11: Pistol

647 104 46
                                    

"Tuhan tidak pernah merestui perlakuan kejam orang yang jahat. Tetapi akan selalu membalaskan luka untuk orang tak bersalah yang tersakiti"

~Matahari~

###########################

"Ini urusan jadi panjang, kan?"

Suara wanita itu, seperti guntur bagi Lembayung Senja. Dia melirik adiknya yang tiba-tiba datang dan duduk dengan anggun di sebelah ranjangnya.

Rindang Sewu, memeluk tas Dior-nya dengan lembut. Seakan ingin memamerkan kuku-kuku lancip pada jari lentik gemulainya. Lembayung mendadak melengos.

"Buat apa kau datang?"

"Ya, buat membesuk Kakakku yang baru saja adu jotos dengan madunya..."

Lembayung menatap tajam adiknya itu,"Lalu kau merasa bahagia?"

Rindang Sewu mengangkat bahunya,"Sedikit"

"Sekarang kau sudah puas, jadi pulanglah ke apartemenmu. Nikmati saja kesendirian hidupmu di sana!"

"Kau benar, setidaknya aku memang lebih bahagia sendiri. Tidak seperti kau, dalam satu biduk bisa bertiga! Tidak sesak? Tidak sempit berbagi ranjang seperti itu? Tidak stres berebut kelamin kayak begitu?"

"Diam kau!"

Rindang Sewu kembali mengangkat bahu, dia lalu mengalihkan pandangan pada seluruh ruangan VIP rumah sakit itu, sebelum kembali menatap Lembayung.

"Kita jarang sekali bertemu. Jadi sebaiknya, aku langsung saja. Jingga meneleponku, minta aku menasehati ibunya yang baru habis tawuran dengan ibu tirinya. Wow, aku sangat terkejut! Pengen ketawa, tapi malah jadi bersyukur. Tuhan ternyata punya skenario unik, yang mungkin sempat kita pikir buruk. Tetapi melihatmu seperti ini, aku malah bersyukur tidak menikah dengan Harsono!"

"Cepat pergi dari sini!"

"Tunggu, aku belum selesai. Sedikit saja. Sekedar saran. Tolong jangan terlalu keras pada Enyun. Tak perlu membawa kasus tawuran tolol ini ke polisi, toh kau juga yang mulai? Bukankah kau dulu juga sama seperti dia? Jadi saling memaafkanlah..."

Rindang Sewu berdiri, merapikan gaun dan membelai tasnya, sebelum melangkah pergi. Langkah kakinya terdengar begitu tegas, menghentakkan sepatu high heels merek Christian Louboutin.

Sungguh, Lembayung sangat iri dengan adiknya itu. Sejak kecil, dia hidup bebas terbuka tanpa beban. Dialah pembangkang dalam keluarganya yang terkenal sebagai kaum "beragama". Sebab itu Lembayung besar di lingkup pesantren. Berbeda dari Rindang, yang kabur dari pesantren dan malah memilih mengejar karir sebagai artis penyanyi. Dia tak peduli meski namanya dicoret dari Kartu Keluarga.

Mengisi acara pada salah satu Polda, membuatnya tak sengaja berkenalan dengan seorang perwira muda yang tampan. Harsono, lalu mengajaknya berpacaran. Hubungan mereka cukup lama, malah sudah terlalu dekat. Tetapi ketika Harsono menghadap orangtuanya untuk melamar, mereka malah "menyodorkan" anak mereka yang lain: Lembayung, Kakak Rindang.

"Rindang itu sudah tersentuh pergaulan bebas. Malu betul kami mengakuinya sebagai anak. Bahaya sekali kau sebagai polisi, malah nekat menikahi dia. Bisa mengganggu karirmu nanti..." kata kedua orangtua Rindang.

Harsono menelan ludah. Dia mengakui kebinalan Rindang. Dia cantik dan menggairahkan. Kehidupan artis membuatnya seperti sedikit liar, dan itu menguntungkan Harsono yang sedang haus belaian perempuan. Tetapi tingkah wanita itu, jelas sangat berbahaya untuk menjadi Ibu Bhayangkari.

Lalu orangtua Rindang Sewu memanggil Lembayung Senja. Gadis sulung mereka yang anggun, cantik dan terlihat kalem. Harsono terpesona, dia seakan lebih menawan dari Rindang Sewu yang madunya telah dia kecap selama bertahun-tahun masa pacaran. Apalagi orangtuanya menyebutkan dengan jelas, bahwa Lembayung dijamin masih perawan.

Mata TertutupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang