| 10

4K 465 67
                                    

20.15



Yoongi menarik napasnya dalam. Membuangnya perlahan sembari menatap pintu di depannya. Sebenarnya, Yoongi sudah datang sejak lima menit lalu. Tapi, selama lima menit itu, ia hanya mematut dirinya di depan pintu. Entah apa yang dipikirkannya.

Kali ini, anak itu mengulurkan tangannya untuk membuka pintu, dengan sedikit takut juga ragu yang terselip.

"Aku pulang ...."

"Oh, sudah datang."

Yoongi mengangkat alisnya terkejut. Ia kira tidak akan ada yang membalas ucapannya. Tapi kali ini Seokjin menyahut.

Jujur saja, dalam pikirannya bahkan tak pernah terlintas hal seperti ini.

Ah ... hanya dengan hal kecil seperti ini saja, Yoongi sudah cukup senang.

"Seokjin Hyung?"

Seokjin menoleh. Memberi isyarat pada Yoongi menggunakan satu tangannya.

"Kemarilah," ujarnya, dan dengan mudahnya Yoongi menurut. Berjalan mendekat ke arah Seokjin yang sedang duduk berhadapan dengan televisi.

"Duduk."

Lagi-lagi Yoongi menurut. Ia duduk di samping Seokjin saat yang lebih tua bergeser memberinya tempat. Sementara Seokjin hanya tersenyum samar saat menyadari bahwa Yoongi masih sama baik dulu maupun sekarang.

"Ada apa, Hyung?" Yoongi memberanikan diri untuk bertanya. Seokjin menghela napas kecil. Ia menatap wajah yang lebih muda, dan mata dokternya terlalu pintar untuk memindai semburat pias di sana.

"Kau sakit?" tanyanya sembari menatap lekat. Spontan Yoongi menggeleng.

"Aku? T-tidak," jawabnya gugup. Menghela napas lega saat Seokjin mengangguk kecil.

Kau tak pandai berbohong. Sedari dulu selalu seperti itu.

"Hyung ingin bertanya." Seokjin mengalihkan pembicaraan. Memutuskan untuk menelan mentah-mentah kebohongan yang Yoongi buat.

"Ya?"

"Kau ingat sesuatu tentang rumah ini? Lima belas tahun lalu, mungkin."

Yoongi menyipitkan matanya. Mengerutkan keningnya untuk berpikir, lalu mengangguk pelan.

"Hyunjae Appa membawaku kemari saat umurku empat tahun," jawabnya. Seokjin mengangguk membenarkan.

"Selain itu?"

"Tidak ada," Jawab Yoongi.

"Benarkah?"

"Eum ...."

Helaan napas panjang terdengar. Seokjin tersenyum tipis. Membawa tangannya untuk menepuk kecil pucuk kepala Yoongi lalu mengusap surai yang sewarna dengan arang itu.

Yang lebih muda jelas terkejut. Ia menatap Seokjin penuh tanya. Namun tatapan bingungnya hanya dibalas dengan senyum kecil, yang justru, membuat Yoongi bertambah bingung.

"Hyung?"

"Istirahatlah, sudah malam."

"Iya ...."

Begitu saja, dan Yoongi segera berlalu. Seokjin menatap punggung kecil itu dengan sendu.

Ia tidak ingat.

Dokter muda itu membawa pandangannya turun. Senyumnya mengembang saat menatap dua helai rambut di tangannya.

***

'Ceklek'




"Kyuhyun-ah!"

"Hei! Siapa yang menyuruhmu masuk tanpa mengetuk pintu? Kupikir kau orang yang paham tata krama, Tuan Min."

Truth: REVEALED ✔Où les histoires vivent. Découvrez maintenant