka, 'kan? 'Kan??"

Yoongi terkekeh kecil. Mengambil pisang yang diulurkan oleh Taehyung lalu mengupasnya.

"Terima kasih," ujarnya dibalas acungan jempol dari sang Adik yang tengah berjalan menuju sofa.

"Hyung, Hyung ...."

"Hm?"

"Jungkookie, apa sudah ke mari?" tanyanya. 

Yoongi menggeleng kecil. "Belum."

Taehyung menggumam sebagai balasan. Setelahnya, sang mulut sibuk mengomel tentang sikap aneh sang Adik yang berubah dengan cepat.

"Nanti malam, biar kuseret anak itu kemari, Hyung," ujarnya menggebu-gebu. Yoongi tertawa kecil. Meletakkan kulit pisang di atas nakas lalu menggeleng.

"Tidak apa, jangan paksa Jungkook," jawabnya. 

Taehyung berdecak tak setuju.

"Tapi Jungkook aneh, Hyung! Tahu tidak? Sebelum pergi membeli susu pisang kemarin, Jungkookie duduk di samping Hyung. Dekat-dekat tidak mau jauh, seperti itu," adunya dengan alis menukik.

"Benarkah?" Yoongi bergumam lirih.

Gumaman kecil Taehyung menjadi jawaban. Yoongi kembali termenung. Menatap selimut yang membungkus kakinya sementara pikirannya melayang bebas. Memikirkan tentang apa yang sekiranya salah saat ini.

Ia menghembus napas pelan ketika kesimpulan telah ia rangkum.

Jadi ...

Ini semua, karena dirinya,

--atau, bukan?

***

"Jungkookie!"

Seokjin memekik cukup keras. Melambaikan tangan, meminta Jungkook yang berada di lantai atas agar segera turun.

Tentu saja bocah itu menurut. Melangkahkan kaki sedikit lebih cepat untuk menghampiri sang Kakak.

"Ada apa, Hyung?" tanyanya. Seokjin menoleh.

"Duduk."

Dengan cepat bocah itu menurut. Mendudukkan diri di samping sang Kakak dengan raut polos yang membingkai wajahnya. Baru ketika Seokjin menatapnya tajam, Jungkook sukses menelan ludah.

"A-ada apa?"

Seokjin mendekatkan wajahnya. Menatap selidik rupa si bungsu, membuat gugup menyambangi yang lebih muda.

"Hyung?"

"Kook," suara Seokjin mengintruksi. Jungkook bergumam lirih.

"Ya?"

"Sebenarnya ada apa denganmu?" sembari mengetukkan telunjuk pada hidung Jungkook, Seokjin berucap. 

Jungkook memiringkan kepala tak mengerti. "Aku?"

Seokjin mengangguk. Menjauhkan jari telunjuknya dari rupa sang Adik, "Kau menjauhi Yoongi, bukan? Ada apa? Apa masalahnya? Bisa ceritakan pada Hyung?"

Jungkook bergumam kecil, membenarkan ucapan Seokjin tentang dirinya yang menjauhi Yoongi. Setelah itu, senyumnya tersungging. Bocah itu menggeleng pelan.

"Tidak ada apa-apa kok, Hyung!" ujarnya dibubuhi kekehan kecil. Seokjin membuang napas.

"Hei, ayolah ...," dengusnya, "jika tidak ada apa-apa, tidak mungkin kau akan menjauhi Yoongi. Kau tahu? Tingkahmu itu terlalu aneh. Secara, kemarin kau dekat-dekat dengan Yoongi, tidak mau jauh. Sekarang, jadi seperti ini," lanjutnya. Jungkook mengangguk kecil.

"Ya, aku tahu. Tapi, memang tidak ada apa-apa, Hyung," balasnya. Seokjin berdecak.

"Kau bahkan tidak menemui Yoongi, bukan? Kemana Jungkook yang dulu?" Seokjin berujar remeh. Jungkook mengernyit tidak setuju dengan kata-kata Seokjin yang terdengar memojokkannya.

"Siapa bilang!" bantahnya keras.

"Aku menemui Yoongi Hyungie, kok! Malam-malam saat Yoongi Hyung tidur, aku datang!" ujarnya membela diri.

"Tapi kenapa harus malam hari? Kenapa tidak sekarang. Kau tahu, Kook? Yoongi murung seharian ini."

Jungkook terdiam sesaat.

"Bagus, dong," ucapnya santai menuai kernyitan tak suka.

"Kook!" Seokjin berseru tak percaya. Menatap Jungkook dengan tatapan yang sarat akan kecewa.

"Bagaimana bisa kau mengatakan hal seperti itu?!"






TBC

Truth: REVEALED ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang