9

9K 1.1K 22
                                    

"Wonwoo.."

Wonwoo terbangun setelah merasakan guncangan lembut di pundaknya, dia menemukan suaminya disana sudah memakai pakaian tidur.

Dia tidak tau pukul berapa Jun pulang dari kantor karena tertidur lebih awal.

"Ada apa? Sekarang jam berapa?"

"Jam satu malam. Aku tidak bisa tidur, aku mau kau sekarang!"

"Tapi, Jun-"

"Kau akan beralasan lelah lagi seperti sebelum-sebelumnya? Besok kau bahkan tidak perlu pergi bekerja!" sela Jun.

"B-baik, tapi matikan dulu lampunya."

Jun menuruti, beranjak dari ranjang dan mematikan lampunya. Ketidakpercayaan diri Wonwoo juga berimbas pada kehidupan seksualnya, dia tidak mau Jun melihat bentuk tubuhnya yang menurutnya tidak cukup bagus.

Sejak menghabiskan masa cutinya selama satu setengah bulan Wonwoo lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah. Tidur, makan, beristirahat, menjalankan hobi berkebunnya, dan menonton TV. Kehidupan Wonwoo hanya sebatas itu, hingga tanpa sadar berat badannya naik sebanyak delapan kilogram.

Wonwoo tidak bisa menikmati setiap sentuhan yang Jun berikan, dia kesakitan namun berusaha keras untuk menahannya.

•••

Dua bulan lalu dengan cepat, Jun tetap menjadi seseorang yang tidak bisa dipegang janjinya.

Ketika merasa lelah karena pekerjaan, Jun sering kali menyalahkan Wonwoo yang tak kunjung hamil lagi.

Bagaimana bisa Wonwoo segera hamil jika Jun saja jarang menyentuhnya?

Wonwoo mengalami kesulitan keuangan, dia juga merasa malu karena terus-terusan merepotkan ibunya, Jun bahkan tidak peduli dengan urusan makan mereka sehari-hari.

Ketika Wonwoo mengingatkan tentang uang nafkah, Jun tidak akan segan-segan mengajak Wonwoo beradu mulut hingga Wonwoo merasa lelah dan membiarkan Jun melakukan apapun yang ia mau, termasuk menyimpan uangnya sendiri..

Pada akhirnya Wonwoo mendapat pekerjaan disebuah rumah makan, dia baru bekerja selama dua hari ketika mendapat tugas untuk mengantar makanan disebuah alamat apartemen.

Ketika pintu dibuka Wonwoo terkejut mendapati Jun ada disana.

"Apa yang kau lakukan disini?! Bukankah ini masih jam kerja?!" sentak Wonwoo, mengetahui Jun tengah bolos.

"Pulanglah! Kita bicarakan ini dirumah!" balas Jun.

"Gege, ada apa?"

Sosok itu keluar, Minghao terkejut setengah mati mendapati Wonwoo disana.

"Selama ini aku selalu menyangkalnya, aku berusaha keras untuk tetap mempercayaimu! Tapi ternyata kau benar-benar melakukan ini dibelakangku. Kau penghianat!"

"Kenapa jadi seperti ini? Kau jatuh dimana, Wonwoo-ya?!" tanya ibunya panik luar biasa ketika mendapati Wonwoo pulang dengan luka lecet dibeberapa bagian tubuhnya.

Sedari tadi Wonwoo diam saja ketika mendapat rentetan pertanyaan dari ibunya dan Jihoon, seolah yang pulang hanya raganya namun jiwanya pergi entah kemana.

"Ibu tenanglah.." pinta Jihoon. "Hyung pasti masih shock, biarkan dia tenang dulu ya, bu?"

Ibunya mengangguk cepat dengan rasa khawatir yang masih tersisa.

"Hyung, aku akan mengobati luka di pelipismu, tolong tahan sedikit jika terasa perih."

Jihoon mengusapnya dengan kapas dan air bersih, tiba-tiba air mata Wonwoo jatuh mengalir.

"Apa rasanya sakit sekali sampai membuatmu menangis?" tanya Jihoon prihatin.

"Aku ingin mati saja.." gumam Wonwoo lirih. "Jun berselingkuh! Aku bersumpah melihatnya dengan mata kepalaku sendiri. Dia bersama Minghao.."

Sejak kejadian itu, melihat bagaimana hancurnya perasaan Wonwoo, ibunya menjadi luluh. Dia tidak ingin Wonwoo lebih menderita lagi dan membiarkan Wonwoo mengambil keputusannya sendiri.

•••

"Kita berpisah saja." ucap Wonwoo lirih. "Aku sudah tidak sanggup hidup denganmu lagi."

"Kau menginginkannya? Sudah kau pikirkan ini baik-baik?" tanya Jun dengan raut wajah keras.

"Ya."

"Baiklah, akan ku urus semuanya!"

•••

"Kau diundang ke pernikahan Sehun tidak?" tanya Joshua ketika menelpon Wonwoo sore itu.

"Iya, hyung."

"Bisa tunggu aku sekalian? Aku sendirian karena Seokmin ada tugas ke luar kota. Apa kau akan datang bersama Jun?"

"Tidak. Aku sendirian."

"Nanti aku akan menunggumu, kita masuk ke gedung resepsinya sama-sama ya?"

"Iya."

"Wonwoo, aku tadi melihat Jun datang bersama Minghao dan anaknya."

Wonwoo terdiam sejenak. "Biarkan saja, hyung." balasnya kemudian.

"Dia juga mengatakan pada teman-teman yang lain jika kalian akan bercerai."

"Iya. Itu benar."

"Ya Tuhan, maaf Wonwoo-ya, aku tidak bermaksud menanyakan hal itu untuk melukai perasaanmu."

"Tidak apa-apa, hyung."

"Aku sudah lama mengenalmu jadi aku tidak langsung percaya ketika Jun mengatakan jika kau bukan sosok pasangan yang baik, keras kepala dan sering kali menuntut di luar kemampuan yang bisa Jun lakukan."

"Dia juga mengatakan jika kau keguguran karena menolak resign dari perusahaan. Aku tidak mengerti mengapa Jun terus mengatakan hal buruk tentangmu."

Wonwoo memaksakan tersenyum. "Biarkan saja, hyung. Ayo, kita masuk!"

Sampai didalam beberapa mantan rekan kerjanya menatap Wonwoo dengan pandangan menilai, mereka seperti berpikir jika Wonwoo tidak sekalem dan sebaik kelihatannya.

Setiap perceraian pasti membawa rasa duka..

Namun hal yang paling berat adalah tanggapan serta pandangan dari orang-orang disekitar kita..

•••

AFTER DIVORCE | MEANIE (Completed)✓Where stories live. Discover now