Part 30. Perusuh Ulung!

27.6K 3K 257
                                    

"Pagi, Oren..." Senyum lebar Phoebe menyambut Oren membuka pintu apartemennya. Phoebe menerobos masuk meskipun tidak dipersilahkan masuk oleh sang tuan rumah.

Bukan hanya dia sendiri, Phoebe menarik lengan Barta dan membawanya duduk di ruang tamu.

"Ngapain, sih?" Tanya Oren kesal.

Phoebe gemas bukan main. "Cepet, Ren! Kita mau pergi piknik!" Titahnya.

Oren menggeleng cepat. "Nggak! Males!"

"Barta sama Alex ikut!"

Oren memicing tajam. Makin hari Phoebe makin semena-mena. "Nggak!"

"Alex mana? Masih tidur?" Phoebe hendak menghampiri Alex di kamar. Namun, dicegah oleh Barta. Menyuruhnya duduk kembali dan mengajak Oren pelan-pelan.

"Pelan-pelan!" Barta menggertak gigi untuk tetap sabar menghadapi Phoebe si biang rusuh.

"Oren nggak mau." Kedua mata Phoebe berkaca-kaca. "Jangan marahin Bee!"

"Nggak marah. Tapi kamu harus pelan-pelan." Barta kembali menginterupsi dengan senyum terpaksa.

"Itu tadi marah! Kamu ngebentak Bee!" Barta memutar bola mata. "Bee nggak suka dimarahi! Bee pelan-pelan. Nggak ngerusuh!" Suara Phoebe makin meninggi.

Barta menarik nafas dalam-dalam. Mereka ada di rumah orang harus tahan emosi. Kalau di rumah sendiri, bebas nyeleding atau salto-salto sampe tepar.

Untuk sekarang harus jaga kesabaran. Barta menoleh pada Alex yang ternyata baru bangun. Masih muka bantal dan juga nyawanya belum terkumpul semua.

Kerusuhan itu membangunkannya. Phoebe berdiri dan menghampiri Alex dengan senyum lebar. "Ayo, Lex, kamu mandi. Kita pergi piknik." Ajak Phoebe semangat.

Alex menguap sekali lagi dalam posisi menyandar pada kusen pintu serta menyedekapkan kedua tangan di dada. "Kalian aja." Jawabnya.

Tentunya sudah mengetahui bahwa Queensha tidak ikut dengan mereka tentunya. Jika cewek itu ikut, pastinya mereka datang bersama.

Alex hendak kembali ke kamar untuk melanjutkan tidur. Dia pulang pagi habis kelayapan. Baru pulang pagi tadi dan tidur baru satu jam.

"Harus ikut, ih. Alex, kan, punya adek bayi. Harus rajin-rajin bawa jalan-jalan biar sehat!" Phoebe kembali memaksa.

"Gue masih ngantuk." Kata Alex meringis.

"Barta yang nyetir." Phoebe tidak mau kalah. Barta sedang serius dengan ponselnya. Phoebe tidak akan berhenti sebelum Alex mengalah.

Mereka menoleh pada Oren yang tidak tertarik dengan ajakan tersebut. Setelah dari dapur, dia masuk kamar untuk melanjutkan tidur lagi.

"Ayo, Ren." Kata Phoebe pelan.

"Nggak." Oren menolak keras.

Phoebe mengerucutkan bibirnya. "Waktu itu Oren bilang pengin jalan-jalan." Kata Phoebe mengingatkan. "Adek bayi pasti sedih kalau Oren nggak jadi ikut. Soalnya Bee udah minta siapin banyak bekal sama mama Rachel. Sekarang semuanya ada di mobil. Kalau cuma Bee dan Barta yang pergi, nggak bakalan habis."

"Iya, iya. Ayo." Jawab Alex pada akhirnya. Phoebe melebarkan mata tidak percaya lalu berjingkrak-jingkrak bahagia.

Alex kembali masuk kamar sedangkan Barta menggeram untuk menghentikan Phoebe yang tentunya tidak diindahkan. Phoebe terlalu bahagia.

Alex menemukan Oren bersantai sambil nyemil di atas tempat tidur. Dia tidak begitu peduli pada kedatangan Phoebe dan Barta. Juga tidak tertarik dengan ajakan tersebut, karena Alex pastinya enggan ikut.

"Lo siap-siap aja. Mereka udah nungguin." Kata Alex tiba-tiba, membuat Oren berhenti mengunyah. Dia melirik sekilas pada Alex yang akan memasuki kamar mandi.

***

Sekitar setengah jam kemudian, mereka berempat berangkat dengan Barta sebagai supir dan Phoebe seperti radio tak berhenti bicara.

Alex dan Oren ada di belakang. Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing. Terutama pada Oren yang sejak tadi mengalihkan pandangan keluar. Memandang bangunan pencakar langit di sepanjang jalan.

"Nanti di sana itu ada taman. Terus banyak bunga. Ada danau juga. Katanya banyak orang pacaran juga di sana." Jelas Phoebe panjang lebar. "Kita juga pacaran di sana. Jangan mau kalah sama orang-orang.".

"Iya, iya." Jawab Barta. "Kamu ngadep ke depan aja." Barta gemas melihat Phoebe sejak tadi melihat ke belakang meskipun keduanya cuek. "Nanti lihat langsung, nggak usah diceritain. Nggak seru lagi."

Phoebe cemberut. "Biar Alex sama Oren tahu." Jelas cewek itu tidak mau kalah.

"Kamu emang udah pernah ke sana?" Tanya Barta memicing.

"Belum." Phoebe menggeleng cepat. "Kata mama Rachel tempatnya gitu."

Phoebe dan Barta terlarut pada percakapan mereka. Sedangkan Oren masih pada posisi memandang keluar jendela.

Berbeda dengan Alex yang sedang mencari posisi nyaman untuk melanjutkan tidur. Namun, tak kunjung menemukannya. Dia meringis panjang lalu merebahkan kepalanya di atas paha Oren.

Oren yang mendapat kejutan itu otomatis menundukkan kepala. Alex menghadapi ke depan dengan mata terpejam.

Dia juga mengambil tangan kiri Oren dan menggenggam di dadanya. Oren tidak bisa menolak, secara berangsur-angsur hatinya kembali lulus atas kejadian beberapa hari yang lalu.

Tangan kanan Oren mengusap lembut kepala Alex di atas pahanya. Cowok itu bergerak mencari posisi nyaman kemudian melanjutkan tidur.

Oren menoleh kembali ke jendela, kedua matanya berkaca-kaca. Dia mengerjap banyak untuk menghalau agar air matanya tidak meluruh. Meyakinkan hatinya bahwa Oren kuat, tidak cengeng seperti Phoebe atau Queensha.

Masing tengiang-ngiang kejadian beberapa hari yang lalu dalam benak Oren. Dimana Alex begitu bodohnya masih mengharapkan Queensha.

Oren ingin pergi meninggalkan semua. Tapi, dia tidak bisa egois. Oren memikirkan semuanya. Dia tidak ingin menghancurkan semuanya dengan keegoisannya.

Oren sudah capek sehingga tidak bisa menyuarakan dengan kalimat atau makian lagi. Dia memilih diam, pelan-pelan menata hatinya. Pelan-pelan belajar mengiklankan jika suatu saat nanti harus melepaskan.

Sekali lagi tangan Oren mengusap lembut dahi hingga kepala Alex. Memberikan kenyamanan sehingga Alex makin pulas meskipun mereka berada di dalam mobil.

***

Jakarta, 20.02.20

Ih, baru sadar tgl cakep.

Gada yg mau bayar utang gue gitu?

Kwkwkwk

FALLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang