One Year Ago

295 71 24
                                    

Kalau aku bisa memberi saran bagi para gadis di luar sana, aku hanya akan memberimu satu.

Menggunduli rambutmu sekarang juga dan jadi biksu adalah pilihan terbaik demi kewarasanmu.

Serius.

Zaman ketika cowok akan membukakan pintu untukmu ketika kau lewat, atau memuji bahwa kau wangi, itu sudah benar-benar punah sejak abad 19. Tidak ada harapan bagi para cewek di luar sana untuk menemukan pangeran berkuda putih seperti Cinderella. Bahkan kalau kau sengaja meninggalkan sepatu kacamu untuk ditemukan oleh si 'doi', dia malah akan menjual sepatu kacamu yang berharga dan menggunakan uangnya untuk membeli video game.

Karena percaya deh, kalau cowok benar-benar bisa dipercaya, setia, dan bisa diandalkan, kau tidak akan menerima telepon dari sahabatmu pukul sebelas malam yang isinya:

"Gawat, Pen, kau gak bakal suka ini."

Tiap kali Chelsea berkata 'kau gak bakal suka ini', artinya pacarku pasti tengah berbuat sesuatu di belakangku. Chelsea sudah menjadi sahabatku selama dua belas tahun dan selama itu pula ia telah menjadi sumber terpercaya terkait pergerakan hidung belang mantan-mantanku yang brengsek. Ia selalu berada tepat di sana-di tempat mantan-mantanku berselingkuh. Entah bagaimana, tapi itu benar. Tahun lalu ia terbaring di UGD karena ditabrak motor gila dan disana juga ia memergoki Josh berciuman dengan seorang perawat di balik pot.

"Oh, Tuhan. Tidak, kumohon tidak. Jangan bilang Greyson..." aku bahkan tak bisa menyelesaikan kalimatku. Tenggorokanku tercekat dan dadaku serasa dipelintir.

Dari sekian cowok yang kukencani, Greyson adalah yang paling mending. Ia mendengarkanku, selalu ada tiap kali aku membutuhkan sandaran, dan yang paling penting, ia memahamiku. Ia tahu kapan aku membutuhkan ruang, kapan aku tidak bisa diganggu, dan kapan aku membutuhkan pelukan.

Dengannya aku bisa cemberut dan ia bakal langsung paham apa yang kumaksud:

A. Aku capek sekali. Malah, aku terlalu lelah untuk bernapas. Jadi jangan mengoceh macam-macam dan ganggu aku. Oke?

B. Aku masih ingin bersamamu, tapi aku gengsi mengatakannya. Jadi bisakah kau batalkan jadwal nongkrong dengan teman-temanmu?

"Sayangnya, ya. Dia disini, menjilati leher si Stephanie. Dasar jalang. Aku sampai mual melihatnya." Timpal Remy jijik. Dia sahabat karib keduaku.

Aku mencengkeram ponselku erat-erat. "Stephanie?" raungku tidak percaya. Stephanie adalah anggota tim cheers yang selama ini oke-oke saja denganku. Dia bahkan cenderung ramah. Benar-benar ya, penampilan memang menipu. "Tapi... tidak, tidak mungkin! Grey sakit tifus kemarin. Aku sendiri yang melihatnya tergeletak lemas di kamar! Tidak mungkin dia datang ke pesta!"

Chelsea terdengar tersinggung. "Aku tidak bohong! Kapan coba aku salah? Dia benar-benar Greyson! Rambut putih panjang, janggut putih, topi segitiga, gaun abu-abu. Kau bilang tadinya dia mau menjadi Dumbledore!"

Sial. Chelsea benar. Kami berdua tadinya mau datang ke pesta Halloween yang diselenggarakan di country club nya Aurora, atlit ternama dari New York. Sekolah-sekolah swasta ataupun negeri di sekitar Manhattan bisa datang kesana, termasuk rival sekolah kami, Hillcrest High. Hillcrest sudah menjadi musuh bebuyutan Lindale High sejak lima generasi lalu. Sekolah negeri itu bukan sekolah yang paling oke di New York. Bahkan sejujurnya, gedungnya reyot dan semua muridnya berandalan. Tapi entah bagaimana sekolah payah itu bisa menandingi Lindale di semua bidang olahraga.

Jadi begitulah. Grey mendadak sakit dan memutuskan tidak akan datang ke pesta. Tanpanya, aku cuma akan menghabiskan waktu bersama musuh-musuh dalam selimutku. Tahu kan, orang yang tersenyum di depanmu tapi mencengkeram pisau dapur di balik punggungnya. Aku terlalu lelah melalukan itu semua, jadi aku memutuskan untuk menonton netflix di kamar meskipun Chelsea dan Remy memohon tiga hari tiga malam supaya aku ikut.

Wanna Be Where You AreWhere stories live. Discover now