5: Jermal

951 120 65
                                    

"Laut seperti isi hati, selalu menjadi misteri. Gelombangnya seperti emosi, dan luasnya seperti keinginan yang tak bertepi. Tapi siapa yang senang hidup di tengah air, saat kau bukan seekor ikan? Setiap mahluk, sejatinya pasti menginginkan habitatnya sendiri..."

~Mata Tertutup~


Haura Tareeq, menerima kunjungan gadis kecil yang terus dipegangi kedua orangtuanya itu. Matahari, seperti api yang sulit dipadamkan. Dia berteriak, meradang, dan terus membuat kerusakan. Sangat tidak normal, apalagi ketika dia sibuk membicarakan pistol dan senjata tajam.

"Ik heb een pistool (saya memiliki pistol-pistol). Het mes (pisau!). De messen zijn van ons (Pisau-pisau itu milik kami). De messen zijn klein, maar ze zijn mooi (Pisau-pisau itu kecil namun bagus)"

Beruntungnya, Haura sedikit bisa berbahasa Belanda. Dia mulai mengajak bicara anak kecil itu. Sayangnya, Matahari enggan membahas tentang pisau. Tetapi dia, tampak lancar menjelaskan tentang pistol jenis Colt 1911, Glock 20, Desert Eagle, dan lainnya.

"Colt 1911 itu jenis pistol tua. Bagaimana bisa dia membicarakan itu? Saya saja tak pernah melihat wujudnya. Tetapi konon kakek saya pernah punya secara ilegal dari temannya di Amerika, untuk berjaga-jaga dari tindak kejahatan..." kata Julian pada Haura, sambil melirik Matahari yang tampak berdiri diam menghadap jendela sambil dipeluk Yani. Tetapi, anehnya, matanya tampak terpejam.

Haura mengangguk,"Saya sedih mengungkapkan ini, tetapi anak anda sedang berada dalam masalah besar, Pak. Saya tidak tahu, apa hubungannya antara transplantasi kornea mata dengan perubahan sifat dan sikap seseorang. Ini mungkin kasus unik yang pertama kali terjadi di dunia"

"Maksud anda?"

"Matahari, atas dasar pengakuannya pada saya, menyatakan seperti ada keinginan kuat yang memaksanya untuk mengatakan sesuatu"

"Oh, Tuhan..."

Haura menunjukkan catatan hasil wawancaranya dengan Matahari, kepada Julian.


"Ik hoor mijn eigen woorden, ik begrijp ze niet, maar ik voel voortdurend dat mijn tong ertoe gedwongen wordt te spreken (saya mendengar kata-kata saya sendiri, saya tidak memahaminya, tapi saya merasa seperti didorong untuk berbicara)" kata Matahari.

"Ini, bukan kemauan Matahari. Dia seperti digerakkan oleh alam bawah sadar. Jelas sangat aneh, tidak ada urusannya kornea mata dengan hati dan pikiran seseorang, bukan? Tapi kenyataannya seperti itu. Matahari, berubah, tidak seperti Matahari..." jelas Haura.

"Aduh, kenapa urusannya jadi begini..." Julian menggelengkan kepalanya.

"Matahari ini usianya sepuluh tahun atau sebelas?"

"Sebelas"

"Bukan sepuluh?"

Julian menggeleng dengan bingung. Dengan cepat, Haura kembali menyodorkan catatan wawancara dengan Matahari.

"Saya sempat bertanya, apa hal paling sedih yang dia rasakan sepanjang hidupnya? Nah, Pak Julian, inilah jawaban Matahari..."

"Hoewel ik er als tienjarig meisje niet veel van snapte, besefte ik dat het geen goed nieuws was (sebagai anak berumur sepuluh tahun, saya tidak mengerti. Tapi saya tahu bahwa itu adalah kabar buruk)"

Julian terlihat semakin bingung,"Saya tidak mengerti"

"Sesuatu terjadi saat dia berusia jelang sepuluh tahun. Mungkinkah ada hal yang membuatnya sangat trauma?"

Mata TertutupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang