33 - |Cemburu|

25.4K 3.9K 430
                                    

Mata Asya beberapa kali melirik layar ponselnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mata Asya beberapa kali melirik layar ponselnya. Melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 15.45 menit. Dia sudah menunggu di parkiran sekitar 15 menit yang lalu, tapi Elvin belum juga memperlihatkan batang hidungnya.

Sebenarnya Asya juga takut Elvin masih marah seperti tadi, tapi mau bagaimana lagi, Asya tadi berangkatnya bersama Elvin jadi pulangnya juga harus sama Elvin.

Asya tersenyum melihat Elvin berjalan menuju parkiran. Namun, senyuman itu hanya sesaat karena setelah itu senyum Asya luntur melihat Elvin tidak datang sendirian. Ada Dera juga yang berjalan di samping cowok itu. Asya menatap keduanya tidak suka.

“Kok lama, sih, El? Aku udah nungguin dari tadi lho,” tanya Asya dengan bersedekap dada. Bibirnya mengerucut sebal.

“Gue ada urusan sama Dera. Lo bisa pulang sendiri kan?” tanya Elvin dengan wajah datarnya.

Asya sudah membuka mulutnya bersiap menjawab pertanyaan Elvin, tapi dia menutup mulutnya kembali saat Elvin pergi tanpa berniat mendengar jawabannya. Dera pun ikut masuk ke mobil cowok itu. Namun, ada yang membuat Asya heran. Tumben sekali cewek itu tidak mengejek Asya saat tahu Elvin menolak mengantar Asya pulang. Dia malah hanya diam saja.

Mobil Elvin meninggalkan parkiran. Asya masih terdiam di tempatnya dengan cengo. Perasaannya sekarang campur aduk antara sedih, kesal, cemburu, marah, dan bingung. Namun, yang terpenting sekarang adalah bagaimana caranya agar dia bisa pulang jika teman-temannya saja sudah pulang duluan. Untuk masalah Elvin, nanti saja Asya pikirkan. Sekarang dia harus memikirkan masalahnya sendiri.

Asya mencari kontak seseorang. Dia mendekatkan ponselnya ke telinga setelah memencet tombol telepon.

“Halo!”

“Jangan gangguin gue dulu, Cha! Gue ada meeting sama klien,” ucap seseorang di telepon tanpa basa-basi.

“Jemput gue, Ren! Gue sendirian sekarang. Semua udah pada pulang.” Asya tidak berbohong. Dia memang sendirian di depan gerbang sekolah. Karena waktu sudah menunjukkan pukul 16.15 jadi sekolah sudah sepi. Hanya ada anak paskibra saja yang masih latihan.

Sorry, Cha. Gue beneran nggak bisa jemput lo. Ini aja gue lagi meeting nanti juga gue pulang malem. Lo mending ke rumah temen lo aja.” Setelah mengatakan itu Rendi memutuskan panggilan membuat Asya semakin kesal.

“Nggak guna banget, sih, jadi sepupu!” Asya menendang kaleng yang ada di depannya dan tanpa sengaja mengenai seseorang yang sedang berdiri tidak jauh darinya.

“Aw! Siapa, sih, yang ngelempar botol sembarangan?!” Orang itu meringis sembari mengusap-usap kepalanya.

Asya menggigit bibirnya takut. Perasaan tadi tidak ada orang, kok sekarang tiba-tiba muncul?

Cowok korban tendangan kaleng Asya itu menoleh dan menatap tajam Asya, tapi tidak lama kemudian dia tersenyum. Sekarang dia malah melangkah menghampiri Asya.

Play With Players (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang