Part 34. Kacau

25K 2.7K 206
                                    

Oren melirik ke samping kirinya cukup lama dengan posisi duduk di samping kemudi sambil meremas kedua tangan sampai memutih.

Cukup lama Oren tidak mengunjungi rumah itu lagi. Pekarangan dan keadaannya masih sama seperti terakhir kali mengunjunginya.

"Kenapa bengong?" Alex membuka pintu kemudi sambil meringis karena Oren tak kunjung keluar dari mobil.

Oren akhirnya turun dan mengikuti Alex dari belakang seperti pertama kali mendatangi rumah tersebut. Bedanya, Oren tidak melirik ke kiri dan ke kanan untuk menyembuhkan rasa penasarannya akan bentuk bangungannya.

Di ruang tamu, kepulan asap rokok serta barang-barang berantakan menyambut kedatangan mereka. Seperti badai baru saja menerjang tanpa ampun. Oren melirik tanpa ekspresi, lalu beralih pada wanita yang belum menyadari kedatangan keduanya.

"Ma," Alex memanggil pelan.

Rose menoleh dan tersenyum lebar meskipun tidak bisa menutupi wajah sembab serta mata memerah miliknya. "Lex, kamu udah datang." Rose hendak menekan puntung rokoknya pada asbak berbahan keramik di depannya dan kemudian menyambut Alex, memeluk anak satu-satunya yang dimiliki. Namun, diurungkan karena melihat Oren ikut serta.

Senyum lebarnya mendadak sirna. Wajah Rose kaku serta memancarkan kebencian pada Oren setiap kali melihatnya.

"Buat apa kamu ngajak dia ke sini?" Tanya Rose skeptis, mengeluarkan asap rokok dari mulut serta hidung setelah menyulut angkuh.

"Ma," Alex enggan berdebat.

"Buat apa?!" Suara Rose meninggi. "Anak haram ini mau menertawakan mama?" Emosi wanita yang mengenakan rok sepan pendek yang dipadukan dengan tank top itu mulai bergejolak.

Oren tidak menjawab, namun dia memandang Rose berani.

"Ma, kami datang bukan buat berdebat." Katanya pelan. "Aku udah lapar. Ayo makan."

Rose mulai melunak, dia menarik nafas berat kemudian memandang Oren tajam. "Oke." Rose akhirnya menekan ujung rokoknya pada asbak dan berdiri dari sofa, kemudian melangkah melalui keping-kepingan guci yang hancur berantakan.

Alex dan Oren mengikutinya ke dapur. Di atas meja sudah terhidang beberapa macam makanan. Oren melirik Alex sekilas kemudian beralih pada meja yang penuh.

"Mama udah masakin semua makanan kesukaan kamu." Kata Rose sembari menunjukkan isi meja.

Alex mengangguk sambil tersenyum. "Makasih, ma." Ucapnya tulus.

Rose melotot ketika Alex menarik kursi pada Oren. Cewek itu duduk pelan-pelan mengingat kandungannya sudah terlihat mulai besar.

"Mama juga makan." Kata Alex, mengisi piring Rose dengan makanan kesukaannya. Setelah itu, Rose menerima dengan senang hati.

Tetapi sesaat kemudian dia melempar piringnya tiba-tiba sehingga isinya tumpah dan berserakan di atas lantai marmer karena Alex melakukan hal yang sama pada Oren. Nasi pindang yang seharusnya untuk Alex telah berpindah pada Oren.

Ketiganya diam, pandangan Oren tertuju pada piring keramik mengenaskan di lantai. Sedangkan pandangan Alex tertuju pada Rose.

"Mama nyiapin ini semua buat kamu. Bukan buat dia!!" Rose menunjuk Oren dengan penuh kebencian. "Kamu dikasih apa sampai nurut gitu, hah?!"

"Ma,"

"Usir dia sekarang! Mama nggak mau melihat dia di sini lagi!!"

Oren memandang Rose dengan berani meskipun kedua matanya mulai berkaca-kaca. Emosi Oren terpancing, namun titik-titik air mata sialannya tidak bisa dibendung.

FALLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang