| 11

3.7K 453 57
                                    

07.45

"Kook, kenapa kau yang memasak? Kemana anak itu?"

Jungkook menoleh, menatap Taheyung yang baru saja pulang dari minimarket. Ia mengendikkan bahunya.

"Tidak tahu, Hyung," bohongnya yang tanpa sadar membuat alis Taehyung menukik tak suka.

"Apa masih di kamarnya? Ck, berhentilah memasak. Biar kupanggil dia."

Mendengar perkataan itu Jungkook menggeleng ribut. Sinyal bahaya dalam kepalanya berbunyi nyaring. Ia tak ingin hal buruk terjadi, juga tak ingin misinya gagal.

"Jangan!" teriaknya nyaring. 

"Kenapa?"

Jungkook menelan ludah.

"Tidak, h-hanya--"

"Hanya?"

Jungkook menggigit bibirnya.

"Aku sudah lama tidak menyentuh peralatan dapur. Jadi ... Biar aku yang memasak ya, Hyung? Lagi pula masakannya akan siap sebentar lagi, kok ...."

Taehyung menatap Jungkook penuh selidik, sementara yang lebih muda memilih untuk mengalihkan pandangannya. Kembali berkutat dengan pisau dan kubis.

"Terserah." Taehyung akhirnya bersuara, membuat Jungkook menghela napas lega saat mendengarnya. Kakak yang terpaut satu tahun di atasnya itu berjalan kearah dapur. Memasukkan minuman kaleng yang ia beli tadi ke dalam kulkas dan menyisakan satu untuk dirinya.

"Seokjin Hyung, di mana?" tanya Taehyung setelah menegak soda.

"Di kamarnya, mungkin. Aku belum melihat Jin Hyung turun sedari tadi."

Mendengar jawaban sang Adik, Taehyung hanya mengangguk kecil. Memilih duduk di kursi makan untuk memperhatikan sang Adik yang sibuk berkutat dengan peralatan dapur.

Tidak membantu. Sebab,

--dapur bisa saja meledak karena ulahnya.

***


'Drrtt ....'


Seokjin mendengus, ia menatap kesal pada ponselnya.

"Dasar, hanya ingin tidur, ada saja pengganggunya. Tadi atasan, sekarang siapa lagi?" gerutunya kesal. Meskipun demikian, tangan kanannya tetap terulur untuk mengambil ponsel di samping tubuhnya, dan melihat nama penelepon dengan malas-malasan.

"Ish! Orang ini mau apa meneleponku? Dasar, penganggu."

Mulutnya memang tak berhenti menggerutu, tapi jari telunjuknya bergerak untuk menggeser ikon telepon hijau yang tertera pada layar lalu meloudspeaker panggilan itu. Terlalu malas untuk membawa ponselnya ke dekat telinga.

"Hei, Seokjin-ah!"

Langsung saja, suara sumbang dari seberang sana terdengar.

"Apa? Kenapa menelepon? Mengganggu saja," Seokjin menggerutu. Sejenak, terdengar kekehan renyah dari seberang sana. Tak tahu saja wajah Seokjin telah mengerut masam di sini.

"Haha, maaf. Aku hanya ingin bilang."

"Apa?"

"Itu--"

"Cepat!"

"Astaga! Iya, iya! Salah sendiri memotong perkataanku!"

Seokjin mendengus. Kyuhyun memang pengganggu. Sudah menelepon saat dirinya akan tidur, lalu berkata seperti ini. Sangat bertele-tele.

Si Sulung Min itu memutuskan untuk menutup matanya. Menikmati setiap curahan hati rekan kerjanya tentang pasien yang agaknya cukup menyebalkan hari ini.

" ... Aku benar-benar kesal! Sudah begitu Sajangnim memintaku pergi keruangannya saat waktu makan siang! Kau tahu, Jin? Aku belum makan sampai sekarang!!"

Seokjin mendengus kasar.

"Kau meneleponku hanya untuk mengatakan hal seperti ini Kyuhyun-ah?" tanyanya. Yah, daripada harus mendengarkan ocehan teman kerjanya, lebih baik Seokjin tidur saja bukan?

"Ah, iya! Aku meneleponmu untuk memberi tahu jika hasil tesnya sudah keluar! Cepat ambil atau ku buang! Seharusnya kau berterima kasih kepadaku, karena menyelesaikannya dengan cepat!"

Seokjin sukses menegakkan tubuhnya.

"Sudah keluar?!"

"Hm .... Cepat ambil dan traktir aku setelah ini!"

***

'Tap ... tap ....'



"Jin Hyung, mau ke mana?"

"Oh, hai Jungkookie, Hyung keluar dulu!"

"Hah?"

Jungkook menatap kepergian si kakak sulung penuh tanya. Beberapa detik setelahnya ia mengangkat bahu. Lebih memilih untuk melanjutkan acara menonton televisi sembari menyedot rakus susu kotak rasa pisang yang dipegangnya.

"Yoongi Hyung, kenapa belum keluar?"

Kalau aku pergi ke kamarnya sekarang, Tae Hyung tidak akan tahu, bukan?

Apa aku harus kesana?

Iya? Tidak?

***

'Brakk!'


"Mana?!"

"Aish! Bisa tidak, jangan merusak barang-barangku sekali saja! Sudah suntik kau ambil, sekarang pintu kau banting! Setelahnya apa lagi?!" Kyuhyun, korban dari bantingan pintu berseru kesal. Ia menatap Seokjin yang nampak sama sekali tak peduli.

"Cerewet! Mana?!"

"Iya, iya! Ini!" ujarnya kesal sembari memberikan amplop putih.

Seokjin menerima amplop putih dari tangan Kyuhyun. Dengan cepat, ia menyobek salah satu sisinya dan menarik kertas dari dalam. Matanya sibuk memindai satu persatu huruf yang tertera di sana. Sampai matanya berhenti di satu kalimat. Ia membacanya berulang kali. Berharap apa yang ia lihat bukanlah sebuah ilusi, seperti halnya oasis di padang pasir.

Kyuhyun yang melihatnya termangu. Ia menepuk bahu temannya, membuat Seokjin menoleh, menampakkan mata berkacanya.

"Jin?"

"Aku menemukannya, Kyuhyun-ah ... aku menemukannya!" Seokjin berujar semangat. Ia menunjukkan hasil tes DNA tepat di depan wajah Kyuhyun.











"Sugaku! Aku menemukannya!"




TBC


Truth: REVEALED ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang