02# Tempat persembunyian.

14 4 0
                                    

Bael memasuki kelas seperti biasanya, Valen kembali mengajak Bael untuk berbicara, namun Bael menempelkan earphone di telingannya.

Pelajaran hari ini sangat padat, saat sore Bael pergi sendiri ke atap untuk merelaksasikan dirinya.

Disana ia menatap birunya langit dan awan abu-abu menandakan akan datangnya hujan.

Ia mengingat kepedihan saat ibunya pergi meninggalkan ia dan ayahnya, semenjak itulah Bael menjadi dingin terhadap para wanita.

Gledeknya Petir setelah Kilatnya,

Hujan turun dengan deras membuat
Bael merasakan kesedihan, ia menangis sedu di atap tanpa sepengatahuan siapapun.

Perasaan yang hampa bercampur dinginnya angin membuat nya terbangun dari rasa sedih.

Bael segera pergi menuju toilet dan mengusap wajahnya.
Ia mencoba tersenyum didepan cermin untuk menipu dirinya sendiri.

****

Konsentrasi yang menghilangkan rasa menikmati musik membuat nya hanya ingin menjadi yang terbaik bahkan rela melukai jari-jari lentiknya.

Seorang gadis yang bahkan melupakan adanya kasih dalam diri, tanpa emosi dan hanya sebutir pasir tak berharga.

Tak ada teman, tak ada tempat untuk bergumul, dan mempunyai orang tua yang tergila-gila akan karir.

Hidup adalah kesempatan bagaikan bulir air menetes begitulah kehidupan berjalan.

Gadis yang bertumbuh kini sudah dapat memberontak namun lehernya masih terbelenggu.

****
Keributan terjadi di SMA Olymphia ketika Bael memihak anak yang menjadi pesuruh dan menegur yang menyuruhnya,

"Brengsek!"bisik Bael keras.

"Bael,lu Bael kan si bocah tengik itu?" bentak Sultan kakak kelas Bael.

"Hey kakak kelas melawan adik kelas, seru nih!" ucap Lutfi mantan ketua OSIS.

Pavel dan Nathan berlari menuju Kantin lebih tepatnya tempat dimana anak kelas 12 nongkrong.

"Ayo sini kakak ajarin jadi adek yang baik" ucap Sultan

Sultan memukul pipi kiri Bael tetapi Bael malah menyerahkan pipi kanannya untuk dipukul.

"Sudah?" tanya Bael

Pavel pun menanyanyakan kepada kakak kelas yang menonton

"Bael, sudah berapa kali ia dipukul?" tanya Pavel penasaran.

"Hei bocah asing diam saja!"perintah Lutfi.

Bael meluruskan lehernya dan menyembunyikan ibu jari di balik kepalan tangan.

Langsung menghantam keras rahang Sultan hingga terjatuh ia menginjak-injak Sultan sampai tak sadarkan diri.

"Sudah Bael,sudah!" ajak Nathan.

Lihat kan sudah kutanyakan sudah berapa kali ia dipukul," ejek Pavel terhadap Lutfi sambil memberikan minuman kaleng ke Bael.

"Thanks," ucap Bael.

Mereka pun meninggalkan Kantin dan masuk ke dalam kelas.

Lutfi yang tak terima kelas 12 dipermalukan kini ingin menghabisi tiga sahabat itu terutama Pavel si bocah campuran.

Valen melihat wajah tampan Bael membiru segera memberikan ia pendingin untuk menghilangkan memar.

"Berkelahi lagi ya?" tanya Mikinisa.

Different Side [On Going]Where stories live. Discover now