| 04

4.4K 504 103
                                    

Yoongi menghentikan langkah, menatap penuh telisik gang di depannya. 

Suara itu, Yoongi tentu mengenalnya. Takut terjadi sesuatu yang buruk, Yoongi melangkahkan kakinya memasuki gang.

Dan benar saja, sesuatu terjadi seperti pikiran buruknya.

"Akh! Berhenti, jangan mendekat!"

Yoongi makin geram dibuatnya. Ia melihat dua orang lelaki dewasa yang tengah berdiri, dan seorang remaja yang tengah duduk bersandar.

"Hei, anak manis ... hik, ayo puaskan aku!"

"J-jangan ..... Tolong berhenti, paman. T-tolong ...."

"Berhenti? Haha! Untuk apa berhenti? Hik, aku sudah mendapatkan mainanku, dan aku tidak akan berhenti."

"Lihat mukanya, bukankah lebih bagus dari para jalang yang tadi kau goda?"

Mata Yoongi membulat. Telinganya mendengar dengan jelas apa yang dibicarakan para pemabuk itu. Hingga tanpa aba-aba, tanpa pemikiran, ia berlari, mendorong tubuh gempal kedua lelaki dewasa itu, sekaligus menggunakan tubuhnya untuk menutupi Jungkook yang terlihat ketakutan.

"Pergilah paman. Adikku masih kecil, jangan nodai dia dengan perbuatan bejat kalian," ucapnya tegas. Kedua lelaki di depannya tersenyum licik.

"Ah, kau Kakaknya, ya?" tanya salah satu lelaki dewasa itu dengan nada bicara yang terdengar menjijikkan. Yoongi mengacuhkannya. Ia memilih untuk berbalik, menatap Jungkook yang nampak ketakutan.

Baru saja Yoongi ingin berjongkok, kaus belakangnya ditarik. Salah satu dari lelaki tadi membantingnya hingga punggung Yoongi berbenturan dengan kerasnya aspal.

"Hik, kalau begitu kau saja yang menggantikan Adikmu. Bagaimana? Kau menyayanginya, bukan?"

Yoongi mendesis saat merasakan nyeri di punggungnya. Ia bangun tanpa menjawab pertanyaan yang terlontar. Dahinya mengernyit tak suka. Ia menatap marah kedua lelaki didepannya.

"Pergilah, paman! Puaskan hasrat kalian para jalang di kelab, jangan di sini!" Dua lelaki itu tertawa remeh.

"Untuk apa pergi ke sana jika wajahmu jauh lebih cantik, sayang?"

Yoongi berdecih.

"Menjijikkan." 

Setelahnya, ia layangkan bogeman pada salah satu lelaki di depannya. Membuat si pemabuk itu tersungkur ke tanah dengan wajah yang jatuh terlebih dulu. Yoongi menginjak punggung untuk memastikan lawannya tak bisa bangkit. Tapi ia lupa jika ada dua pemabuk yang tengah ia hadapi. 

Tanpa ia sadari, satu orang lainnya berjalan mendekat dengan jalan yang sempoyongan. Menarik kaus Yoongi lalu membanting tubuh kecil itu untuk kedua kalinya. Bahkan sempat membombardir tubuhnya dengan pukulan abstrak yang membuat Yoongi harus merasakan nyeri di sana-sini.

Yoongi bangun setelah pukulan terhenti. Mendapat celah, ia segera menendang 'aset berharga' sang lelaki hingga sang lawan mengaduh kesakitan. Setelahnya, ia menarik lengan Jungkook, membawanya pergi dari kedua lelaki gila itu.

Yoongi menghentikan langkahnya di pertengahan jalan. Ia berbalik, menatap lekat-lekat wajah sang Adik.

"Kook, kau baik-baik saja?"

Canggung. Benar-benar canggung bahkan hanya untuk bertanya. Jungkook mengangguk kecil lalu berjalan mendahului, meninggalkan Yoongi di belakang.

Yoongi menghela napas panjang. Ia menatap Jungkook yang ada di depannya sebelum memutuskan untuk mengikutinya.

Sampai suara gedebuk yang cukup keras mengalihkan perhatiannya. Yoongi berlari menyusul. Menatap Jungkook yang tengah meringis sembari memegangi lututnya.

"Kook--"

"Aku baik."

Yoongi menghela napas. Tahu betul Adiknya masih ketakutan.

"Naiklah ke punggungku ...."

Lagipula dengan kaki tremor seperti itu, bagaimana bisa Jungkook berjalan benar?

.

.

.

"Turunlah ...."

Yoongi menurunkan Jungkook dari gendongannya lalu mendudukkan anak itu di sofa. Ia pergi menuju dapur untuk mengambil kapas, alkohol, dan obat merah guna mengobati luka di kening Jungkook. Hasil perbuatan lelaki bejat yang membuat Yoongi geram bukan main.

"Alkoholnya habis?" Anak itu bergumam. Mau tak mau, ia harus keluar untuk membeli sebotol kecil alkohol.

"Kook, alkoholnya habis. Hyung keluar dulu," ujarnya sembari memakai jaket dan pergi tanpa mendapat jawaban. 

Jungkook menatap punggung Yoongi. Ia yakin Yoongi juga terluka. Secara, ia melihat sendiri Yoongi yang harus terbentur aspal beberapa kali. Lukanya pun, Jungkook yakin Yoongi mendapat lebih banyak. Dan jika tak salah lihat, salah satu dari lelaki tadi membawa pisau lipat.

Anak pungut itu baik-baik saja bukan?

Jungkook jadi merasa bersalah ....

Lihat, bukan?

Sebenarnya Jungkook itu bukan anak yang nakal. Hanya saja pikirannya masih labil di masa remaja ini. Mudah terpengaruh oleh orang di sekitar. Kata benci, anak itu bahkan belum mengetahui arti sebenarnya. Semua yang ia lakukan didapat dari sekitarnya. 

Melihat lalu meniru. Hanya seperti itu sejak ia kecil dulu.

'Ceklek.'


Lamunan Jungkook buyar. Ia menatap Yoongi yang baru saja masuk dengan menenteng kantong plastik kecil. Kakak angkatnya itu berlutut di depannya. Mulai membersihkan lukan di keningya dengan kapas basah, juga mengobati lukanya dengan obat merah.

Jungkook mengamati wajah Yoongi yang fokus mengobatinya. Mata bulatnya menatap satu persatu luka yang Yoongi dapat. 

Benar, luka itu lebih banyak. Belum lagi luka di perut, punggung, atau bagian tubuh lainnya. Jungkook menatap sendu, anak itu benar-benar khawatir. Masa bodoh dengan gengsi, berakhir dengan pertanyaan yang meluncur keluar dari mulutnya.

"Hyung baik?"

Ditanya seperti itu, Yoongi terdiam. Ia menatap manik Jungkook lembut lalu mengangguk pelan.

"Hyung baik," jawabnya pelan. Masih terkejut dengan panggilan yang Jungkook tujukan untuk dirinya.

Yoongi tak salah dengar, bukan? 

Semoga saja tidak.

"T-tapi, punggung Hyung--"

"Tidak. Tidak apa-apa, Jungkookie," Yoongi kembali berujar. Tak tega melihat tatapan sendu dari kedua manik Adiknya. 

Selesai dengan mengobati luka Jungkook, Yoongi berdiri. Mengacak lembut rambut yang lebih muda.

"Istirahatlah, hm? Sudah larut," ujarnya. Tapi belum sampai ia berdiri tegak, suara pintu dibuka dan bogeman mentah lebih dahulu mendarat di pipi. Membuatnya harus kembali terjatuh. 

Kepalanya ia tundukkan. Tak ingin melihat orang yang kini tengah menatapnya tajam.

"Apa yang kau lakukan pada Adikku?!"

"Taehyung Hyung ... " Jungkook berdiri. Menahan lengan Taehyung yang hendak berbuat lebih jauh. Taehyung baru datang dan tak tahu apa yang terjadi. Ia hanya salah paham, dan Jungkook tak mau Yoongi kembali terkena pukulan amarah.

"Hyung, ayo ke kamar. Aku baik-baik saja ...," ia berujar sembari mendorong Taehyung menuju kamar. Matanya menatap Yoongi yang tengah menghapus darah di sudut bibir.

Ahh ... sepertinya Jungkook akan berterima kasih besok pagi saja. Sekaligus meminta maaf,




--atas sikapnya selama ini.






TBC

Truth: REVEALED ✔Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ