Bagian 2

43 13 3
                                    

'Impianku, biarkan aku sendiri yang memutuskannya'-Amira Azzahra
***

Minggu itu, Hamdan tengah memasak untuk sarapan putri tercintanya. Nasi goreng dan telur ceplok di pagi hari tidak buruk juga. Sebagai duda yang ditinggal mati istrinya sejak putri keduanya kelas 4 SD membuatnya pandai mengurus rumah termasuk urusan masak-memasak. Hamdan tidak berniat sama sekali untuk menikah. Cintanya pada Sang istri sangatlah besar. Tidak ada seorang wanita pun yang mampu menggantikan sosok Sang istri.

"Jam empat pulang lesnya, kan?" tanya Hamdan.

"Iya, Yah," jawab Amira.

"Kalau gitu ini Ayah buatin bekal."

"Jangan!" larang Amira ketika Ayahnya hendak memasukkan kotak bekal ke dalam tasnya. Hamdan menatap Amira heran.

"Ngg ... Tas Amira penuh, Yah," ujar Amira terbata-bata. Pasalnya, ada baju cheers di dalam tasnya.

Cheerleaders adalah kegiatan yang paling dibenci Ayahnya. Dia tidak ingin Ayahnya tahu kalau dia sedang menekuni kegiatan yang menurut Hamdan telah membuat putri sulungnya meninggal.

"Taruh di tas kecil aja deh, Yah."
Tanpa curiga, Hamdan mengambil paper bag lalu memasukkan kotak bekal itu  ke dalamnya.

"Kalau gitu Amira berangkat ya, Yah."

"Ayah antar ya."

"Gak usah, Yah. Ada Rene yang jemput."

BIIIMM...

"Nah, itu dia datang." Amira bangkit, memakai ransel, dan menyalimi tangan Ayahnya.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikum salam. Eh, bekalnya ....."
"Oh iya." Amira memukul jidatnya lalu mengambil paper bag yang berisi bekalnya. Dia segera berlari keluar.

***

Setibanya di sekolah, Amira dan Rene langsung ke ruang ganti untuk menaruh tas ransel dan bekalnya ke dalam loker. Tak lupa dia mengambil buku kimianya. Dia tidak berbohong pada ayahnya kalau hari ini ada les. Dia hanya tidak mengatakan kalau sesudah les akan latihan cheerleader.

"Hampir aja tadi Ayah gue buka tas gue," cerita Amira.

"Jadi sampe sekarang bokap lo belum tahu kalau lo ikutan cheers?"

"Gak bakal gue kasih tahu. Bisa ngamuk Ayah gue kalau tahu. Oh iya, jangan kasih tahu siapa-siapa soal ini, terutama Dona."

"Sip sip. Kita kan udah temenan lama, masa' iya gue ember soal lo," jawab Rene. "Eh, kakak lo beneran meninggal karena cheers?"

"Hmm .... Sebenarnya bukan karna itu." Tiba-tiba raut wajah Amira berubah sendu.

Rene baru akan bertanya lebih lanjut, tetapi Amira sudah mengajak untuk ke kelas karena Ibu Fifi sudah datang. Hal itu Amira ketahui setelah melihat chat di grup.

***

Latihan cheerleader diakhiri dengan split yang dilakukan Amira.

Love Like GrenadeWhere stories live. Discover now