Part 42 - Salah Paham

47 8 1
                                    

Dream, Love and Friendship © Group 1

LavenderWriters Project II

PART 42 - Salah Paham

Created by gloriarafael

***

Kini Mila terbaring lemas di ranjangnya, benda yang tanpa disadar menjadi saksi bisu dari cerita hidupnya. Sudah dua hari Mila terbaring lemah di ranjang karena ia demam akibat hujan deras dan kenyataan pahit yang menghujamnya tempo lalu.

Subuh ini Mila sudah terbangun. Ia memang terbiasa bangun subuh untuk belajar namun untuk akhir-akhir ini Mila mengabaikan meja belajar kesayangannya. Mila tak pernah lagi menghabiskan waktu malam dan subuhnya di sana. Semenjak mengenal apa itu kecewa Mila tak pernah bisa menerima dirinya sendiri lagi.

Mila melirik ponselnya, tepatnya jam di ponselnya. Jam menunjukkan masih pukul 4 pagi. Mila berfikir untuk keluar bersepeda agar badannya segar.Toh ia juga sudah merasa lebih sehat sekarang.

Setelah bersiap Mila mulai mengeluarkan sepeda gunungnya dari garasi tanpa sepengetahuan Nila ataupun Ardi. Dengan langkah mantap Mila mulai mengayunkan goesnya dan melaju di jalanan kompleks yang masih sepi.

Mila tersenyum segar menyadari bahwa subuh tak kalah indah dari senja. Subuh lebih tenang tanpa kesibukan banyak orang, subuh lebih sejuk, subuh selalu dihiasi oleh bulir-bulir embun, dan yang paling indah adalah mataharinya. Mila dapat menyaksikan matahari mulai terbit dengan malu-malu.

Perlahan kesibukan dimulai di kota metropolitan ini. Walau tidak sampai ke pusat kota Mila dapat merasakan perjuangan para pekerja yang mengorbankan waktu tidur lebihnya demi orang yang dicinta.

Setelah matahari benar-benar muncul akhirnya Mila berbalik arah menuju rumahnya. Kali ini Mila sedikit khawatir jika orang tuanya mencarinya. Akhirnya Mila terus memperlaju goesannya hingga...BRAKK!!

Saat membuka mata Mila sudah melihat langit pagi. Ia sudah tergeletak namun masih tersadar. Tanpa menunggu pertolongan Mila langsung bangkit.

"Mila," ujar si penabrak kaget melihat korbannya.

Mila pun tak kalah kaget ketika mengetahui bahwa Kevinlah yang menabraknya.

"Maaf ya gue gak konsen tadi," Kevin menmbantu Mila mengambil sepedanya yang sudah terpelanting di pinggir jalan.

"Enggak gue gapapa kok harusnya gue yang lebih hati-hati. Maaf ya Kev," ujar Mila.

Kevin hanya mengangguk dan beberapa saat mereka sempat diam.

"Yaudah gue cabut," Akhirnya Kevin mengakhiri saling diam itu.

"Kev!" Mila menggenggam tangan Kevin guna menahan Kevin untuk tidak pergi dulu.

"Gue buru-buru," ujar Kevin dingin bahkan terkesan menyeramkan.

"Maafin gue Kev," ujar Mila dengan suara paraunya.

Kevin membuang napas kasar dan menatap Mila sangar.

"Gue tau ini percuma tapi plisss maafin gue. Hanya lo yang masih bisa gue ajak bicara sejauh ini," Mila benar-benar menyesali perbuatannya.

Kevin menggeleng dan menghempaskan tangan Mila untuk menjauh darinya. Dengan gerakan cepat Kevin menaiki motornya, namun Mila terus menarik tangan Kevin memohon maaf.

Saat Mila sibuk meminta maaf ada sebuah mobil tengah menlaju dari arah depan yang diperkirakan akan menyerempet Mila nantinya. Tanpa pikir panjang dan untunglah tepat waktu sang Kevin menarik Mila ke pelukannya hingga membuat Mila terjinjit. Bukan hanya seperti pelukan, Mila sudah setengah tergantung di tangki minyak motor Kevin.

[1]Dream, Love and Friendship✔Where stories live. Discover now