Part 15. Permintaan Yang Sama

26.2K 2.9K 349
                                    

Belum tengah malam, yuhuuu...

Oren datang lagi.

Belum pada tidur, kan?

Masih nungguin, kan?

.

.

.



             Oren pulang ke apartemen dengan sedikit lesu, dia tidak memperbolehkan Queensha dan Phoebe mampir lagi. Oren menyuruh supir taksi mengantar mereka dan jangan sampai datang lagi ke apartemennya. Hari ini cukup berat, telinga Oren penuh oleh suara-suara berisik yang sudah lama tidak didengarkannya lagi dari orang sekitarnya karena mengurung diri selama ini di apartemen.

Setelah memeriksa kandungan, mereka di ajak makan siang oleh dokter Bintang. Ketiga cewek seumuran itu seperti anak Bintang saja. Mereka berbincang panjang lebar dan akrab. Oren hanya sebagai penonton saja. Dari kesimpulannya, sepertinya mereka sudah kenal lama.

Setelah selesai dengan dokter kandungan, kedua cewek itu mengajak Oren jalan-jalan. Mereka bertiga makan es krim seperti anak kecil. Tidak menghiraukan penolakan Oren, kedua cewek itu tetap keras kepala dan memaksa.

Cukup melelahkan. Oren membukan pintu apartemen dan menemukan Alex sedang main game sambil merokok di ruang tamu. Alex mengerutkan dahi, tidak biasanya Oren keluar sampai malam begini pula.

"Dari mana?" Tanya Alex masih fokus dengan stick di tangannya. Dia mengangsurkan rokoknya yang masih menyala karena cowok itu sedang serius main game.

"Rumah sakit." Lalu dia menggeleng. "Gue lagi berusaha nggak merokok lagi." Oren mengelak rokok yang disodorkan oleh cowok itu, dia menyandarkan tubuhnya dan menarik nafas dalam-dalam agar tidak tergoda dengan rokok lagi.

"Minum?" Alex mengangsurkan botol yang baru dibuka.

"Nggak juga." Oren menggeleng.

"Kenapa?" Alex tidak percaya, dia sampai menoleh dan berhenti main game.

Oren mengelus perutnya. "Ukuran bayinya kecil." Katanya. "Kalau diterusin ngerokok dan minum, besar kemungkinan lahir cacat."

Alex diam, sedangkan Oren tidak peduli. Dia pergi ke kamar meninggalkan Alex bengong di tempatnya. Itu barusan Oren?

Oren yang bersikukuh menggugurkan kandungannya karena Alex memang tidak peduli dengannya. Berbagai cara sudah dilakukan, namun jabang bayi itu tetap ada. Oren juga pernah di opname, dia sendirian di rumah sakit. Alex sedang sibuk menghibur Queensha sedangkan Romeo tidak peduli lagi dengannya.

Oren mengira, setelah dia hamil Alex akan peduli. Setidaknya Alex sedikit berubah lebih lembut dan perhatian padanya. Malah sebaliknya, cowok itu makin menjauh, menghidar dan makin tidak peduli.

Dia juga menyuruh Oren untuk menggugurkannya. Alex tidak peduli bagaimana pun caranya, jabang bayi itu harus lenyap. Meskipun Oren sudah menjelaskan tidak bisa dihilangkan, tetap saja Alex tidak mau tahu. Dia tetap sibuk menghibur Queensha yang sedang patah hati.

"Lo mau lahirin bayinya?" Tanya Alex setelah Oren keluar dari kamar dalam keadaan segar dan telah mengganti pakaian santai. "Yakin?"

"Mau nggak mau." Jawabnya sambil mendesah panjang dan Alex mengerti maksudnya. "Permintaan gue masih sama. Gue nggak minta lo nikahin gue." Lanjutnya.

FALLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang