Bagian 8

23 2 0
                                    

"Tempatmu di sini, pujaanku."-Brian Rahmansyah

***

Seorang gadis yang masih mengenakan seragam SMA tengah ketakutan di dalam ruangan sempit yang tidak diketahuinya. Yang dia tahu, dia dipaksa masuk ke dalam ruangan itu.

Ketika dia hendak keluar, seorang pemuda yang dikenalnya memasuki ruangan yang gelap itu. Dia hendak mengucap syukur, karena pemuda yang dicintainya datang menolong. Namun, tatapan pemuda itu justru membuat si gadis menjadi takut.

"Brian ...." lirihnya seraya memundurkan langkah bersamaan langkah Brian yang semakin maju. Langkah Brian baru berhenti ketika mereka sudah tidak berjarak lagi.

"Reina ...." Brian mengunci Reina dengan kedua tangannya.

"Kamu kenapa, Bri?" tanya Reina semakin takut. Dia berusaha mendorong tubuh Brian, tetapi pemuda itu tidak bergerak sedikit pun dari posisinya.

"Aku sudah bilang kan kalau tempatmu di sini? Bersamaku, Rei, tapi kenapa kamu bersamanya?"
Reina tahu, di balik tatapan nyalang pemuda itu, ada rasa sakit di dalamnya. Tapi apa salahnya? Apa yang sudah dilakukannya sehingga Brian semarah ini sekarang?

"Apa maksudmu?"

"Kalau kamu masih gak tahu posisimu, mari kita buat supaya kamu paham."

"Bri ...." Reina tidak bisa melakukan apa-apa ketika Brian melakukan aksi gilanya. Bukan karena Reina terlena dengan setiap sentuhannya, tetapi perlawanannya gagal. Sekali pun dia memberontak, memukulnya dengan tangan kosong.

Brian? Mata berkabutnya sudah menutup penglihatannya pada air mata Reina. Telinganya seolah tuli terhadap isakan dan teriakan memohon Reina untuk menghentikan aksinya. Tubuhnya seolah menjadi kebal, sekali pun Reina memukulnya sekeras yang dibisa.

***

Seorang pemuda yang beberapa jam lalu tidur terlelap, kini tidurnya terusik oleh mimpi buruk. Serasa ingin bangun, tapi sulit. Tubuhnya terus bergetar selama beberapa saat sampai akhirnya dia terbangun mendadak. Napasnya tidak beraturan. Peluh membasahi seluruh tubuhnya, seolah dia sudah berlari ratusan meter.

"Reina ...." Gadis pemilik nama itulah yang muncul di dalam mimpinya yang datang tidak hanya sekali. Mimpi itulah yang mendorong Brian untuk mengakhiri hidupnya. Dia tidak sanggup melihat gadis yang dicintainya tidak ada di sampingnya lagi. Bahkan tidak akan pernah bisa berada di sampingnya lagi. Oleh karena itu, dia berniat menyusul. Terlebih rasa bersalah terus menghantuinya.

Di sela mimpi buruknya tentang seorang gadis yang telah dia lukai, Brian juga memimpikan Amira yang menyebut nama Reihana Reina saat dirinya hendak terjun dari atap gedung tempo hari.

Ini kedua kalinya dia memimpikan Amira. Hal tersebut yang membuatnya tidak melukai dirinya sendiri dalam upaya mengakhiri hidup.

***
~ bersambung ~
.
.

Terima kasih yang masih menunggu kelanjutan cerita ini.

Jangan lupa klik bintang, komentar (kritik dan saran juga boleh), dan jika menurut kalian cerita ini bagus, boleh dong dimasukkan di reading list atau dibagikan di sosmed kalian 😁🙏

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 15, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love Like GrenadeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang