"Yasudah lupakan kejadian yang tadi, yang penting kau masih hidup. Pulang dan beristirahatlah dirumah" Ujar Taehyung lalu berdiri sambil menepuk-nepuk celananya yang kotor lalu mengulurkan tangan pada Hera untuk menolongnya berdiri. Hera pun dengan senang hati menyambut uluran tangan dari Taehyung.

"Terima kasih. Tapi aku tidak mau pulang" Hera pun berjalan kearah kopernya lalu menariknya hingga berdiri di depan Taehyung.

"Kalau begitu menginaplah dirumahku, aku punya banyak kamar kosong" ajaknya lalu mengambil koper yang berada di depannya.

"Tidak itu tidak perlu, aku bisa mencari rumah disekitar sini" ujar Hera

"Di tengah malam begini? Kau yakin" tanya Taehyung

"Aku sama sekali tidak keberatan kau menginap dirumahku" sambungnya sambil tersenyum.

"Aku yang keberatan" ujar Hera lalu mengambil koper yang di pegang oleh Taehyung "Baiklah terima kasih untuk semuanya, aku pergi dulu" sambungnya lalu berpamitan pada Taehyung.

Taehyung hanya bisa menatap ke pergian Hera sambil menghembuskan napas gusar, sedetik kemudian mengejar gadis itu sambil berkata "untuk malam ini kau bisa menginap saja dirumahku, sudah tengah malam tidak baik untuk seorang wanita berkeliaran tak tentu arah seperti ini" paksa Taehyung lalu mebawa koper Hera.

Hera sempat terdiam sambil berfikir kenapa dia terlalu memaksa, lalu beberapa detik kemudian ia pun berlari menyusul Taehyung.

"Terima kasih" ujarnya sambil tersenyum.

"Uhm"

***

Sesampainya dirumah Taehyung, Hera tak henti-hentinya menatap setiap ornamen-ornamen yang terpajang didalam rumah, baik itu yang di dinding maupun yang di lantai. Semuanya sangat klasik sekali seperti ia berada di era kerajaan kuno dulu. Ia jadi bertanya-tanya apakah Taehyung seorang seniman atau seorang pecinta seni?

Ia ingin bertanya akan tetapi ia urungkan niatnya karena menghindarkan privasi seseorang, ia sangat menghormati itu. Alhasil sekarang ia hanya bisa menatap sambil mengagumi tanpa mengetahui sedikit pun.

"Jangan terlalu dilihat kalau kau tidak ingin terkejut nantinya" ujar Taehyung, tersenyum penuh misteri.

"Dia bilang apa tadi? Jangan bilang rumahnya berhantu?" ujar Hera dalam hati lalu menelan ludahnyanya hingga terdengar oleh Taehyung.

Taehyung pun tergelak sambil berkata "Kau gampang sekali dibodohi"

Hera pun tertawa hambar seperti orang bodoh.

"Kau sudah makan?" tanya Taehyung

Hera menggeleng "tapi aku tidak ada nafsu makan sekarang"

"Kenapa? Kau harus makan walupun sedikit" Taehyung pun berjalan ke arah dapur

"Tidak usah, aku tidak mau merepotkanmu" kata Hera mengekor dibelakang Taehyung

"Aku tidak merasa di repotkan sama sekali olehmu" kekeh Taehyung

Hera hanya bisa pasrah, sifat Taehyung yang selalu memaksa membuat ia sedikit tidak nyaman. Akan tetapi ia tidak bisa menolak juga karena Taehyung menolongnya.

"Duduklah, tunggu dalam dua puluh menit" ujar Taehyung lalu memundurkan kursi mempersilahkan Hera duduk disana.

Hera mengangguk lalu menatap punggung Taehyung yang sudah menjauh darinya. Taehyung pria yang baik, begitulah isi pikirannya sekarang. Sangat nyaman berada didekatnya, tapi anehnya kenapa tidak ada satu orang pun disini, apa mereka sudah pulang semua. Atau hanya Taehyung sendiri saja yang tinggal disini, lalu kemana keluarganya?

Pertanyaan demi pertanyaan terus saja muncul di kepala Hera, dengan cepat ia pun menepuk kedua pipinya sambil berkata "bukan urusanmu Hera, jadi diam saja" uajrnya lalu merebahkan kepalanya di meja.

"Kenapa hidupku semenyedihkan ini, apakah ada dosa yang aku perbuat di waktu kecil sehingga baru mendapatkan karmanya sekàrang" Hera mengela napas

"Aku jadi merindukan Ibu" sambungnya lalu meletakkan kepalanya di atas meja menjadikan tangannya sebagai tumpuan untuk kepalanya. Setetes air mata mengalir ke sudut matanya, tak ada tempat untuk mengadu sekarang apa lagi berkeluh kesah.

Lama kelamaan air matanya mengalir deras, ia menutup mulutnya supaya tidak terdengar isak tangisnya oleh Taehyung. Sangat sakit sekali menanggung semua beban sendiri. Ayah yang satu-satunya tempat mengadu sekarang malah sangat membencinya.

Sekarang kemana lagi ia harus pergi, tak ada satu orang pun yang mau menerimanya. Seakan-akan ia hanya memenuhkan seisi bumi saja kalau masih tetap hidup. Seperti orang yang tak berguna.

Langkah kaki pun terdengar dari arah belakang, buru-buru Hera menyeka air matanya takut kalau Taehyung melihatnya menyedihkan seperti ini.

"Baiklah makanannya sudah siap" ujar Taehyung lalu mengihangkan satu mangkuk nasi dan sup daging"

Hera pun tersenyun walupun dipaksakan, hidungnya yang memerah dan matanya sembab terlihat begitu jelas kalau dia habis menangis.

"Terima kasih, Taehyung-ssi" ujarnya lalu menatap makanan yang ada dihadapannya. Ia sangat serius akan perkatannya tadi tentang ia tidak ada nafsu makan sekarang, akan tetapi karena Taehyung sudah susah payah membuatkannya alhasil ia terpaksa memakannya.

"Kau terus saja berterima kasih, aku tidak mau kau mengatakannya lagi" Taehyung pun duduk didepan Hera sambil memangku tangan, ia menatap Hera.

"Berhentilah menangis, itu tidak akan menyelesaikan semua masalahmu kalau kau tidak berusaha" ujar Taehyung.

"Bagaimana kalau begini saja" Taehyung pun memajukan badannya lalu menatap wajah Hera dengan lekat.

"Apa lagi ini" tanyanya dalam hati. Mata Taehyung seolah-olah menusknya dari dalam. Hera pun menelan salivanya, takut akan tatapan Taehyung, akan tetapi ia juga tidak bisa berpaling, ia seakan-akan terhipnotis oleh mata itu.

"Tinggallah disini, aku akan menjadi orang tua asuhmu untuk sementara. Dan aku juga akan penuhi semua keinginanmu" ujarnya trsenyum.

Senyum yang seakan-akan menginginkan sesuatu pada Hera. Butuh beberapa menit untuk Hera mengatakan "B-baiklah" begitu saja.

Entah sihir apa yang memudahkan ia untuk menyetujui begitu saja, padahal di hatinya sama sekali tidak berniat untuk tinggal disini.

"Gadis pintar" kata Taehyung puas "besok pagi kita bicarakan lagi tentang ini. Kau bisa istirahat sekarang" ujar Taehyung lalu berdiri, mengusap kepala Hera.

"Kamarnya yang disana" tunjuk Taehyung pada pintu berwarna hitam yang bergambar bunga lavender di tengahnya.

Hera pun mengangguk, lalu pergi ke kamarnya sambil membawa kapernya. Ada perasaan aneh yang terbesit dihatinya, tapi tidak bisa ia ungkapkan dengan kata-kata. Ia berfikir besok pagi harus cepat-cepat pergi dari sini.

Tbc

ELEGIWhere stories live. Discover now