Bagian 4

33 10 0
                                    

"I just wanna dancing"-Amira Azzahra

***

Pagi itu, seperti biasa Hamdan menyiapkan sarapan untuk putri tercintanya.

"Ayah." Amira bermanja di lengan Hamdan yang sedang menggoreng nasi.

"Eh, kenapa nih anak Ayah?" tanya Hamdan karena Amira bergelayut manja padanya.

Amira mengangkat kepalanya dari pundak Hamdan, tapi tangannya masih terkait di lengan Hamdan. "Ayah tahu apa impian Amira?"

"Jadi dokter, kan?"

Amira melepas kaitan tangannya di lengan Hamdan dengan lesu. "Ayah pernah dengar Amira bilang mau jadi dokter?" Suara Amira terdengar lebih serius.

"Sarapan sudah siap!" seolah tak mendengar Amira, Hamdan membawa dua piring nasi goreng ke meja makan.

Amira mengekor dan duduk di depan Hamdan, di mana piring nasi gorengnya diletakkan.

"Ayah, Amira boleh kan lakuin apa yang Amira suka?" tanya Amira saat Hamdan sudah mulai menikmati nasi gorengnya.

"Tentu saja," jawab Hamdan santai.

"Berarti boleh dong kalau Amira ikutan cheerleader."

"Enggak!" jawab Hamdan tegas dibarengi dengan suara hentakan sendok yang diletakkan di meja.

"Tapi tadi Ayah bilang Amira boleh lakuin yang Amira suka?"

"Gak yang satu itu."

"Ayah plin-plan."

"Amira ... Kamu tahu kan apa yang terjadi sama kakakmu?"

"Amira tahu, Yah." Lebih tahu daripada Ayah. "Tapi Amira bakal tetap di area aman kok."

"Ayah bilang enggak ya enggak. Kamu satu-satunya yang Ayah punya sekarang. Jangan bikin Ayah khawatir."

"Selama ini Amira selalu turutin kemauan Ayah. Jadi, Amira mohon, Ayah izinin keinginanku. Kalau Ayah gak ngizinin, Amira juga gak mau jadi dokter seperti keinginan Ayah."

Hamdan terdiam. Amira benar, jika putrinya itu selalu menurutinya. Entah anak itu menderita dengan banyaknya peraturan yang dibuatnya atau tidak. Bahkan, impiannya, Hamdan yang menentukan. Namun, dia juga tidak akan bisa membiarkannya mengikuti kegiatan yang membahayakan itu.

"Ayah ...." Amira memasang wajah memelas.

"Janji tetap di area aman."

"Amira janji, Ayah."

Hamdan mengangguk pelan, membuat Amira tersenyum sumringah. Dia langsung menghampiri Hamda dan memeluk lehernya. Tak lupa memberikan ciuman di pipi, tanda terimakasih.

***

Amira dengan sumringah memberikan surat izin yang sudah ditanda tangani Ayahnya. Betapa bahagianya dia. Ayahnya juga mengizinkannya libur les hari ini. Jadi Amira bisa latihan sore ini.

"Besok tes perekrutan anggota baru tim basket kan? Jam berapa, Amira?" tanya Dona saat mereka baru saja selesai latihan cheerleader.

"Afgan bilang jam delapan," jawab Amira.

"Kalian free jam segitu, gak? Kita nonton," ajak Dona.

"Gue free."

"Gue juga."

Begitupun dengan yang lain.

"Pasti seru. Kalau konsep perekrutannya kayak yang dulu, pasti bakal ada duel. Kita bisa lihat nih, apa ada anak SMA Angkasa yang lebih hebat main basket dibanding Afgan."

"Amira jangan berpaling ya kalau ada yang bisa ngalahin Afgan," canda Rene.

"Emangnya aku pacaran karna dia jago basket? Ya gak lah," jawab Amira lantang.

***

Love Like GrenadeWhere stories live. Discover now