06. Big rock

6.2K 1.3K 156
                                    

"Apa yang terjadi?" Tanyaku setelah mereka menghilang dari balik dinding.

Renjun menunduk, memperhatikan kedua tangannya yang mengait satu sama lain. Tidak lama kemudian, ia menggeser kotak kayu yang didudukinya dan menatapku. "Kami telah melalui masa-masa sulit, Grassie."

"Bagaimana? Apa itu? Apa yang membuat kalian menghilang?"

"Apa aku boleh memelukmu sebelumnya?" Renjun mengulum senyum dengan mata yang ingin meluncurkan setetes air sepertiku. "Aku merindukanmu."

Kurentangkan tangan untuk menyambut dirinya setelah sekian lama. Renjun segera mendekapku, memelukku begitu erat setelah sekian lama kami berpisah. Tuhan, setidaknya aku bisa bersyukur meski hanya Huang Renjun yang mengingatku. Meski hanya dia yang tersisa, yang bisa memanggilku dengan sebutan 'Grassie'.

Cukup lama kami seperti itu, hingga perlahan Renjun melepas pelukannya. Ia kembali tersenyum, membuatku merasa sangat bahagia.

"Apa kau siap mendengar ceritaku?"

Diriku mengangguk, tentunya.

"Harus kumulai dari mana? Ah, tentang pesan itu."

Dahiku mengerut. "Pesan?"

"Aku yakin dirimu mengingat ini. Sore dimana kita saling bertukar pesan untuk merayakan kelulusan. Kau ingat, kan?"

Kunaikkan satu alisku usai mendengar jawaban Renjun.

"Ini semua demi dirimu."

A-aku?

Renjun menyalakan ponsel miliknya lalu menunjukkan sesuatu padaku. Sebuah pesan, yang ia tidak hapus sejak dua tahun lamanya. Aku membacanya dengan seksama, lalu mebelalakkan mata saat mengetahui isinya secara keseluruhan.

"Dan ia dekat denganmu. Ia hampir mendapatkanmu."

"Apa kalian masih berhubungan dengan orang yang menculik kalian? Apa kalian mengingat siapa yang menculik kalian?"

"Tidak, kami tidak mengingatnya. Disaat aku berjalan bersama Haechan dan Chenle, seseorang tiba-tiba memukulkan sebuah benda mirip tongkat kasti dibelakang leher kami dengan cepat. Lalu—"











—Maaf, sebagian naskah telah dihapus untuk kepentingan penerbitan—

[I] THE DREAM ✓Where stories live. Discover now