12. Kunjungan gedung

4.2K 990 122
                                    

"Ibu, aku akan keluar." Pamitku kepada ibu yang sedang mengatur pakaiannya.

"Kau mau kemana?"

"Ingin mengunjungi Seol dan Bongshik."

"Aku dengar, Tuan dan Nyonya Na sedang keluar kota. Apa mereka tidak membawa kucing-kucing itu?"

"Eum—" kugantungkan jawaban untuk sementara waktu, aku tidak tahu jika Keluarga Na sedang pergi. "Mungkin?"

"Jangan berlama-lama, lagipula ini sudah sore. Kalau bisa, pulanglah sebelum Yangyang kembali."

"Memangnya dia kemana?"

"Katanya ingin mengunjungi teman."

Aku mengangguk paham. "Begitu rupanya. Ya sudah, aku pergi dulu." Pamitku lagi yang kini diangguki ibu. Aku kemudian melangkah keluar rumah, berjalan sangat santai. Kuamati senja yang menunjukkan langit orange menyatu dengan warna indah lainnya. Kurasa ini merupakan waktu yang tepat untuk mengunjungi Le Reve.

Maaf, bu. Aku berbohong. Lagipula, aku tidak yakin jika keluarga Na akan meninggalkan kucing kesayangan mereka dalam waktu yang lama.

Selagi aku berjalan, aku mengedarkan pandangan pada beberapa rumah yang kulalui. Apalagi rumah keluarga Zhong. Lewat jendelanya bisa kutemukan, ada nenek yang sedang duduk sembari mengamati jalanan didepan rumahnya.

Aku melambaikan tangan, membuatnya mengembangkan senyum ramah. Setelah itu aku menurunkan tangan, berniat untuk melanjutkan langkah.

Tetapi semuanya terasa berbeda, begitu aku melihat pantulan bayangan dari kaca milik rumah kediaman Zhong.

Disana bukan hanya ada bayangan diriku, tetapi ada orang dari seberang jalan yang terdiam. Tidak hanya itu, ia juga seperti memperhatikanku. Aku berusaha untuk tidak berpikiran macam-macam, lalu memilih untuk segera pergi tanpa menoleh pada orang tersebut.

Kupercepat langkah sebisa mungkin dengan harapan agar aku bisa pergi tanpa melihatnya. Aku sedikit gelisah, juga ketakutan karena seperti terbayang kejadian buruk. Langkah kaki bahkan terdengar tidak hanya milikku, namun milik orang yang terus menguntitku itu.

Ketika sampai didepan Le Reve, sekilas aku memeriksa kondisi sekitar. Orang tadi terlihat sudah tidak ada, tetapi kini tergantikan dengan seorang ibu dan anak yang sedang berjalan menuju halte. Aku menghela nafas lega, dan terdiam. Cukup lama aku menunggunya, berharap bus yang akan mereka tumpangi datang secepat mungkin. Kakiku terus mengetuk permukaan jalanan, berusaha terlihat tidak mencurigakan seolah menunggu mereka pergi.

Akhirnya, akhirnya sebuah bus datang. Kulihat mereka segera menaikinya. Tentu hal tersebut membuatku terburu-buru untuk masuk kedalam gedung. Kali ini aku berusaha untuk berhati-hati agar tidak kembali terluka. Setelah sukses melewati pembatas dan rerumputan liar, aku pun naik kelantai dua dengan berniat menaiki eskalator.

Tetapi secara mendadak seseorang menarikku menjauh dari tangga. Aku tidak melihatnya dengan jelas, karena sedikit terkejut dengan kakinya yang terlihat berlari membawaku masuk kesebuah ruangan dilantai satu. Kusadari jika dirinya adalah seorang lelaki dan begitu sampai didalam ruangan, ia beralih membekapku dari belakang.

"Jangan bersuara dan kali ini jangan pingsan." Bisiknya, perlahan menyingkirkan tangannya dari wajahku.











—Maaf, sebagian naskah telah dihapus untuk kepentingan penerbitan—

[I] THE DREAM ✓Where stories live. Discover now