| 29

3.8K 380 55
                                    

Seokjin membuka matanya. Mengerjap pelan untuk mengumpulkan serpihan nyawa yang masih berlarian di alam mimpi. Setelah terkumpul sempurna, lelaki itu beranjak bangun. Menatap dua bocah yang masih sibuk berkelana di alam mimpi, lalu mendengus pelan. Membuang sedikit dari waktunya untuk mengutuk dua bocah yang masih asyik terlelap.

Yah, karena bocah-bocah itu, Seokjin jadi harus menjelaskan serinci-rincinya kejadian yang telah terjadi. Dari perihal map hasil tes DNA, hingga apa yang ia sembunyikan sampai saat ini, semua terkuak habis sebab dua bocah itu. Bahkan, Seokjin bercerita hingga larut. Mati-matian menahan kantuk yang menyerang, hanya untuk memberi tahu Jungkook dan Taehyung perihal Yoongi.

Dan berakhir, dengan dirinya yang tertidur di kursi karena kantuk melanda. Padahal rencananya, ia akan tidur di ruang rawat sembari menunggui Yoongi semalam.

Dasar, anak-anak itu, rutuk Seokjin dalam hati.

"Ah, astaga. Yoongi," lirihnya lalu berjalan keluar ruangan.

***

Seokjin membuka pintu dengan perlahan, lalu menutupnya dengan pelan pula. Sama sekali tak berniat, ataupun berminat untuk mengganggu Yoongi yang tengah tertidur. 

Langkahnya ia bawa ke dekat jendela kamar. Menyibak gorden dan membuka jendela, mempersilakan sinar mentari untuk masuk ke dalam ruangan. Setelahnya ia berbalik, berjalan mendekat pada sang Adik yang tidur memunggunginya. Ia usap pelan rambut hitam legamnya.

"Yoongi-ya, bangun ...," ujarnya pelan. Terkekeh kecil saat anak itu tak menjawab. Masih sibuk dengan mimpi yang didatangi.

"Yoongi-ya, kau tahu? Jungkookie dan Taehyungie ada di sini--astaga."

Seokjin sama sekali tak menyangka, dan ia sama sekali tak pernah berharap untuk yang satu ini. Jantungnya serasa dipacu untuk berdetak lebih cepat. Bahkan, dirinya belum sepenuhnya lepas dari keterkejutan saat menekan tombol darurat di samping kepala ranjang.

"Yoongi-ya...," lirihnya sembari menepuk pipi pucat sang adik. Menelan ludah saat dingin terasa di telapak tangannya.

Selanjutnya, Seokjin hanya bisa diam, saat dokter datang dan menyuruhnya untuk menepi.

.

.

.

"Junhae Hyung, bagaimana?"

Kwon Junhae menghela napas. Ia menatap Seokjin lekat pada maniknya.

"Kita harus memasang ring, sesegera mungkin," tuturnya. Seokjin mengangguk pelan. "Aku tahu," balasnya lirih. Junhae menepuk bahu lebar milik lelaki di hadapannya.

"Dan kau tahu, aku butuh persetujuan dari walinya," ucapnya. Seokjin mengangguk paham.

"Dan aku, meminta persetujuanmu, sekarang juga," lanjutnya. Seokjin menoleh. "Sekarang?" ujarnya tak percaya, diangguki oleh Junhae yang duduk di sampingnya.

Sejenak menatap raut terkejut Seokjin, lelaki yang lebih tua menghela napas pelan lalu berdiri.

"Kau nampak tidak setuju, ya? Kalau begitu besok saja, Jin. Katakan padaku kalau kau setuju," ujarnya sembari menepuk bahu lebar Seokjin. 

Si sulung Min menelan ludah. "B-bukan, Hyung. Bukan seperti itu," Seokjin menyela, membuat Junhae mengangkat kedua alisnya. 

"Lalu?"

Seokjin menggigit bibir bawahnya ragu. "Tapi, dengan keadaan seperti ini," ia menatap lawan bicara, "apa Yoongi akan baik-baik saja? M-maksudku ... bagaimana jika operasinya nanti--"

Truth: REVEALED ✔Where stories live. Discover now