01# Kelas 11

30 8 3
                                    

Indahnya bunga matahari yang bermekaran membuat gadis cantik itu semakin anggun. Tangannya membelai kelopak bunga membuat satu-satu kelopak bersinar bagai diberi kehidupan baru.

"Bael...bael bangun, kamu mau sekolah, tidak?" ayahnya Anton membangunkan nya.

"Ehhhhh ini sudah jam 7.30, papa aku sudah telat," kata Bael.

Bael bergegas memasuki kamar mandi, ia segera mengambil uang bekal dan cepat-cepat pergi kesekolah.

Melewati helir angin menerpa pori-pori wajah pria tampan ini.

Bael melempar tas coklatnya melewati pagar, ia memanjat dengan cepat mengawasi sekeliling.

"semua siswa harap sudah berbaris, siswa yang telat tidak boleh mengikuti upacara dan mereka harus di tahan di aula sekolah," kata Bu Yuyun tegas.

Bael berlari memasuki koridor sekolah berusaha masuk ke dalam ruangan UKS tak ada terlihat siswa yang sedang berlalu lalang,sekolah sepi dari dalam pasti seluruh siswa sedang melakukan kegiatan upacara bendera.

Namun usahanya hanya sia-sia, Aurel, OSIS diangkatannya memergoki nya.

"Hei mau ngapain lo disini ?" Bentak Aurel.

"Rel..rel, ayolah sekali saja nanti aku kasih kontak baru Nathan," ucap Bael memelas.

"Nathan?hey aku tuh butuh kontak Pavel, cepat ke aula!"bentak Aurel.

Murid-murid yang telat di kumpulkan di aula sekolah untuk di beri pengarahan oleh guru BK.

"Ayo....sini rambut nya biar ibu rapihin," ucap Bu Yuyun.

Murid-murid itu sungguh di beri pengarahan yang nyata,namun tetap tidak akan membuat mereka jera.

Bael lolos dalam hal mendisiplinkan gaya potongan rambut, tak ada yang perlu di khwatirkan kini ia harus memulai pertarungan yang sebenarnya.


****

Bael Akhaya, Pavel Nicholas, dan Jonathan Laurent, pershabatan mereka bahkan membuat seluruh siswi sekolah ingin memisahkan ketiganya.

Bael Akhaya siswa paling hebat olahraga, tampan, dan cerdas, namun dingin bahkan ia tak tahu mulutnya sangat pedas.

Pavel Nicholas campuran Rusia siswa terpopuler se-galaxy bima sakti, tampan, baik dan memiliki tinggi 190cm,namun sedikit miring.

Jonathan Laurent siswa yang beruntung dapat bersahabat dengan kedua lelaki perfect diatas memiliki kekayaan yang tak habis dalam tujuh turunan, gamers, dan sangat mencintai kampung halaman.

Miki sebagai ketua kelas menulis se-detail itu untuk dapat mengatur anak-anak di kelasnya.

"Hey balikin, balikin itu buku catatan ku,"kata Miki sang kepala murid di kelas mereka.

"Wah, kamu kejam, kamu kejam, kamu bahkan tak menuliskan apapun hal yang baik tentangku," kata Nathan.

Tiga sahabat ini seperti ditakdirkan selalu bersama hingga mendapatkan kelas yang sama terus.

"Ayo masuk kelas!" ajak Bael.

"Mari kita sapa teman-teman baru!" seru Pavel.

Murid-murid putri bergosip Bael dan Pavel akan masuk ke kelas mana.

"Serius?, kelasnya Valen," murid perempuan mulai gaduh.

Mereka bertiga memasuki kelas dan langsung membuat kelas heboh, siswi-siswi tersenyum bahagia melihat siswa idaman masuk kedalam kelas mereka.

"Mikinisa? hey kita sekelas." ucap Nathan senang.

Jam pelajaran pada hari pertama dimulai dikelas Bael mereka sedang menentukan denah tempat duduk. Di mulai dari nomor absen siswa berurutan mengambil undian nomor tempat duduk.

Keberuntungan Bael memanglah sedikit ia duduk di bangku B2 berada di depan barisan ke 2, Pavel mendapat D3 bangku tengah paling belakang dan Nathan mendapat B3 tepat di sebelah Bael.

"Apakah ini bukan hari keberuntungan ku?, kenapa aku harus duduk didepan?"tanya Nathan tak terima.

"Sudahlah duduk saja, apa kamu tidak suka duduk disebelahku?" ucap Bael.

Saat ini mereka sedang belajar pelajaran sejarah. Kebanyakan siswa akan mulai mengantuk ketika mereka belajar sejarah namun semua sirna saat mereka melihat Bu Devi yang masih muda dan semangat mengajar pelajaran Sejarah.

Tring......ng...ng bel istirahat tiba.

"Pulang sekolah nanti ayo ke cafe internet!" seru Nathan.

"OK!!!" jawab Pavel semangat.

Valensia Angelina seorang gadis yang memiliki tinggi 170 cm, mata yang bulat, dan memiliki warna kulit kuning langsat. Sudah lama ia mengejar-ngejar Bael sejak kelas 10.

"Bael, apa kamu punya waktu senggang?" tanya Valen dengan pipi memerah.

Bael membalas dengan tatapan dingin "tidak ada, aku sudah ada janji dengan Pavel," pergi meninggalkan Valen.

****
Akhirnya jam pulang tiba, mereka lansung mengambil tas mereka segera meninggalkan kelas, Bael mengusulkan naik bis dan Pavel setuju karena dia sedang bolos les privat di rumahnya.

Di sepanjang perjalanan Bael melihat Jefa yang cantik, membuat jantungnya berdegup kencang hingga membuat wajahnya merah merona.

"Hey Bael,apa perlu aku minta kontaknya?"ejek Nathan.

"Boleh saja, kalau kau mau mendapat serangan Taekwondonya," balas Bael.

Mereka pun tiba di cafe internet Pavel menggenggam sebungkus rokok untuk di bagikan kepada teman-temanya.

"Kalian mau?"tanya Pavel menodorkan bungkus rokok.

"Kau gila!"umpat Bael

"Biarlah dia memang sudah ingin cepat-cepat mati." jawab Nathan.

Memang Bael dan Nathan tidak suka melakukan hal-hal yang akan merusak tubuh mereka sendiri, entah dari mana Pavel belajar merokok. Mereka bermain game survival terkenal hingga waktu tak terasa sudah jam 18.00 pm.

"Waktunya pulang!" ajak Pavel sambil meluruskan tubuh tingginya.

Bael mengangkat tas nya dan segera meninggal kan cafe internet. Bael menaiki bis untuk menuju ke rumahnya dan tak sengaja tertidur.

di balik itu....

Jefa Akwila putri dari seorang musisi terkenal, pulang dari akademi musiknya sambil membawa biola dan menaiki bis.

Tak sengaja ia melihat Bael yang tertidur pulas dan ia memilih untuk duduk jauh dibelakang. Ia memperhatikan Bael lelaki yang selalu membuatnya darah tinggi.

(nada dering handphone berbunyi)
Jefa pun bergegas membuka handphone nya untuk mengangkat telepon ibunya.

"Jefa...sudah berapa kali ibu bilang kalo kamu pulang harus bersama Pak Roy (supir pribadi keluarga Jefa)!" bentak ibunya Giselle.

"Anu...anu mah, aku lebih suka naik bis saja," jawab Jefa.

"Tidak boleh,kamu harus sama Pak Roy,"balas Ibu Jefa.

"Aku pulang....," ucap Jefa lelah.

"Nak kamu sudah pulang,bagaimana pembelajaranmu?"tanya ayah Jefa Dava.

"Semua baik-baik saja pah," jawab Jefa.

"Ya sudah, istirahatlah yang cukup." Dava kembali mengerjakan pekerjaannya.

Gemerlap bintang di temani terangnya sinar bulan, membuat Jefa tertidur lelap.

Different Side [On Going]Where stories live. Discover now